Indonesiana TV dari Kemendikbudristek Jadi Platform Ruang Ekspresi Budaya Anak Bangsa

Kemendikbudristek menghadirkan Indonesiana TV agar bisa membangkitkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya lokal.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 21 Sep 2023, 16:00 WIB
Program Kelana Indonesiana yang digelar di Surabaya sebagai bentuk sosialisasi Indonesiana TV. (Dok: Kemendikbudristek)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menghadirkan TV kebudayaan pertama di Indonesia yang diberi nama Indonesiana.

Kehadiran Indonesiana diharapkan bisa membangkitkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya lokal. Menurut Direktur Jenderal Budaya Kemendikbudristek Hilmar Farid, platform Indonesiana TV bisa menyerap potensi semua kalangan untuk memajukan kebudayaan.

"Dengan begitu kemunculan Indonesiana.TV yang diluncurkan Mendikbudristek sebagai Merdeka Belajar episode ketiga belas tidak sekadar sebagai hiburan tapi juga mengedukasi," tutur Hilmar dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (21/9/2023).

Sebagai bagian dari kehadiran Indonesiana TV, Balai Media Kebudayaan Kemendikbudristek pun menggelar program yang diberi nama Kelana Indonesiana di Surabaya.

Program ini merupakan ajang sosialisasi untuk menjadikan kekayaan budaya Indonesia sebagai sumber inspirasi dan kreativitas yang dibentuk jadi karya untuk ditayangkan di platform Indonesiana TV. 

Kepala BMK Kemendikbudristek Retno Raswaty juga menuturkan, Indonesiana TV ingin mengajak masyarakat Indonesia melahirkan karya-karya segar yang terinspirasi dari budaya lokal, sehingga karya tersebut ikut mengembangkan dan menjaga kebudayaan nasional.

"Selain menjadi media tontonan bagi semua lapisan masyarakat Indonesiana.TV juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat informasi untuk kepentingan peningkatan khazanah kebudayaan Indonesia," tuturnya.

Untuk diketahui, tayangan Indonesiana TV dapat disaksikan melalui situs www.indonesiana.tv atau jaringan televisi berlangganan IndiHome kanal 200 (HD) dan 916 (SD).


Berkarya Bersama Indonesiana.TV

Ilustrasi tarian Suku Dayak, Kalimantan, Indonesia, budaya. (Photo by Ainun Jamila on Unsplash)

Kelana Indonesiana di Surabaya ini juga mengajak generasi muda siswa-siswi SMK, tenaga pendidik, dan komunitas seni budaya untuk menonton film animasi dengan teknik wayang (aniwayang) berjudul Desa Timun.

Film animasi garapan Daud Nugraha (kreator dan Sutradara) serta Ricca Viria (Produser) ini merupakan salah satu program unggulan yang ditayangkan di Indonesiana TV.

Aniwayang Desa Timun dianggap unik karena berhasil memadukan antara teknik seni budaya wayang kulit dengan teknik animasi modern.

Para peserta lokakarya yang hadir sberasal dari SMP Negeri 3, SMK Negeri 1, SMK Negeri 10, SMK Negeri 12 Surabaya, dan SMK Muhammadiyah 2 diajak ikut serta terlibat dan mencoba langung cara membuat aniwayang.

Selain acara lokakarya aniwayang, ada juga sesi bincang kreatif antara tim Indonesiana.TV dengan para guru dan komunitas. Bincang keatif ini menjelaskan tentang peluang kolaborasi dan sinergi bagi para guru dan komunitas dengan Indonesiana TV. 


Sambutan Antusias untuk Indonesiana TV

Ilustrasi tarian Jawa, Indonesia, budaya. (Photo by Farano Gunawan on Unsplash)

Kehadiran Indonesiana TV yang sejak dua tahun terakhir terus disosialisasikan secara masif, ternyata mendapatkan positif dari pelaku seni budaya maupun generasi muda.

Indonesiana TV dinilai mampu memantik perhatian dan kepedulian masyarakat mengenai kekayaan budaya nasional.

Seniman sekaligus pendiri Institut Musik Jalanan (IMJ) Andi Malewa yang ditemui di lokasi Sosialisasi Kelana Indonesiana mengungkapkan, Indonesiana TV merupakan jawaban dari harapan musisi jalanan untuk mengekspresikan karya seni dalam sebuah platform digital yang baik.

"Program-program budaya di dalam Indonesiana.TV dapat dijadikan referensi bagi musisi jalanan untuk mengenal dan memahami karakter musik rekan seprofesinya di kota berlainan," tuturnya.

Sementara siswi SMKN 1 Surabaya Naika Dealova menuturkan, dengan kehadiran Indonesiana TV generasi muda tidak perlu merasa khawatir dianggap kuno jika membuat konten dari budaya lokal.

(Dam/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya