Biaya Logistik Indonesia Perlahan Turun, Pelindo Ikut Kontribusi

PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) menyatakan bahwa upaya transformasi yang dilakukan oleh perseroan turut berperan dalam menekan biaya logistik di Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Sep 2023, 20:45 WIB
Tampak Tumpukan peti kemas terparkir di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priuk, Jakarta, Rabu (25/3/2015). Pelindo II mencatat waktu tunggu pelayanan kapal dan barang sudah mendekati target pemerintah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) menyatakan bahwa upaya transformasi yang dilakukan oleh perseroan turut berperan dalam menekan biaya logistik di Indonesia.

"Penggabungan Pelindo telah menciptakan sinergi dan transformasi antarentitas sehingga pengelolaan pelabuhan dapat dilakukan secara tersentralisasi, serta lebih optimal,” kata Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono dikutip dari Antara, Rabu (20/9/2023)..

Arif menyampaikan, Bank Dunia mencatat biaya logistik di Indonesia mencapai 23,8 persen pada 2018.

Sementara itu, berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), biaya logistik di Indonesia pada 2023 mencapai 14,1 persen. Sedangkan biaya logistik untuk kegiatan ekspor mencapai 8,98 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Ia mengatakan, biaya logistik yang jauh lebih rendah dibandingkan pada 2018 tersebut salah satunya berkat peran transformasi yang dilakukan perseroan.

Pada 1 Oktober 2021, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggabungkan empat BUMN pelabuhan menjadi PT Pelindo (Persero). Setelah merger, Pelindo kemudian membentuk empat subholding atau anak usaha.

Empat anak perusahaan itu adalah PT Subholding Pelindo Terminal Peti Kemas (SPTP), PT Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT), PT Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM), dan PT Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL).

"Pembentukan empat anak usaha itu membuat fokus pada masing-masing bidang pelayanan, sehingga kinerjanya meningkat. Transformasi di level operasional langsung dilaksanakan anak-anak usaha," ujarnya.

Arif mengungkapkan beberapa langkah yang dilakukan antara lain memperpendek waktu sandar (port stay) dan masa tinggal kontainer di terminal (cargo stay), menyatukan sistem pelayanan dan pembayaran melalui aplikasi online dan digital.

 


Operasional Pelabuhan

Tujuannya adalah untuk mengefisienkan operasional di pelabuhan, yang pada akhirnya akan menguntungkan Pelindo dan para pengguna jasa kepelabuhanan dan terminal.

Menurut dia, hasil transformasi tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan kinerja operasional. Arus peti kemas pada 2022 mencapai 17,2 juta TEUS, naik satu persen dibandingkan periode yang sama pada 2021.

Jumlah arus barang yang terealisasi mencapai 160 juta ton, tumbuh 9 persen dari 2021.

Selanjutnya, total arus kapal yang dilayani Pelindo mencapai 1,2 miliar GT, naik satu persen, sedangkan jumlah penumpang tumbuh 86 persen menjadi mencapai 15 juta orang.

Ia menambahkan, proses transformasi melalui efisiensi dan optimalisasi sumber daya berhasil membukukan laba bersih Rp3,9 triliun (audited) pada 2022, naik 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kontribusi Pelindo kepada negara pada 2022 juga meningkat, yakni mencapai Rp7,2 triliun atau lebih tinggi 54 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang baru Rp4,7 triliun.

"Kontribusi tersebut dalam bentuk setoran dividen, pajak (PPh, PPN dan PBB), penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan konsesi," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya