BEI Catat Dana Penghimpunan EBUS dan Rights Issue Rp 124,3 Triliun

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat telah diterbitkan 77 emisi dari 51 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 87 triliun hingga 22 September 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 24 Sep 2023, 08:02 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penghimpunan dana dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dan rights issues mencapai Rp 124,3 triliun. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penghimpunan dana dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dan rights issues mencapai Rp 124,3 triliun hingga Jumat 22 September 2023.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, telah diterbitkan 77 emisi dari 51 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 87 triliun hingga 22 September 2023.

Hingga periode tersebut terdapat 18 emisi dari 13 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dari berbagai sektor. Adapun yang dimaksud antara lain empat perusahaan dari sektor basic materials, satu perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, dua perusahaan dari sektor energi, dua perusahaan dari sektor keuangan, dua perusahaan dari sektor industri, satu perusahaan dari sektor infrastruktur dan satu properti dan real estate.

Sementara itu, untuk rights issue, per 22 September 2023 telah terdapat 26 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 37,3 triliun.

Masih terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline right issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut, satu perusahaan dari sektor basic materials, delapan perusahaan dari sektor consumer cyclicals, empat perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, serta empat perusahaan dari sektor energi.

Selain itu, ada lima perusahaan dari sektor keuangan, satu perusahaan dari sektor infrastruktur dan satu perusahaan dari sektor transportasi logistik.

 


28 Perusahaan Proses Pencatatan Saham di BEI, Mayoritas Skala Menengah

Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 28 perusahaan masuk dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga kini.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, 66 perusahaan sudah mencatatkan saham di BEI hingga 22 September 2023. Nilainya mencapai Rp 49,4 triliun.

Sedangkan dari 28 perusahaan yang masuk pipeline pencatatan saham, 26 calon perusahaan tercatat akan mencatatkan saham di Bursa pada kuartal IV 2023. Dari catatan BEI, selama tiga tahun terakhir, secara rata-rata terdapat 21,6 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa pada kuartal IV dibandingkan dengan keseluruhan Perusahaan Tercatat baru pada tahun tersebut.

"Hal ini menunjukkan secara historis minat IPO pada kuartal IV signifikan,” kata dia kepada wartawan, Sabtu (23/9/2023).

Berdasarkan data BEI, dari 28 calon perusahaan tercatat, mayoritas perusahaan aset skala menengah sebanyak 18 perusahaan. Perusahaan aset skala menengah ini memiliki aset Rp 50 miliar-Rp 250 miliar.

Selanjutnya 8 perusahaan aset skala besar masuk pipeline. Adapun perusahaan aset skala besar memiliki aset di atas Rp 250 miliar. Lalu dua aset perusahaan skala kecil dengan aset di bawah Rp 50 miliar.

Berikut rincian sektornya:

  • 4 perusahaan dari sektor basic materials
  • 3 perusahaan dari sektor consumer cyclicals
  • 5 perusahaan dari sektor consumer non-cylicals
  • 4 perusahaan dari sektor energi1 perusahaan dari sektor healthcare
  • 2 perusahaan dari sektor industri
  • 3 perusahaan dari sektor infrastruktur
  • 1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
  • 4 perusahaan dari sektor teknologi
  • 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik 

Tips Pilih Saham IPO

Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO). Lantas, bagaimana tips memilih saham IPO? 

Terkait hal tersebut, Founder Ngertisaham Frisca Devi Choirina menuturkan, terdapat beberapa langkah yang bisa dicermati investor sebelum memutuskan melakukan trading atau investasi pada saham IPO. 

Adapun yang perlu dicermati oleh investor terkait saham IPO adalah profil perusahaan, tujuan IPO dan penggunaan dananya, rincian model bisnis dan potensi risiko usahanya, informasi pemegang saham (shareholders) dan prospektus (analisa laporan kinerja keuangan). 

"Yang perlu kita highlight juga tujuan IPO dan penggunaan dana untuk apa, namanya perusahaan mereka IPO butuh dana segar tali kita harus tahu ini mau dipakai untuk apa saja,” kata Frisca dalam webinar peluncuran publikasi statistik IDX New Listing Information, Rabu (20/9/2023).

Menurut ia, investor perlu waspada jika emiten yang baru IPO ini menggunakan sebagian besar dana segar tersebut untuk membayar utang. Namun, apabila utang digunakan untuk melakukan ekspansi bisa jadi ada potensi kenaikan pendapatan bagi perusahaan tersebut. 

"Dalam perjalanannya, tidak semua saham IPO selalu menjanjikan keuntungan dalam jangka panjang,” kata dia.

Dengan demikian, ia menegaskan, agar para investor ini rajin melakukan evaluasi kinerja emiten secara berkala untuk bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan investasi. Sehingga, para investor tidak asal memilih saham untuk investasi. 

Sebagaimana diketahui, sampai dengan 15 September 2023, terdapat 66 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 66 emiten itu mencapai Rp 49,4 triliun. 

 

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya