Dokter Imbau Orangtua Lengkapi Vaksinasi Pneumonia dan Influenza agar Anak Terhindar dari ISPA

Anak yang sudah divaksinasi tidak akan mudah sakit bila terserang bakteri atau virus pemicu infeksi pernapasan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Sep 2023, 15:38 WIB
Dokter Imbau Orangtua Lengkapi Vaksinasi Pneumonia dan Influenza agar Anak Terhindar dari ISPA. (unsplash.com/Mufid Majnun)

Liputan6.com, Jakarta - Orangtua perlu memberikan akses vaksin pneumonia dan influenza untuk cegah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak.

Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis anak RSIA Family dan RSIA Grand Family, Handoko Lowis. Menurutnya, vaksinasi dilakukan dengan tujuan menyiapkan respons imun tubuh bila terinfeksi oleh bakteri atau virus penyebab masalah pernapasan di kemudian hari.

Anak yang sudah divaksinasi tidak akan mudah sakit bila terserang bakteri atau virus pemicu infeksi pernapasan. Pasalnya, tubuh dengan cepat akan membentuk antibodi dan membunuh bakteri atau virus yang masuk.

Pemberian vaksinasi yang tepat waktu akan memberikan hasil yang optimal. Jika terlambat diberikan, orangtua dapat berdiskusi dengan dokter anaknya untuk pemberian vaksinasi selanjutnya.

“Jangan sampai vaksinasi dihentikan karena terjadi keterlambatan dalam pemberiannya, karena lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” ujar Lowis dalam temu media di Jakarta Selatan, Kamis (21/9/2023).

Dia menjelaskan, pneumonia pada anak adalah penyebab infeksi tunggal terbesar kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia membunuh 740.180 anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2019, terhitung 14 persen dari semua kematian anak di bawah lima tahun.

Beberapa jenis pneumonia dapat dicegah dengan vaksin. Anak-anak biasanya mendapatkan vaksin rutin terhadap Haemophilus influenzae, pneumococcus, dan batuk rejan mulai dari usia dua bulan.

Vaksin flu direkomendasikan untuk semua orang dewasa dan anak-anak berusia 6 bulan ke atas. Vaksin ini sangat penting untuk anak-anak yang memiliki penyakit kronis, seperti kelainan jantung, paru-paru atau asma.


Mengenal ISPA

Dokter spesialis anak RSIA Family dan RSIA Grand Family, Handoko Lowis menjelaskan soal ISPA, Jakarta Selatan (21/3/2023). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Lowis juga menjelaskan, ISPA adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga alveoli. Termasuk adneksa (struktur tambahan suatu organ) seperti sinus pada hidung, rongga telinga tengah pada telinga, dan pleura pada paru.

Dia menggarisbawahi, ISPA bukan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas karena bisa terjadi di saluran pernapasan atas maupun bawah.

“Disebut akut karena infeksi berlangsung hingga 14 hari, meskipun untuk beberapa penyakit yang termasuk ISPA, proses ini berlangsung lebih dari 14 hari.”

Penyebab ISPA

Penyebab utama terjadinya infeksi saluran pernapasan bawah adalah bakteri. Sebagai contoh Streptococcus Pneumoniae yang di banyak negara merupakan penyebab paling umum pneumonia.


Gejala ISPA

Dokter spesialis anak RSIA Family dan RSIA Grand Family, Handoko Lowis menjelaskan soal ISPA, Jakarta Selatan (21/3/2023). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat, antara lain:

  • Demam
  • Pusing
  • Lemas
  • Tidak nafsu makan
  • Muntah
  • Suara napas ngorok
  • Nyeri dada
  • Sesak napas
  • Kurang oksigen dan dapat berlanjut pada gagal napas apabila tidak mendapat pertolongan, bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Kapan Harus ke Dokter?

Kebiasaan sedot ingus anak oleh ibu dinilai keliru oleh dokter spesialis anak RSIA Family dan RSIA Grand Family, Handoko Lowis, (21/9/2023). Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Biasanya batuk, pilek, atau sakit tenggorokan dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu satu hingga tiga minggu tanpa harus melakukan pengobatan atau cukup dengan minum obat dari rumah.

“Namun, jika gejala yang dirasakan tak kunjung hilang atau bahkan mulai mengganggu ritme napas dan menyebabkan sesak napas, segera temui dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.”

Dokter dapat mendiagnosis ISPA hanya melalui pemeriksaan fisik dengan menanyakan gejala, serta melihat langsung kondisi fisik dari pasien. Ini bisa meliputi pemeriksaan kondisi hidung, telinga, hingga tenggorokan untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi.

Pertolongan pertama pada ISPA biasanya tidak membutuhkan tindakan apabila gejala tidak menunjukan suatu kondisi yang serius seperti pneumonia.

Dokter biasanya akan meresepkan obat pereda demam dan nyeri, obat batuk dan pilek, serta obat peradangan saluran pernapasan untuk membantu meredakan sesak napas yang dirasakan.

Infografis 5 Posisi Proning, Bantu Pernapasan Pasien Isolasi Mandiri Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya