Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut pemerintah terlambat mengatur soal ecommerce dan social commerce. Alhasil, produk impor merajalela di platform digital seperti TikTok Shop yang malah merugikan produk-produk UMKM lokal.
Teten mancatat, Indonesia belum memiliki strategi nasional transformasi digital dan belum memiliki badan yang khusus mengatur itu. Dengan begitu, koordinasi antarkementerian dinilai tak punya arah.
Advertisement
"Maka para menteri enggak ada acuan, padahal transformasi digital melibatkan banyak aspek. Di Indonesia transformasi digital hanya berkembang di sektor perdagangan (e-commerce) di sektor hilir bukan di sektor produksi," kata dia kepada media, Rabu (20/9/2023).
Pada saat yang sama, merebaknya produk impor dengan harga jual yang jauh lebih rendah memotong porsi serapan produk UMKM. Lantaran, kata Teten, produk luar seperti China punya ekosistem yang kuat dan menjadikan biaya produksi lebih efisien.
"Tapi di sini kita terlambat mengatur palform digital ecommerce dan social commerse. Akibatnya kita didikte platform digital global," tegasnya.
Produk China
Dia memegang data kalau 80 persen penjual di platform online menjual produk-produk China. Dengan porsi itu, pasar offline seperti Tanah Abang mulai ditinggalkan.
"Tapi kita perlu juga melihat masalah ini dari kebijakan investasi dan perdagangan, standarisasi produk dan lain-lain. Saat ini Pemerintah lagi merevisi Permendag no 50/2020," paparnya.
Teten mengatakan saat ini proses revis Permendag 50/2020 sudah di Istana Negara. Langkah ini sebagai tindak lanjut, pembahasan yang sudah dibahas bersama Kementerian Hukum dan HAM.
Produk China Dibuang ke ASEAN
Lebih lanjut, Teten menyoroti terlalu mudahnya produk impor masuk ke Indonesia. Ini disinyalir karena tarif bea masuk yanh terlalu rendah.
Bukan cuma UMKM yang terancam. Teten mengaku mendapat curhatan dari pelaku industri dalam negeri yang juga produksinya menyusut.
"Jangankan UMKM produk industri manufaktur pun gak bisa bersaing. Terutama produk garment, kosmetik, sport shoes, farmasi dan lain-lain," urainya.
Kondisi ini semakin diperparah oleh ekonomi China yang disebut sedang melemah yang mengakibatkan overproduksi dari barang-barangnya. Teten menduga, China mengalihkan suplai barang-barang hasil produksinya ke negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
"Apalagi saat ini China ekonominya lagi melemah, produksi consumer goodnya oversupply, dibuang ke Asean, terutama kita karena market kita besar dan hampir separuh populasi kita udah masuk ke eccomerce," kata dia.
"Babak belur kita. 80 persen UMKM yang jualan di eccomerce dan socialcommerce hanyalah seller produk-produk impor terutama dari China," sambung Teten.
Sia mengatakan, porsi ekonomi digital Indonesia dikuasai oihak asing dengan 56 persen di ecommerce dan 65 persen di social commerce. "Yang bagus adalah disektor keuangan digital, domestik menguasai 94 persen karena BI, OJK dan Menkeu mengaturnya dengan ketat," pungkasnya.
Advertisement
Pedagang Pasar Gigit Jari
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki terjun langsung mengecek kabar Pasar Tanah Abang sepi pengunjung. Dia mengantongi banyak pedagang Pasar Tanah Abang yang mengalami penurunan omzet, bahkan penurunan ini ditaksir akan permanen.
Teten berkeliling Pasar Tanah Abang Blok A didampingi dengan sejumlah pejabat PD Pasar Jaya. Dia mencatat, ada kenaikan jumlah pengunjung yang berpengaruh pada omzet pedagang di waktu-waktu tertentu.
Namun, kenaikan penjualan itu dinilai masih tak bisa menutup tren penurunan omzet yang dialami oleh pedagang Pasar Tanah Abang.
"Tadi saya diskusi dengan Pasar Jaya, memang terjadi penurunan kemungkinan bisa permanen penurunannya," ujar dia di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9/2023).
"Walaupun pada waktu tertentu seperti lebaran, akhir tahun, Idul Adha ada peningkatan tapi bisa dipastikan dampaknya permanen penurunannya," imbuh Teten.
Dia mengatakan, untuk mencoba merambah pasar, sejumlah pedagang mencoba menjajakan dagangannya lewat ecommerce. Sayangnya, gempuran barang impor yang dijual jauh lebih murah membuat produk-produk lokal tak dilirik.
"Saya berkesimpulan produk yang dijual oleh mereka tak bisa bersaing karena ada produk impor yang dijual yang harganya sangat murah sekali," terang Teten.
Tinjau Aturan
Atas kunjungan tersebut, Teten akan meninjau kembali aturan mengenai masuknya barang impor. Termasuk dari sisi perizinan hingga pungutan bea masuk atas barang impor yang dijual dengan harga murah.
"Mungkin yang kita atur itu adalah mengenai arus barang masuk ke sini apakah barang konsumer goods yang masuk ini ilegal atau memang kita terlalu rendah mengenakan tarif bea masuk. Kita terlalu mudah untuk tak memberi batasan produk apa saja yang boleh masuk dan tidak," urainya.
Padahal, menurut arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke jajaran menterinya, produk yang sudah bisa dihasilkan di dalam negeri tak perlu lagi mendatangkan dari luar negeri. Pada konteks ini, bisa dibilanh produk-produk yang dijual pun sebaiknya dibatasi atau diatur.
"Jadi nanti saya akan lihat lagi, tadi mengenai apakah yang masuk ini ilegal atau legal atau terlalu murah terlalu mudah untuk bagi masuknya barang consumer goods tadi," katanya.
"Saya akan lihat apa perlu kita atur platform digital baik domestik maupun luar baik global apakah yang dijual disertai dokumen barang mereka legal atau tidak, punya izin SNI atau tidak, izin halal dan sebagainya," imbuh Teten Masduki.
Advertisement