Liputan6.com, Yogyakarta - Musik tradisional menjadi salah satu kekayaan budaya yang harus dilestarikan, termasuk musik tradisional gending karawitan Jawa. Musik tradisional ini masih berkembang pesat hingga hari ini, terutama di Jawa.
Gending karawitan Jawa menyuguhkan lantunan sajak yang disampaikan oleh sinden. Mengutip dari surakarta.go.id, gending adalah istilah yang disematkan oleh masyarakat Jawa untuk menyebut komposisi musik dalam seni karawitan.
Komposisi musik tersebut menghasilkan harmoni antara seni suara instrumental dan vokal. Musik ini diperkaya dengan melibatkan instrumen musik tradisional Jawa lainnya, gamelan.
Baca Juga
Advertisement
Gending merupakan hasil akhir dari rangkaian susunan balungan gending atau kerangka gending yang diatur oleh pengrawit. Meski memiliki kerangka dasar, balungan gending memerlukan sentuhan tafsir dan imajinasi yang kreatif untuk menciptakan lantunan gending yang memukau.
Sementara itu, gending dalam karawitan Jawa terdiri dari tiga jenis utama, yaitu gending ageng, gending tengahan, dan gending alit. Gending ageng berukuran besar dan berperan dalam segi kompleksitas dan durasi.
Selanjutnya, gending tengahan berukuran sedang dan gending alit berukuran kecil. Gending alit biasanya lebih sederhana dalam struktur dan durasi.
Secara umum, berdasarkan bentuk atau strukturnya, terdapat 16 bentuk gending. Beberapa di antaranya adalah gending lancaran, gending srepegan, gending sampak, gending ayak-ayakan, gending kemuda, gending ketawang, gending ladrang, dan lainnya. Selain itu, ada juga gending yang tidak mengikuti struktur tertentu, seperti gending jineman, gending palaran, dan gending dolanan.
Selain sebagai sarana hiburan, gending juga berfungsi sebagai pendukung dalam berbagai pertunjukan seni lainnya, seperti wayang kulit hingga wayang orang. Kehadiran gending dalam karawitan Jawa menjadi cerminan budaya yang tetap hidup dan berkembang hingga saat ini.
Penulis: Resla Aknaita Chak