Viral, Mata Bayi di Thailand Berubah Jadi Biru Usai Jalani Pengobatan COVID-19

Kasus perubahan warna mata akibat pengobatan COVID-19.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 22 Sep 2023, 10:40 WIB
Sumber: freepik.com dan nypost.com

Liputan6.com, Jakarta Ketika berbicara tentang efek samping dari pengobatan COVID-19, perubahan pada warna mata mungkin bukan menjadi hal yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita. Namun, sebuah kasus yang luar biasa dan mengejutkan terjadi di Thailand, yang menarik perhatian para ilmuwan dan profesional medis di seluruh dunia. 

Salah satu cerita menggemparkan datang dari Thailand. Di mana seorang bayi laki-laki berusia 6 bulan mengalami perubahan warna mata yang dramatis setelah menerima pengobatan COVID-19. Kejadian yang sangat jarang terjadi ini, menjadi sorotan dan memunculkan pertanyaan besar tentang efek samping obat yang digunakan.

Dilansir dari New York Post, berikut ini telah Liputan6.com rangkum informasi lengkap dari kasus perubahan warna mata akibat pengobatan COVID-19, Jumat (22/9/2023).


Perubahan Warna Mata Bayi Thailand setelah Pengobatan COVID-19

Warna mata seorang anak berusia 6 bulan tampak berubah hanya 18 jam setelah memakai favipiravir, pengobatan yang disarankan di Thailand untuk anak-anak yang didiagnosis dengan COVID-19. Sumber: Departemen Pediatri / Rumah Sakit Chulabhorn

Sebuah peristiwa yang langka dan mengejutkan terjadi di Thailand saat seorang bayi laki-laki berusia 6 bulan mengalami perubahan warna mata yang drastis setelah menerima pengobatan COVID-19. Kasus ini menjadi sorotan dalam publikasi ilmiah dalam jurnal medis Frontiers in Pediatrics. 

Bayi tersebut pertama kali didiagnosa mengidap COVID-19 setelah menunjukkan gejala demam dan batuk selama satu hari. Gejala ini cukup serius untuk memicu perhatian medis, dan akhirnya, bayi tersebut diberi resep obat antiviral bernama favipiravir.

Favipiravir, yang disetujui oleh Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand pada tahun 2022, digunakan untuk mengatasi gejala ringan hingga sedang pada anak-anak yang terinfeksi COVID-19. 

Namun, apa yang terjadi setelah bayi tersebut mulai mengkonsumsi obat ini sangat tidak biasa. Sekitar 18 jam setelah memulai pengobatan, ibu bayi tersebut memperhatikan bahwa mata coklat tua anaknya telah berubah menjadi biru cerah dengan cepat.


Penyelidikan dan Teori Terkait Perubahan Warna Mata

Obat Favipiravir yang disetujui sebagai pengobatan COVID-19. Sumber: New York Post

Perubahan warna mata yang terjadi begitu tiba-tiba dan mencolok ini membuat ibu bayi segera menghubungi profesional medis. Petunjuk medis yang diberikan adalah menghentikan pengobatan dengan favipiravir secara segera. Namun, yang lebih mengejutkan, perubahan warna mata tersebut juga berlangsung dengan cepat. 

Dalam waktu sekitar lima hari, mata bayi tersebut kembali ke warna aslinya, dan korneanya tidak lagi menunjukkan warna kebiruan. Selain itu, tidak ditemukan endapan pigmen biru pada permukaan iris atau kapsul lensa anterior bayi tersebut.

Para ahli medis yang memeriksa kasus ini menghadapi teka-teki besar. Mereka tidak yakin mengapa favipiravir, obat antivirus yang telah digunakan dalam pengobatan COVID-19, tampaknya memiliki efek samping yang mengubah warna mata. 

Salah satu teori yang diajukan adalah bahwa fluoresensi, yaitu emisi cahaya yang diserap, dapat dipicu oleh obat, metabolitnya, atau komponen tambahan dalam tablet, seperti titanium dioksida dan oksida besi kuning.

 

Kejadian Serupa dan Tinjauan Obat Favipiravir

Seorang pria berusia 20 tahun di India melaporkan kasus pertama efek samping pengobatan yang tidak biasa pada tahun 2021. Sumber: New York Post

Perubahan warna mata yang terjadi pada bayi Thailand bukanlah kasus tunggal terkait dengan penggunaan favipiravir. Sebelumnya, pada tahun 2021, sebuah kasus yang serupa dilaporkan di India. Seorang remaja berusia 20 tahun yang juga menggunakan favipiravir untuk mengatasi COVID-19 mengalami perubahan warna mata dari coklat tua menjadi biru cerah hanya dalam dua hari pengobatan. 

Seperti kasus bayi Thailand, perubahan warna mata ini juga menghilang dalam waktu singkat setelah menghentikan pengobatan favipiravir. Favipiravir adalah obat yang telah mendapatkan persetujuan untuk penggunaan di beberapa negara, termasuk Jepang, Rusia, Ukraina, Uzbekistan, Moldova, dan Kazakhstan. 

Meskipun beberapa penelitian menunjukkan efektivitasnya dalam mengobati COVID-19, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat belum memberikan persetujuan untuk penggunaannya. Efek samping yang umum dari obat ini meliputi hiperurisemia ringan, diare, dan penurunan kadar neutrofil sel darah putih. 

Meskipun kasus perubahan warna mata yang langka ini menjadi sorotan, para peneliti dan profesional medis akan terus menyelidiki efek samping obat ini untuk memahami lebih lanjut tentang mekanisme perubahan warna mata yang misterius ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya