Liputan6.com, Jakarta Isu polusi udara yang terjadi di Jakarta dan kota sekitarnya terus menjadi perhatian masyarakat. Sebab kondisi udara yang tidak sehat bagi kelompok sensitif yang merugikan manusia dan juga berdampak pada hewan hingga tumbuhan.
Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga mengatakan kondisi ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru, karena Jabodetabek dan terutama Jakarta selalu mendapatkan peringkat antara 1 sampai 3 dalam 5 tahun terakhir ini terkait polusi udara.
Advertisement
Dalam 5 tahun ke depan di Jabodetabek akan tetap seperti ini kalau tidak ada aksi dari semua pihak. “Secara umum, untuk membangun kota, kawasan dengan udara bersih maka harus terus membangun kawasan eco green living dan ini perlu waktu dalam membangun konsep ini, jelas Nirwono Joga dalam acara Elevee Media Talkshow yang diadakan di Alam Sutera, Tangerang, Banten (18/9/2023).
Untuk mewujudkan eco city atau eco living tersebut menurut Nirwono ada 4 pilar yang menjadi pondasinya. Pertama, membuat kondisi yang nyaman untuk orang berjalan kaki, menuju satu tempat ke tempat lainnya, misalkan ke sekolah, pasar dan fasilitas lainnya.
“Di luar negeri ini sudah berkembang dengan istilah POD (pedestrian oriented development), kita dengan iklim tropis, sebaiknya pedestrian ini dipayungi oleh pepohonan, agar lebih nyaman,” jelas Nirwono.
Selanjutnya yang kedua, pembangunan kawasan, perumahan itu harus berhubungan dengan lingkungan yang sehat, dari air dan udaranya.
“Dan yang ketiga, adalah membudayakan jalan kaki, tapi kota-kota di Indonesia dibangun untuk kendaraan bermotor. Budaya jalan kaki, bersepeda dan menggunakan transportasi publik itu sangat kurang. Dan yang terakhir adalah memberikan ekologi pada makhluk lain, dengan udara bersih dan lingkungan sehat maka, hewan seperti burung akan menunjukan apakah udara bersih atau tidak. Kalau kotor atau berpolusi maka burung akan lari dari sekitar kita,” jelasnya.
Pengembang pun bergerak membangun hunian yang bisa memperbaiki kualitas lingkungan. Salah satunya properti dibangun Alam Sutera.
Sales & Marketing Director PT Alam Sutera Realty Tbk, Lilia Sukotjo mengatakan Alam Sutera yang berdiri di atas lahan seluas 800 hektar terus ikut berperan memperbaiki kualitas lingkungan di Jabodetabek.
Dalam pengembangannya sejak awal, kota mandiri Alam Sutera direncanakan dengan baik sehingga keberlanjutannya berlangsung baik. Sejak akhir tahun 1994, kawasan pedestrian ini sudah di konsep dan juga termasuk pepohonan yang ada di pinggir jalan.
“Kami sangat setuju untuk mengurangi polusi dan membangun budaya jalan kaki, dengan istilah POD. Untuk itu, kondisi jalannya harus sehat, ruangnya cukup, dan aman. Nyaman dan aman tidak tersandung masuk got atau jatuh, tapi juga aman dari kriminalitas. Ini semua harus dirangkum dalam perencanaan yang baik. Makanya hirarki pedestrian di Alam Sutera berbeda-beda sesuai geografis areanya dan semuanya berkanopi pepohonan agar nyaman,” ujar Lilia Sukotjo.
Lilia Sukotjo menambahkan, Escala adalah salah satu produk kawasan terbaru di Alam Sueara yang luasnya 19 hektar. Dan akan menjadi icon dan jantung Alam Sutera yang kita kembangkan sebagai area green development.
Sedangkan, Alvin Andronicus Chief Marketing Officer Elevee Condominium menegaskan, motivasi konsumen membeli hunian di Elevee karena merasa nyaman akan lingkungan Alam Sutera yang mengusung konsep eco green living.
"Hingga saat ini marketing sales dua tower Elevee Condominium telah mencapai 80%, sedangkan serah terima tahap pertama kami jadwalkan awal 2025," jelas Alvin Andronicus.