Perusahaan Turki Incar 5 Lokasi Bangun Energi Panas Bumi di Indonesia

Hitay memiliki perhatian besar terhadap isu-isu global dan permasalahan energi bersih. Untuk itu, Hitay sangat mendukung penuh transisi energi bersih di Indonesia.

oleh Nurmayanti diperbarui 22 Sep 2023, 12:49 WIB
Ilustrasi pembangkit listrik panas bumi

Liputan6.com, Jakarta Potensi energi panas bumi Indonesia masuk kedua terbesar di dunia. Ini bisa menjadi modal utama untuk mempercepat transisi energi bersih. Namun guna memuluskannya diperlukan kolaborasi dari banyak pihak sekaligus mitra dan peran investor asing.

Potensi panas bumi ini salah satunya dilihat perusahaan asal Turki PT Hitay Kaba Energy. Perusahaan ingin ikut ambil bagian membangun sumber energi bersih bagi Indonesia.

Hitay sangat mendukung rencana Presiden Indonesia Joko Widodo yang mendorong transisi energi melalui kemitraan yang menguntungkan dan berkelanjutan,” kata Remzi Caner Yilmaz, Business Development Director PT. Hitay Balai Kaba Energy, dalam bincang kepada media di Jakarta, Rabu (20/9/2023).

Caner mengatakan Hitay memiliki perhatian besar terhadap isu-isu global dan permasalahan energi bersih. Untuk itu, Hitay sangat mendukung penuh transisi energi bersih di Indonesia.

"Untuk mempercepat transisi energi bersih ini, dibutuhkan adanya bentuk kemitraan dan sinergi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan," jelas dia.

 

Caner menyampaikan ada lima lokasi yang akan dituju Hitay, yaitu di Talang, Tandikat, Geureudong, Gunung Kembar, dan Tanjungsakti.

“Adapun eksploitasi panas bumi di Solok Hitay berharap bisa menjadi salah satu solusi yang bisa mengurangi 5,89% tingkat pengangguran yang ada di sana. Kemudian dapat memberikan PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk Kabupaten Solok dan Provinsi Sumatera Barat.” ujarnya.

“Hitay masih melakukan studi analisis untuk pembangunan infrastruktur dan lingkungan sosial masyarakatnya. Kemudian Hitay sudah menginvestasikan USD 10 juta sebagai bagian komitmen dari kesepakatan saat memenangkan tender tahun 2016,” jelas Caner dalam menjelaskan tindakan yang sudah dilakukan oleh Hitay di Solok.

Dia menuturkan ada beberapa kesepakatan antara Hitay, Pemerintah Indonesia, dan Pemerintah Provinsi yang masih harus diselesaikan.”

Ini dikatakan menjawab Caner saat ditanya mengenai eksplorasi panas bumi di Solok yang masih belum berjalan hingga saat ini walaupun tender sudah dimenangkan sejak 2016 lalu.

 


Insentif

Untuk mendukung percepatan transisi panas bumi di Indonesia Hitay berharap pemerintah dapat memberikan program insentif kepada para kontraktor atau investor yang ingin mengelola potensi panas bumi di Indonesia. Kemudian, pemerintah juga harus memberikan kepastian regulasi yang dapat memberikan iklim positif untuk bisnis.

Caner menyampaikan selama ini Hitay merasa setiap hambatan menjadi tantangan yang harus bisa dilalui. “Dalam hal ini, Hitay berharap semoga potensi panas bumi di Indonesia yang besar dapat dikelola dengan maksimal. Hitay akan terus mengoptimalkan kerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat lokal, kemudian para pihak yang berkepentingan dalam pembangunan,” tambahnya.

Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit

Caner juga menyampaikan bahwa kehadiran Hitay di Indonesia yang nantinya akan memproduksi energi bersih melalui panas bumi diharapkan dapat mempercepat net zero emissions sekaligus bisa menjadi bagian nyata dari upaya pemerintah Indonesia yang ingin melakukan kolaborasi dan kemitraan untuk mewujudkan transisi energi.

“Setiap pembangunan, selalu menciptakan perubahan. Panas bumi menjadi pembangkit listrik yang membangun energi bersih. Dalam hal ini, Hitay selalu menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) dimana di dalamnya selalu menerapkan nilai-nilai pelestarian lingkungan," kata Caner.

Hitay menyambut positif juga hadirnya The 9th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2023 yang berlangsung pada 20-22 September 2023.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya