Liputan6.com, Jakarta - Musim hujan di Indonesia normalnya terjadi pada bulan Oktober hingga Desember. Namun, akibat pemanasan global memberikan dampak perubahan cuaca, sehingga membuat musim kemarau menjadi panjang dan curah hujan tidak menentu.
Saat tidak turun hujan, bukan hanya udara yang terasa kering dan panas, banyak pula yang mengalami kerugian seperti petani yang gagal panen.
Advertisement
Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk memanjatkan doa meminta turun hujan.
Melansir dari Nu Online, Jumat (22/9/2023), Imam Abu Bakr al-Thurthusyi dalam kitab al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu membahas bencana kekeringan dan doa meminta hujan dari Nabi Muhammad SAW.
لَيْسَتْ السَّنَةُ بِأَنْ لَا تُمْطَرُوا وَلَكِنْ السَّنَةُ أَنْ تُمْطَرُوا وَتُمْطَرُوا وَلَا تُنْبِتُ الْأَرْضُ شَيْئًا
“Paceklik (kemarau) itu bukan kalian tidak diberi hujan, melainkan paceklik adalah kalian diberi hujan dan hujan, tapi bumi tidak menumbuhkan apa pun.” (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002, h. 173).
Doa Turun Hujan
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ العَظِيمُ الحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ وَرَبُّ العَرْشِ الكَرِيمِ
Lā ilāha illallāhul ‘azhīmul halīmu, lā ilāha illallāhu rabbul ‘arsyil ‘azhīmi, lā ilāha illallāhu rabus samāwāti wa rabbul ardhi wa rabbul ‘arsyil karīmi.
Artinya,
“Tiada Tuhan selain Allah yang agung dan santun. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Arasy yang megah. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit, bumi, dan Arasy yang mulia.”
Doa lainnya
Selain itu, doa berikut ini juga dianjurkan untuk diamalkan meminta turun hujan saat kemarau panjang.
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
Yā hayyu, ya qayyūmu, bi rahmatika astaghītsu.
Artinya,
“Wahai Zat yang maha hidup dan maha tegak, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan,” (Lihat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim, Beirut, Darul Fikr, 1433-1434 H/2012 M, juz II, halaman 366).
Doa ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, untuk meminta hujan yang menyuburkan, tidak membahayakan dan bermanfaat.
اللهمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا مَرِيْئًا مَرِيْعًا, نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلًا غَيْرَ أٰجِلٍ
“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda.” (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002, h. 174)
Advertisement
Doa yang bisa diamalkan saat turun hujan
Doa hujan ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam Kitab Al-Wabilus Shayyib minal Kalimit Thayyib, (Kairo, Darud Diyan lit Turats: 1987 M/1408 H), halaman 176.
Doa ini dibaca oleh Rasulullah saat khutbah Jumat berlangsung ketika seorang sahabat datang melapor bahwa hujan lebat yang selama sekira enam hari berlangsung membuat masyarakat kehilangan harta benda dan merusak fasilitas jalan.
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Allahumma shayyiban nafi’an.
Artinya,
Ya Allah, curahkanlah air hujan yang bermanfaat. (HR Bukhar dari Aisyah RA).
Selain itu, ada pula doa yang bisa dibaca saat hujan lebat
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Allahuma hawalaina wa la alaina. Allahumma alal akami wal jibali, waz zhirabi, wa buthunil awdiyati, wa manabitis syajari.
Artinya,
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami (memberkahi), bukan di atas kami (memudharatkan). Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuh pohon.”