Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru yang dilakukan Rocky Mountain Institute (RMI), System Change Lab, dan EEIST Project menegaskan bahwa kendaraan listrik dapat menyumbang lebih dari dua pertiga total penjualan mobil baru pada 2030. Jumlah tersebut, proporsinya jauh lebih besar dibandingkan banyak analisis terbaru lainnya.
Disitat dari Carscoops, Kamis (21/9/2023), penelitian ini mengikuti lintasan kurva S yang terlihat di pasar kendaraan listrik, seperti Eropa dan Tiongkok serta menerapkannya di seluruh dunia. Hasilnya menunjukan penjualan kendaraan listrik akan melonjak setidaknya enam kali lipat pada 2030.
Advertisement
Jika demikian, maka penjualan tersebut akan mencapai 62 hingga 86 persen dari seluruh penjualan kendaraan baru pada 2030.
Diperkirakan juga, bahwa keseluruhan armada mobil berbahan bakar akan mencapai puncaknya, dan akan terjun bebas pada 2030.
Model kurva S mengambil data historis dan titik akhir, menggunakan masa lalu untuk memperkirakan titik tengah dan tingkat pertumbuhan di masa depan.
Penelitian RMI menambahkan bahwa perekonomian mulai mengambil alih insentif kebijakan sebagai pendorong utama penjualan kendaraan listrik. Biaya baterai kendaraan listrik diklaim dapat berkurang setengahnya pada dekade ini, dari US$ 151 per kilowatt hour menjadi antara US$60 dan US$90.
China Memimpin Pasar Kendaraan Listrik
Penurunan biaya ini dapat membuat kendaraan listrik menjadi lebih murah atau lebih terjangkaui untuk dibeli dan dimiliki, dibandingkan mobil berbahan bakar bensin di setiap pasar secara global.
China diperkirakan akan terus memimpin pasar kendaraan listrik dengan penjualan mencapai 90% dari total pasar mobil baru pada tahun 2030.
Advertisement