Liputan6.com, Jakarta - Masih banyak orang-orang memandang Islam sebagai agama yang keras. Sebab ada banyak larangan yang membuat pemeluknya tidak bebas bersenang-senang di dunia.
Bahkan lebih dari itu Islam dianggap sebagai agama teroris yang tidak ragu untuk membunuh orang lain yang bukan beragama islam. Apakah semua prasangka ini benar? Sebagai muslim tentu kita akan menjawab bahwa hal tersebut tidak benar adanya.
Islam merupakan agama yang penuh kedamaian serta sangat menjunjung tinggi toleransi namun tetap ada pada batasan-batasan yang harus dipatuhi untuk mencegah agar aqidah kita tetap murni dan tidak tercampur.
Baca Juga
Advertisement
Pribadi seorang muslim tentu menjadi wajah dari agama Islam. Ketika ia berperilaku ramah, baik hati dan toleran maka dunia pun akan menganggap islam sebagai agama yang baik, dan begitupun sebaliknya.
Jadi sebaiknya bagaimana cara kita sebagai muslim dalam bersikap agar kedepanya agama kita dapat semakin diterima dan nilai baik? Jawabannya tentu saja kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah, kita hanya perlu meniru apa yang telah Rasulullah SAW contohkan.
Saksikan Video Pilihan ini:
3 Faktor Pembentuk Kepribadian Seorang Muslim
Untuk dapat menjadi muslim sejati seperti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah, maka ada tiga hal yang perlu ditanamkan dalam diri yang menjadi tiang penyangga membentuk kepribadian sebagai seorang muslim. Apa saja 3 hal itu?
Mengutip dari buku Nashaihul ‘Ibad karya Imam Nawawi Al-Bantani, Sayyidina ‘Ali RA pernah berkata :
“Jadilah manusia paling baik di sisi Allah, jadilah manusia paling buruk dalam pandangan dirimu dan jadilah manusia biasa di hadapan orang lain”
Syekh Abdul Qadir Jailani juga berkata “ Bila engkau bertemu dengan seseorang, hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakana dalam hatimu : ‘boleh jadi dia lebih baik di sisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya.’
Jika dia orang yang lebih kecil dan lebih muda umurnya daripada dirimu, maka katakanlah dalam hatimu : ’boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada Allah, sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa, maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik daripada aku.’
Bila dia orang yang lebih tua, hendaknya engkau mengatakan dalam hati : ’orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku.’
Jika dia orang yang alim, maka katakanlah dalam hatimu : ‘orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tidak bisa aku raih, telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan, telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya.’
Bila dia orang yang bodoh, maka katakanlah dalam hatimu : ’orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada-Nya, padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan Allah akhiri (apakah dengan husnul khatimah atau dengan su’ul khatimah).’
Bila dia orang yang kafir, maka katakana dalam hatimu : ’aku tidak tahu bisa jadi dia akan masuk islam, lalu menyudahi seluruh amalannya dengan amal shalih, dan bias jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu menyudahi seluruh amalanku dengan amal yang buruk.”
Advertisement
Menjadi Pribadi yang Keren
Dalam pandangan islam semua manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan status sosial, harta tahta, keturunan atau latar belakang pendidikannya. Manusia yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah yang paling tinggi kadar ketakwaannya di antara mereka. Oleh karena itu, sebagian ulama berdoa dengan doa berikut :
اللهمّ اجْعَلْنِي شَكُوراً ، وَاجْعَلْنِي صَبُوراً ، وَاجْعَلْنِي فِي عَيْنِي صَغِيراً ، وَفِي أَعْيُنِ النَّاسِ كَبِيراً
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah aku orang yang pandai bersyukur kepada-Mu, sabar menerima cobaan-Mu. Ya Allah, jadikanlah aku kecil dalam pandanganku sendiri, tetapi besar dalam pandangan orang lain.”
Jadi dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang muslim, kita haruslah menjadi manusia yang paling mulia di sisi Allah dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Lalu menjadi manusia paling buruk dalam pandangan sendiri dengan tidak sombong, angkuh apalagi takabur. Karena setinggi apapun kita menilai diri sendiri pasti akan nada saja yang lebih tinggi dan lebih dari kita, sehingga sikap ini akan membuat kita menjadi pribadi yang haus akan berbuat baik karena merasa masih belum cukup dalam melakukan amal Shaleh.
Selain itu menjadi manusia biasa dihadapan orang lain yang mana kita menegaskan bahwa kita semua sama dan hanya amal ibadahlah yang membedakan setiap manusia di mata Allah. Manusia yang sama-sama memiliki kemampuan untuk dapat beribadah juga memiliki kekurangan sehingga bisa saja melakukan kesalahan. Sehingga nantinya tidak ada manusia yang memuja manusia lain hanya karena harta ataupun tahtanya.
Kemudian di dalam doa di atas kita meminta Allah untuk menjadikan diri sendiri kecil dalam pandangan sendiri namun besar dalam pandangan orang lain, bukanlah agar kita dipuja melainkan agar dapat dihargai bukan diremehkan hanya karena beberapa kekurangan yang kita miliki.