Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara meningkatkan risiko pneumonia pada semua kalangan termasuk karyawan dan pekerja khususnya di kota-kota besar.
Sadar akan hal tersebut, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI), Sukamto Koesnoe, menyatakan perlu adanya kebijakan vaksinasi perusahaan, khususnya terkait pneumonia.
Advertisement
Hal ini perlu dilakukan demi menjaga performa karyawan sekaligus mendorong peningkatan target kesehatan Indonesia yang lebih baik.
“Satgas imunisasi dengan senang hati dan sangat terbuka mendukung kesadaran masing-masing individu atau perusahaan untuk melakukan pencegahan dan perlindungan terhadap gangguan respirasi, salah satunya melalui vaksinasi pneumonia,” kata Sukamto mengutip keterangan pers Pfizer Indonesia, Sabtu (23/9/2023).
“Terutama bagi perusahaan yang berkecimpung di lingkungan kerja area industri atau jenis-jenis pekerjaan lainnya yang berisiko memicu penyakit gangguan pernapasan,” tambahnya.
Senada dengan Sukamto, Medical Director Pfizer Indonesia dr. Richard Santoso, menyebut vaksinasi adalah cara yang disarankan untuk melindungi diri dari penyakit pneumonia. Lebih tepatnya mencegah infeksi dari bakteri pneumokokus pada manusia.
“Pada tingkat akutnya, pneumonia dapat menyebabkan alveoli (kantung udara) di paru-paru dipenuhi oleh cairan atau nanah yang menghambat kelancaran bernapas,” kata Richard.
“Oleh karenanya, kami sangat terbuka dalam mendukung upaya perusahaan untuk memastikan kesehatan karyawan terjaga, khususnya dari risiko penyakit gangguan pernapasan yang dapat mengganggu produktivitas kerja,” imbuhnya.
Pneumonia Picu 2,5 Juta Kematian
Seperti diketahui, polusi udara masih menjadi masalah dunia. Bahkan, DKI Jakarta sempat menempati posisi teratas sebagai wilayah urban paling berpolusi di dunia dengan indeks kualitas udara menembus angka 172.
Salah satu hal yang berbahaya dari polusi udara adalah PM 2.5. Ini adalah partikel polutan yang berisiko terhirup dan mengendap di organ pernapasan dalam jangka waktu lama. Hal ini dapat memicu sejumlah masalah pernapasan dengan angka mortalitas tertinggi, termasuk pneumonia.
Khusus terkait pneumonia, data global menunjukkan infeksi saluran pernapasan sekunder ini menyebabkan 2,5 juta kasus kematian di berbagai negara pada 2019. Bahkan, bagi populasi yang pernah terinfeksi COVID-19, penyakit tersebut semakin rentan menyerang dan memicu gangguan pernapasan akut yang lebih mematikan.
Advertisement
Pneumonia Bisa Serang Semua Kalangan
Fakta tersebut berlaku untuk semua kalangan, termasuk mereka yang memiliki penyakit komorbid seperti penyakit paru dan jantung kronis, diabetes, asma, koinfeksi dengan COVID-19. Termasuk pula para alkoholik, perokok aktif, dan para pekerja di perkotaan dan lingkungan industri yang harus berkutat dengan polusi saat beraktivitas sehari-hari.
Apalagi dengan kondisi udara yang kian memburuk di banyak lokasi di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, risiko pneumonia bisa meningkat berkali-kali lipat. Akibatnya, produktivitas kerja pun terancam karena menurunnya kualitas kesehatan karyawan di tempat kerja.
Hal ini dibenarkan oleh dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru-paru), Rumah Sakit Siloam, Prof. Allen Widysanto.
“Penyakit gangguan pernapasan dapat menyerang semua kalangan. Terutama bagi kelompok usia produktif, ancaman penyakit gangguan pernapasan menjadi berkali-kali lipat lebih berbahaya,” ujar Allen mengutip keterangan yang sama.
Polusi Udara Turunkan Pertahanan Mekanis Jalan Napas
Secara sederhana, pneumonia adalah peradangan paru-paru akibat infeksi. Gangguan pernapasan ini bisa disebabkan oleh paparan asap, gas beracun, ditambah dengan buruknya kualitas udara yang diakibatkan oleh polusi khususnya di kota-kota besar akhir-akhir ini.
Allen menambahkan, polusi udara membuat semua orang yang menghirupnya berisiko terkena pneumonia yang meningkat dua kali lipat. Di mana aparatus mukosiliar (pertahanan mekanis jalan napas) dan pertahanan kekebalan seluler juga telah terbukti berkurang secara signifikan.
Berkurangnya kekebalan dan pertahanan jalan napas merupakan dampak dari paparan nitrogen dioksida yang merupakan komponen utama pada udara yang tercemar.
“Ditambah, kondisi komorbid atau perilaku tertentu seperti latar belakang penyakit liver kronis, penyakit paru kronis, merokok atau pecandu alkohol pada orang dewasa berpengaruh meningkatkan risiko terkena pneumonia,” jelasnya.
Advertisement