Liputan6.com, Jakarta - PT Koka Indonesia Tbk (KOKA), perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi gedung industri, bangunan sipil dan gedung hunian bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Mengutip laman e-ipo, Jumat (22/9/2023), Perseroan melepas saham ke publik sebanyak-banyaknya 715.333.000 saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Angka tersebut mewakili 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah IPO.
Advertisement
Adapun harga penawaran saham yang ditawarkan kepada masyarakat di kisaran Rp 128 sampai dengan Rp 161 per saham. Dengan demikian, calon emiten dengan kode saham KOKA bakal meraup dana segar sekitar Rp 91,56 miliar hingga Rp115,16 miliar. Dalam melancarkan aksinya, Perseroan menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Sementara itu, seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi seluruhnya akan digunakan oleh Koka Indonesia untuk beberapa hal. Sekitar 13,55 persen atau sebesar Rp 15 miliar akan digunakan untuk belanja modal.
Sekitar 86,45 persen akan digunakan untuk modal kerja, meliputi antara lain pembayaran material bahan baku konstruksi, biaya logistik pengiriman, biaya operasional di lokasi proyek dan biaya administrasi yang timbul dalam proyek.
Indikasi Jadwal
- Perkiraan Masa Penawaran Awal : 19 - 26 September 2023
- Perkiraan Tanggal Efektif : 29 September 2023
- Perkiraan Masa Penawaran Umum : 2 – 5 Oktober 2023
- Perkiraan Tanggal Penjatahan : 5 Oktober 2023
- Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 6 Oktober 2023
- Perkiraan Tanggal Pencatatan Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) : 9 Oktober 2023
Tips Pilih Saham IPO, Apa Saja?
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO). Lantas, bagaimana tips memilih saham IPO?
Terkait hal tersebut, Founder Ngertisaham Frisca Devi Choirina menuturkan, terdapat beberapa langkah yang bisa dicermati investor sebelum memutuskan melakukan trading atau investasi pada saham IPO.
Adapun yang perlu dicermati oleh investor terkait saham IPO adalah profil perusahaan, tujuan IPO dan penggunaan dananya, rincian model bisnis dan potensi risiko usahanya, informasi pemegang saham (shareholders) dan prospektus (analisa laporan kinerja keuangan).
"Yang perlu kita highlight juga tujuan IPO dan penggunaan dana untuk apa, namanya perusahaan mereka IPO butuh dana segar tali kita harus tahu ini mau dipakai untuk apa saja,” kata Frisca dalam webinar peluncuran publikasi statistik IDX New Listing Information, Rabu (20/9/2023).
Menurut ia, investor perlu waspada jika emiten yang baru IPO ini menggunakan sebagian besar dana segar tersebut untuk membayar utang. Namun, apabila utang digunakan untuk melakukan ekspansi bisa jadi ada potensi kenaikan pendapatan bagi perusahaan tersebut.
"Dalam perjalanannya, tidak semua saham IPO selalu menjanjikan keuntungan dalam jangka panjang,” kata dia.
Dengan demikian, ia menegaskan, agar para investor ini rajin melakukan evaluasi kinerja emiten secara berkala untuk bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan investasi. Sehingga, para investor tidak asal memilih saham untuk investasi.
Sebagaimana diketahui, sampai dengan 15 September 2023, terdapat 66 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 66 emiten itu mencapai Rp 49,4 triliun.
Advertisement
29 Perusahaan Antre IPO di BEI, 8 Punya Aset Jumbo
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 15 September 2023, terdapat 66 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 66 emiten itu mencapai Rp 49,4 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI.
Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor consumer non-cyclicals.
"Hingga saat ini, terdapat 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (16/9/2023). Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 8 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.
Kemudian 18 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
5 Perusahaan dari sektor basic materials3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
6 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
2 Perusahaan dari sektor energy0 Perusahaan dari sektor financials
2 Perusahaan dari sektor healthcare
2 Perusahaan dari sektor industrials
3 Perusahaan dari sektor infrastructures
1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
3 Perusahaan dari sektor teknologi
2 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Catatan OJK: 59 Perusahaan Siap Debut di Bursa, Incar Dana Rp 12,47 triliun
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati penghimpunan dana di pasar modal terus melanjutkan kenaikan. Hingga 31 Agustus 2023, total penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp 172,38 triliun dari berbagai instrumen.
Sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan masih terdapat 94 rencana penawaran umum dalam pipeline OJK.
"Di pipeline masih terdapat 94 rencana penawaran umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 43,43 triliun," terang Inarno dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Agustus 2023, Selasa (5/9/2023).
Jika dirinci, terdapat 59 perusahaan dalam pipeline IPO dengan dana dibidik sekitar Rp 12,47 triliun. 9 perusahaan bakal gelar PUT dengan senilai Rp 4,99 triliun, 9 perusahaan terbitkan EBUS senilai Rp 12,51 triliun, dan 17 perusahaan untuk PUB EBUS senilai Rp 13,46 triliun.
Minat penghimpunan dana di pasar modal sejalan dengan kondisi pasar saham yang dinilai masih resilien hingga akhir Agustus 2023. Per 31 Agustus 2023, indeks harga saham gabungan (IHSG) sampai dengan 31 Agustus 2023 menguat sebesar 0,32 persen mtd ke level 6.953,26 dibandingkan Juli 2023 yaitu sebesar 6.931,36, Non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp 20,10 triliun mtd, utamanya akibat transaksi crossing per Juli 2023 inflow Rp 2,72 triliun mtd.
Penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terbesar itu pada Agustus 2023 dicatatkan oleh saham di sektor barang baku dan infrastruktur
"Secara year to date, IHSG menguat sebesar 1,50 persen dengan non-residen membukukan net sell Rp 1,18 triliun, dibandingkan Juli 2023 itu masih net buy sebesar 18,92 triliun ytd," beber Inarno.
Adapun dari sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham pada Agustus 2023 itu menjadi 11,20 triliun mtd, dan juga Rp 10,38 triliun ytd. Dibandingkan Juli sebesar Rp 9,66 triliun mtd atau Rp 10,24 triliun ytd.
Advertisement