Liputan6.com, Jakarta - Sebuah patung baru, yang diyakini sebagai yang pertama di dunia, dirancang untuk merayakan perempuan berhijab. Karya seni bertajuk "Strength of the Hijab" ini dirancang Luke Perry dan akan dipajang di kawasan Smethwick, West Midlands, Inggris, pada Oktober 2023.
Melansir BBC, Rabu, 20 September 2023, patung itu tingginya lima meter dan beratnya sekitar satu ton. Proyek ini ditugaskan oleh Legacy West Midlands, sebuah badan amal terdaftar, yang merayakan warisan komunitas migran pascaperang di Birmingham.
Advertisement
Perry berkata, "'Strength of the Hijab' adalah sebuah karya yang mewakili perempuan berhijab pemeluk agama Islam, dan (patung) ini eksis untuk mewakili bagian dari komunitas kita yang selama ini belum mendapat porsi setara, namun sangat penting."
“Mereka membutuhkan visibilitas, ini sangat penting, jadi bekerja sama dengan komunitas untuk menghasilkan desain sangatlah menarik karena sampai sekarang kami tidak tahu seperti apa jadinya," ia menambahkan. Perry sebelumnya telah merancang patung Black British History is British History, bersama Canaan Brown, yang dipajang di Winson Green pada Mei 2023.
Sayangnya, karya itu dirusak segera setelah dipasang. Meski Perry mengakui patung baru ini bisa jadi "kontroversial," ia mengatakan patung itu penting untuk mewakili semua orang yang tinggal di Inggris. Ia berbagi," Ada kemungkinan bahwa (patung) ini bisa jadi kontroversial karena berbagai alasan."
"Saya rasa tidak ada satupun yang valid, tapi banyak orang yang setuju, ada banyak orang yang keberatan dengan perbedaan yang ada di komunitas kita, dan ingin mereka semakin terpecah," tuturnya.
Pemimpin Nasional Muslim Pertama
Perry menyambung, "Tapi, masa depan negara kita adalah tentang apa yang mempersatukan kita, bukan apa yang memisahkan kita, itulah mengapa penting untuk memiliki perwakilan di seluruh Inggris, semua orang yang tinggal di sini. Reaksinya sangat, sangat positif."
Maret lalu, Humza Yousaf dikukuhkan sebagai menteri pertama Skotlandia. Ia merupakan orang kulit berwarna pertama yang memimpin pemerintahan Skotlandia dan pemimpin nasional Muslim pertama di negara demokrasi Barat mana pun.
Pencapaian ini terjadi lima bulan setelah Inggris mendapatkan pemimpin Hindu pertamanya, yaitu Perdana Menteri Rishi Sunak. Ibu kota Inggris dipimpin Wali Kota London Sadiq Khan, putra seorang imigran Pakistan, lapor AP.
Ketiga politisi tersebut mencerminkan percepatan diversifikasi politik di Inggris, sebuah negara yang masa lalu imperialisnya membentuk masa kini yang multi-etnis, menurut publikasi itu. "Saat ini terdapat harapan, atau pemahaman terhadap keberagaman dalam politik Inggris, yang tidak kita lihat di negara-negara Eropa lain," kata Sunder Katwala dari British Future, sebuah lembaga pemikir yang mempelajari identitas dan ras.
Advertisement
Dana Perlindungan dari Pemerintah Inggris
Dalam pidato pelantikannya, Yousaf mengatakan ia "selamanya bersyukur bahwa kakek nenek saya melakukan perjalanan dari Punjab ke Skotlandia lebih dari 60 tahun lalu." "Sebagai imigran di negara ini, yang hampir tidak bisa berbahasa Inggris, mereka tidak dapat membayangkan cucu mereka suatu hari nanti akan jadi menteri pertama Skotlandia," katanya.
"Dari Punjab hingga parlemen kita, ini adalah perjalanan dari generasi ke generasi yang mengingatkan kita bahwa kita harus merayakan para migran yang berkontribusi begitu besar bagi negara kita," ia melanjutkan.
Sejalan dengan "langkah inklusif" terhadap komunitas beragama, termasuk Muslim, tempat-tempat ibadah akan menerima dana 28 juta poundsterling untuk membantu menjaga keamanan mereka dan umat, kata Menteri Keamanan Inggris Tom Tugendhat, lapor The National News pada Juli 2023.
Pendanaan tersebut merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk memastikan komunitas keagamaan di Inggris dan Wales terlindungi dari ancaman kejahatan rasial dan serangan teror, serta dapat menjalankan keyakinan mereka dengan bebas dan tanpa rasa takut.
Uang tersebut digunakan untuk keamanan pelindung fisik, seperti CCTV, alarm penyusup, dan pagar pengaman, untuk membantu melindungi masjid, gereja, kuil, gurdwara, dan tempat ibadah lain. Pada 2021--2022, 42 persen kejahatan kebencian terhadap agama yang dicatat polisi di Inggris dan Wales dilakukan terhadap umat Islam.
Melindungi Masjid dan Sekolah Islam
Tahun ini, hingga 24,5 juta poundsterling akan kembali tersedia untuk melindungi masjid dan sekolah Islam. Perlindungan ini akan dilakukan melalui skema baru yang disebut Skema Keamanan Perlindungan Masjid dan program untuk sekolah-sekolah Muslim yang diluncurkan langsung pada guru-guru di sekolah yang memenuhi syarat pada awal tahun.
"Kebebasan beragama dan berkeyakinan dan kebebasan beribadah adalah hal mendasar," kata Tugendhat. "Kami akan melindungi umat beragama dari segala bentuk kebencian yang menargetkan komunitas kami dan berkomitmen untuk melindungi semua agama."
"Saya mendorong tempat ibadah mana pun yang merasa membutuhkan bantuan untuk mendaftar di bawah skema ini," ia menambahkan. Pendanaan 3,5 juta poundsterling lainnya juga akan tersedia untuk semua agama lain (non-Muslim dan non-Yahudi) melalui Skema Pendanaan Keamanan Perlindungan Tempat Ibadah.
Komunitas Yahudi terus menerima dana untuk sekolah, sinagoga, dan situs komunitas lain melalui skema terpisah yang disebut Hibah Keamanan Perlindungan Komunitas Yahudi, yang ditingkatkan sebesar 1 juta poundsterling pada tahun ini.
Advertisement