6 Fakta Menarik Gunung Tangkuban Parahu yang Menginspirasi Legenda Sangkuriang

Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di Lembang, Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan legenda Sangkuriang. Lokasinya sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, Gunung Tangkuban Parahu memiliki ketinggian 2.084 mdpl.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 22 Sep 2023, 08:30 WIB
Pemandangan Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu dua pekan sebelum erupsi (Liputan6.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di Lembang, Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung. Dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, Gunung Tangkuban Parahu memiliki ketinggian 2.084 mdpl.

Bentuk Gunung Tangkuban Parahu adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan merupakan sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan ketika gunung tidak aktif yakni uap belerang.  

Mengutip dari laman Gunung Bagging, gunung berapi yang memiliki banyak kawah aktif ini merupakan salah satu tempat wisata unggulan di Jawa Barat. Terutama karena mudah dicapai dari Bandung dan terdapat jalan menuju tempat parkir Jaya Giri di tepi kawah Kawah Ratu.

Gunung Tangkuban Perahu dapat diakses melalui kendaraan bermotor, baik mobil maupun motor. Kondisi jalan yang tersedia sangat baik dan mudah diakses. Tak hanya pemandangan kebun-kebun teh dan bukit yang sangat indah, saat  melintasi jalan menuju Gunung Tangkuban Perahu, Anda juga akan disajikan pemandangan kota dari jalan yang berada di atas bukit.

Masih banyak hal tentang Gunung Tangkuban Parahu selain letak dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Tangkuban Parahu yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat (22/9/2023).

1. Terbentuk 90 Ribu Tahun yang Lalu

Gunung Tangkuban Parahu terbentuk sekitar 90 ribu tahun lalu di Kaldera Sunda. Gunung ini, menurut T. Bachtiar dan Dewi Syafriani dalam buku Bandung Purba, lebih muda dari Gunung Burangrang. Gunung Burangrang yang berlokasi di sisi barat Gunung Tangkuban Parahu terbentuk sekitar 210 ribu hingga 105 ribu tahun lalu.


2. Gunung Tangkuban Parahu Punya 13 Kawah

Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat jadi andalan pariwisata. (Dok: Instagram @mountenesiaoutdoorfestival.id)

Saat Gunung Tangkuban Parahu meletus, sebagian material alirannya yang mengalir ke selatan tertahan di kaki patahan. Sepanjang sejarahnya, aktivitas yang terjadi di gunung Tangkuban Parahu telah membentuk 13 kawah. 

Tiga kawah utama, dari timur ke barat, adalah Kawah Domas, Kawah Ratu yang namanya sama dengan kawah di Gunung Salak, dan Kawah Upas. Terdapat banyak lubang belerang di Kawah Ratu dan beberapa aktivitas letusan serius dalam beberapa tahun terakhir termasuk pada 2019.

3. Legenda Kawah Terbalik dari Sangkuriang

Diperkirakan beberapa ribu tahun yang lalu dataran Bandung yang luas adalah sebuah danau yang sangat luas, terbentuk dari letusan dahsyat yang sering terjadi di kawasan ini. Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga besar yang kini merupakan kawasan Bandung.

Diyakini para ahli geologi, kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 meter di atas permukaan laut adalah sisa dari danau besar yang terbentuk dari pembendungan Ci Tarum oleh letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda. Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif.

Fenomena seperti ini bisa dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Karena itu, legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung Sunda Purba terhadap peristiwa saat itu.

 


4. Transportasi dan Harga Tiket Masuk

Petugas Basarnas meninjau gunung Tangkuban Perahu sehari setelah erupsi di Subang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (27/7/2019). PVMBG menyatakan berdasarkan analisis, Gunung Tangkuban Parahu masih berpotensi erupsi dengan masih terekamnya tremor berkelanjutan. (AFP Photo/Timur Matahari)

Transportasi umum menuju kawah sangatlah mudah dari Bandung, ada angkot ke arah Lembang dan satu lagi naik ke kawah. Berhati-hatilah terhadap supir angkot yang menawarkan untuk mengantarkan Anda langsung ke puncak (dengan biaya yang besar) atau setidaknya pastikan Anda menyetujui harga. 

Taksi seharusnya biayanya tidak lebih dari Rp150.000 sekali jalan. Jika Anda ingin pengemudi menunggu beberapa jam, kemungkinan besar biayanya adalah Rp350.000 atau Rp 400,000. Mulai Maret 2019, tiket masuk ke kawasan ini dikenakan biaya Rp200.000 untuk warga non-Indonesia (Rp300.000 pada akhir pekan dan hari libur nasional). Sementara, warga lokal harus membayar sepersepuluh dari biaya itu. 

5. Waktu untuk Mencapai Puncak

Dari tepi kawah, dibutuhkan waktu sekitar 3,5 jam untuk mengelilingi dua kawah puncak, yaitu Kawah Ratu dan Kawah Upas termasuk mengunjungi titik tertinggi yang berada di punggung hutan datar luas di paling kanan. Sisi terjauh dari dua kawah, Kawah Upas.

Untuk mencapai titik tertinggi, arah berlawanan jarum jam jauh lebih pendek. Namun, pendakian terbaik dengan pemandangan terbaik adalah searah jarum jam, menyusuri pagar kayu di sisi kiri Kawah Ratu, dan mengikuti jalan setapak yang terkadang terjal dan berlumpur hingga ke radio pertama. 


6. Catatan Letusan Gunung Tangkuban Parahu

Mobil Basarnas melintas di kawasan sekitar gunung berapi Tangkuban Perahu sehari setelah erupsi di Subang, Kabupaten Bandung Barat, provinsi Jawa Barat (27/7/2019). Erupsi terjadi pada pukul 15.48 WIB, Jumat (26/7/2019). Erupsi terjadi di Kawah Ratu, Gunung Tangkuban Parahu. (AFP Photo/Timur Matahar

Gunung Tangkuban Parahu sempat meletus beberapa kali. Orang yang sempat mencatat letusan pertamanya adalah botanis sekaligus geologis bernama Franz Wilhelm Junghuhn. Berdasarkan catatan yang dibuat Junghuhn pada 1853, catatan pertama tentang letusan Gunung Tangkuban Parahu adalah 1829. Tak ada data tentang letusan sebelumnya.

Setelah itu, gunung beristirahat selama 17 tahun, letusan berikutnya terjadi pada 1846. Gunung Tangkuban Parahu tercatat aktif berturut-turut pada 1867 dan 1887. Letusan besar berikutnya terjadi pada 1896 setelah gunung beristirahat selama 50 tahun. 

Pada 2005 lalu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Daerah telah membuat peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Tangkuban Parahu. Di buku Bandung Purba tertulis bahwa lembah yang berpotensi dilanda lahar antara lain Ciasem, Cimuji, Cikole, Cibogo, Cikapundung, Cihideung, Cibeureum dan Cimahi.

Gunung Tangkuban Parahu termasuk gunung api aktif yang statusnya masih diawasi Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda keaktifan. Di antara tanda aktivitas gunung berapi ini yaitu munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di antaranya di kawasan Ciater, Subang.

Infografis 7 Tips Naik Gunung Minim Sampah. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya