Mejeng di Rakuten Fashion Week Tokyo 2024, Jenama Indonesia (X)S.M.L Usung Konsep Keberlanjutan

(X)S.M.L menjadi satu-satunya jenama dari Indonesia yang memamerkan koleksi di Rakuten Fashion Week Spring/Summer 2024.

oleh Putu Elmira diperbarui 21 Sep 2023, 05:32 WIB
Koleksi (X)S.M.L di Rakuten Fashion Week Tokyo Usung Konsep Keberlanjutan (dok. (X)S.M.L)

Liputan6.com, Jakarta - Tak sedikit brand fesyen Indonesia yang sukses menembus kancah dunia. Sebut saja (X)S.M.L yang menjadi satu-satunya jenama dari Tanah Air yang memamerkan koleksi di Rakuten Fashion Week Spring/Summer 2024.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu, 20 September 2023, pekan mode ternama di Jepang tersebut tahun ini berlangsung di Shibuya Hikarie Tokyo. (X)S.M.L menyuguhkan konsep teranyar dengan mengusung tema desain keberlanjutan.

Dalam koleksi yang mengusung tajuk "Be Sustainable Be Fashion" ini, lebih dari 60 looks ditampilkan di runway. Seluruh desain koleksi tersebut diklaim mengedepankan konsep keberlanjutan. Jenama ini mengangkat tiga poin penting dalam persembahan karya ini, yakni penggunaan bahan yang melalui proses alami, konsep desain yang mudah dipadu-padankan, dan desain yang versatile atau multifungsi.

Lead Creative and Design dari (X)S.M.L Jun Mardian dan Gerda K mengatakan bahwa koleksi keberlanjutan ini mengawali reborn jenama ini. Pihaknya mengedepankan konsep ramah lingkungan dengan desain-desain bersifat abadi yang bisa digunakan dalam jangka waktu lama.

Managing Director (X)S.M.L Berta Guritno menerangkan, "Bahan yang digunakan untuk koleksi SS2024 ini memang belum sepenuhnya menggunakan proses alami, namun komitmen (X)S.M.L akan terus fokus kepada konsep sustain yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak buruk limbah industri dan menciptakan ekosistem yang berkesinambungan."

Menggunakan proses alami, Berta menyebut bahan-bahan yang digunakan untuk koleksi ini tetap berpegang pada kualitas terbaik, dari sisi kualitas produksi sampai desain yang bersifat klasik. (X)S.M.L turut mengajak para produsen, pengguna dan pecinta fashion untuk bersama-sama lebih peduli pada lingkungan.


Tentang Rakuten Fashion Week Tokyo

Koleksi (X)S.M.L di Rakuten Fashion Week Tokyo Usung Konsep Keberlanjutan (dok. (X)S.M.L)

Dikutip dari laman resmi Rakuten Fashion Week Tokyo, "Fashion Week" adalah pekan mode yang diadakan dua kali setahun di kota-kota mode dunia dengan tren musim depan lahir dari koleksi terbaru yang ditampilkan pada peragaan busana dan pameran. Di antara pekan mode dunia, gelaran fesyen akbar yang diadakan di Paris, Milan, London, New York, dan Tokyo dianggap berpotensi paling besar untuk menyebarkan informasi karena sejarahnya dan banyaknya perbincangan di seputarnya.

Kelima pekan mode ini merupakan pekan mode paling terkenal di dunia dan mempunyai banyak pengaruh terhadap dunia mode. Pekan mode yang diadakan di Tokyo adalah "Rakuten Fashion Week TOKYO".

Rakuten Fashion Week Tokyo diselenggarakan oleh Japan Fashion Week Organization (JFW Organization) dan diadakan dua kali setahun pada Maret dan Agustus. Kreasi terbaru Negeri Sakura dipamerkan kepada dunia di Shibuya Hikarie dan Omotesando Hills serta lokasi lain di Tokyo.


Siswa SMK Kudus Rancang Busana Bertema Keberlanjutan dalam 12 Hari

Rancangan kelompok 1 dari SMK NU Banat Kudus bertema Sheng menjadi pemenang kategori terbaik busana Batik Kudus, di Ruang Kreatif: Batik Kudus in Fashion. (dok. Djarum Bakti Budaya)

Isu keberlanjutan bukan hal familiar untuk tim sustainability kelompok 3 yang terdiri dari lima siswa SMK NU Banat Kudus. Mereka baru memahaminya setelah mendapat pelatihan singkat dari desainer Denny Wirawan lewat program Ruang Kreatif: Batik Kudus in Fashion.

Setelah menerima teori yang disampaikan secara hybrid, mereka lalu diminta merancang busana sekaligus mewujudkannya dalam pakaian siap pakai. Hanya 12 hari waktu mereka untuk menyelesaikan seluruh rancangan tersebut sebelum ditampilkan di panggung mini show yang digelar pada Sabtu, 13 Agustus 2022, di Kudus. Pertunjukan itu sekaligus bagian dari kompetisi.

Mirna, salah seorang anggota tim itu menerangkan rancangan mereka mengambil tema Basundari, yang berarti tanah dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, palet warna yang dipilih kuning kecokelatan sebagai penggambaran kesuburan tanah.

Ia dan teman-temannya berbagi tugas, siapa yang mengerjakan desain, membuat pola, menjahit, hingga menyelesaikan detail. Naila Sifa lah yang kebagian merancang desain busana yang terdiri dari jumpsuit serta blus berkerut itu. 

"Kami pakai kain madina, itu sejenis katun, kemudian linen, dan lurik. Batiknya cuma dipakai untuk tempelan kain perca," terang siswa kelas XII SMK NU Banat Kudus jurusan tata busana itu kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.


Teknik Potongan Khusus

Kreasi busana sustainable fashion karya kelompok 3 SMK NU Banat Kudus. (dok. Djarum Bakti Budaya)

Keberlanjutan diusung lewat teknik potongan khusus yang tidak menimbulkan banyak sisa kain. Kainnya juga disebut ramah lingkungan. "Kita selesain semuanya di sekolah. Dikerjakan sampai jam 6 sore sebelum sekolah bubar," ujarnya.

Kerja keras mereka diapresiasi para juri yang terdiri dari Denny Wirawan, Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Ria Lirungan sebagai Editor in Chief Harper’s Bazaar Indonesia, serta Hagai Pakan selaku fashion stylist. Mereka sepakat menyebut kreasi sustainable fashion kelompok 3 SMK NU Banat sebagai pemenang fesyen berkelanjutan.

Denny yang menjadi mentor para siswa SMK itu mengaku bangga dengan pencapaian anak didiknya. Mereka, kata dia, sudah bisa menghasilkan rancangan apik dengan jahitan rapi, padahal baru sekitar dua tahun menempuh pendidikan di jurusan itu.

"Mereka pelajar di kelas XI yang baru naik ke (kelas) XIII). Proses belajar mengajarnya dimulai dari program kita. Karena itu, bisa membuat koleksi seperti ini, luar biasa loh, apalagi kalau dibuat menjadi program rutin," tutur desainer pemilik label BaliJava itu.

Prinsip sustainable dalam fesyen, kata Denny, merupakan upaya pengarusutamaan isu lingkungan yang masih sering diabaikan. Padahal, industri fesyen merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di dunia, lewat sampah tekstil. Dengan menanamkan konsep itu sejak dini, ia berharap para pelajar bisa lebih sadar dampak atas rancangan busana yang mereka buat.

"Saya tidak menerapkan satu kain utuh dalam satu piece baju. Satu piece jaket saya combine jadi beberapa motif. Ini bagian dari desain tapi juga penerapan sustainable. Seminimal mungkin menghasilkan perca. Harus juga dipikirkan desain padu padan warnanya, karena enggak hanya harus sustain tapi asal. Jadinya malah ngaco," tuturnya.

Infografis The Big 4, Pekan Mode Bergengsi Dunia. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya