Naskah Khutbah Jumat Maulid Nabi 2023 Singkat: Meneladani Sosok Rasulullah SAW

Sudah seharusnya umat Islam meneladani sosok Nabi Muhammad SAW. Agar semakin cinta, berikut ini redaksi bagikan naskah khutbah Jumat singkat tentang Maulid Nabi.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 21 Sep 2023, 13:30 WIB
Ilustrasi maulid Nabi Muhammad saw.. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini umat Islam bergembira karena kembali berjumpa dengan bulan Rabiul Awal. Bulan ini istimewa karena di bulan tersebut Rasulullah SAW lahir.

Mayoritas ulama sepakat bahwa Rasulullah SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Peristiwa kelahiran Rasulullah SAW bertepatan saat pasukan Gajah Abrahah menyerang Ka'bah di Makkah.

Hingga saat ini, setiap tanggal 12 Rabiul Awal diperingati sebagai hari lahir Nabi Muhammad SAW atau dikenal dengan Maulid Nabi. Maulid berarti lahir, maka dengan pernyataan ini dapat mengingatkan umat Islam tentang perjuangan dan keteladanan Rasulullah SAW.

Sudah seharusnya umat Islam meneladani sosok Nabi Muhammad SAW. Agar semakin cinta, berikut ini redaksi bagikan naskah khutbah Jumat singkat tentang Maulid Nabi.

Materi khutbah Jumat ini disusun oleh Djarnawi Hadikusumo yang dikutip dari laman Suara Muhammadiyah. Semoga bermanfaat.

 


Khutbah I

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Sidang Jum’at yang terhormat, takutlah kepada Allah sebagaimana Junjungan Nabi telah ajarkan kepada kita. Wahai ummat Muhammad, dengar khutbah ini baik-baik yang diraikan untuk memperingati hari lahir Junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Pada tanggal 12 Rabiulawal diperingati sebagai hari lahir junjungan kita itu. Sekitar lima abad sesudah Nabi Isa ‘alaihissalam meninggalkan dunia ini. Dia lahir sebagai manusia biasa, tidak dipercayai sebagai Tuhan atau anak Tuhan. Dia adalah anak manusia sejati hamba Allah yang dikasihi, yang dikaruniai Wahyu Ilahi pada usia 40 tahun menjadi Nabi dan Rasul sejati untuk ummat seluruh dunia ini, sebagai termaktub Firman Allah:

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ – ١١٠

"Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS: Al-Kahfi [18] : 110)

Riwayat Junjungan Nabi tiap tahun diuraikan, wajiblah mempertebal pengenalan kita terhadap diri Junjungan itu, siapa dan apa dia, dan apa tugas dan jasanya, betapa wakat dan kepribadiannya, apa saja nasehat dan ajarannya, bagaimana perjuangannya dan pengorbanannya, apa saja nasehat dan ajarannya, bagaimana perjuangannya dan pengorbanannya. Untuk itu kita yakini kita contoh. Bukankah kita diwajibkan mencontoh segalanya itu dari Junjungan kita, sebagaimana Firman Allah:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ – ٢١

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab [33] : 21)

Dengan memahami riwayat dan pribadi Rasulullah, tergambarlah dengan terang kepada kita contoh yang harus kita tiru dan ikuti.

Dia merupakan manusia ideal bagi kita. Tetapi untuk mencontoh gambaran yang ideal ini, kita memerlukan iman dan keyakinan yang tebal, takwa dan tawakkal yang menyala-nyala yang sanggup melebur kepentingan dan hasrat kesenangan individual ke dalam kepentingan dan kesejahteraan bersama. Dan ini adalah sukar dan berat, khususnya zaman sekarang ini di mana hawa nafsu angkaramurka merajalela berlomba-lomba mengejar kelezatan maksiat dan kemewahan serta kemegahan memegang kekuasaan, dan kita kaum muslimin tidak terkecuali dalam hal ini.

Amar ma’ruf menjadi kendor, nahi mungkar dianggap merugikan, ajaran kepada kebaikan telah dirasa membosankan, mengingatkan kepada barang yang hak dan kesabaran tidak diperhatikan. Kesemuanya itu sudah dianggap perbuatan yang tidak menghasilkan, tidak menguntungkan.

Saudara-saudara sidang Jum’at yang terhormat

Nabi Muhammad Saw diutus Allah menjadi Rasulnya dan diturunkan kepadanya wahyu untuk diajarkan dan diamalkan oleh ummat manusia. Wahyu Allah dan tuntunan Rasul itulah agama Islam, agama yang pasti dapat menyelamatkan manusia dari kehancuran. Tetapi sudah tentu ajaran Allah dan Rasul atau Islam itu berlawanan dengan kehendak nafsu yang telah begitu dalam mempengaruhi manusia, dan telah begitu erat membelenggu akalnya dan telah begitu gelap membutakan mata hatinya.

Ajaran Islam bersendi kepada percaya kepada Allah yang Esa, dengan iman itu manusia akan berbakti dan takut kepada Allah. Islam melarang maksiat karena maksiat itu menghancurkan masyarakat, mewajibkan beribadan dan berbuat baik, karena ibadah serta berbuat baik itu menenangkan jiwa dan mengurangi jahatnya nafsu. Islam membagi halal dan haram, serta yang diharamkan tiada lain hanyalah perkara yang merugikan diri dan orang lain, tetapi justru meninggalkan perkara itulah yang dirasa berat oleh hawa nafsu.

Karena wahyu Ilahi menentang nafsu jahat, bangkitlah manusia yang dikemudikan oleh melawan wahyu Ilahi itu, memusuhi Junjungan Nabi dan siapa saja yang mengajarkan agama. Berusaha untuk mematikan petunjuk-petunjuk agama dengan segala tipu daya, membunuh, menyakiti, menganiaya, membujuk serta memberikan suapan harta dan pangkat asal orang bersedia bungkam mulut berpangku tangan berhenti dari menyiarkan agamanya dan amar ma’ruf nahi mungkar.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

 

 


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّابَعْد

Saudara-saudara sidang Jum’at yang terhormat, takutlah kepada Allah dan selamanya gar dapat meninggalkan dunia ini kelak dengan husnul khatimah, mati dalam mengabdi kepada Allah, dalam Islam yang sebenar-benarnya.

Junjungan Nabi Muhammad Saw dilahirkan dalam keadaan miskin, yatim. Sampai masa kanak-kanak dia hidup di dusun sunyi, menggembalakan kambing. Pada usia enam tahun wafat ibunya, yang menjadikan dia yatim piatu. Pada usia delapan tahun meninggal pula neneknya yang memeliharanya. Yang menjadikannya sebatangkara. Untung ada pamannya yang sudi memeliharanya, seorang paman yang miskin pula, Abu Thalib.

Anak yatim piatu penggembala kambing yang miskin inilah dia Rasulullah yang terpilih menjadi penggembala manusia menjuju ke jalan yang benar, mendaki ke tempat yang tinggi dan jaya dengan pedoman wahyu Ilahi yang abadi. Dia bukan hanya penggembala menjaga keselamatan manusia yang mencari makan, bukan penghibur orang yang sengsara hanya dengan kata-kata lunak dan harapan-harapan di atas langin.

Dia adalah penggembala yang yang dengan tuntunan Ilahi, menggerakkan ummatnya berjuang habis-habisan memerangi hawa nafsu sendiri, menyerahkan diri berbakti kepada Allah, serta maju dan naik menyebarkan kebenaran dan kebahagiaan seluruh dunia. Dia tidak haus kekuasaan, tidak memburu kebesaran, bahkan dilarangnya orang berbuat demikian.

Dia tunaikan tugas dari Allah untuk memimpin umatnya berbuat ihsan kepada dirinya dan masyarakat, tiada lain adalah dengan maksud meciptakan kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat. Inilah semuanya apa yang terkandung dalam Agama Islam, agama Allah yang hak.

Dalam memperingati maulid Junjungan kita itu, kita harus sadar akan kekurangan ummat Islam kepada pimpinan dan pemimpin seperti dia dan para sahabatnya. Adalah satu kewajiban kepada para ulama, pemimpin dan penganjur bangsa Indonesia umumnya, serta ummat Islam khususnya, untuk meneladani dan mendekatkan diri pada contoh yang telah diberikan oleh Junjungan kita Rasulullah Muhammad Saw.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن

Saksikan Video Pilihan Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya