Benarkah Seseorang Meninggal Tergantung Kebiasaan Hidupnya? Ini Kata Buya Yahya

Seorang jemaah Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. Apakah benar seseorang akan meninggal dunia tergantung kebiasaan hidupnya?

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 24 Sep 2023, 16:30 WIB
Buya Yahya membuka SMP Al-Bahjah An-Nahl di Tangerang, melengkapi sekolah Al-Bahjah tingkat SD, SMP dan SMA yang telah dibangun di Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang jemaah Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. Apakah benar seseorang akan meninggal dunia tergantung kebiasaan hidupnya?

Buya Yahya menjelaskan, memang disebutkan bahwa umumnya manusia akan meninggal sesuai cara hidupnya. Namun, manusia tidak mengetahui bagaimana akhir hidupnya dan waktu meninggalnya. 

"Perkataan bahwasanya semua tergantung pada pungkasan akhir kita. Kalau ahli surga biar pun maksiat terus ujung-ujungnya kalau taubat masuk surga matinya husnul khotimah. Itu betul omongan itu," kata Buya Yahya dikutip dari Al Bahjah TV, Ahad (24/9/2023).

Meski demikian, seseorang tidak boleh meniatkan maksiat dulu lalu baru bertaubat sebelum meninggal. Sebab, tidak ada yang tahu kapan ia meninggal. Bisa jadi dia meninggal sebelum bertaubat.

"Maksudnya ini bicara keagungan kuasa Allah. Semua adalah urusan Allah. Orang bisa saja bermaksiat kemudian setelah itu di akhir hidupnya Allah beri taubat, Allah beri kesadaran lalu taubat dan masuk surga. Ini adalah sebetulnya seruan pada ahli maksiat jangan putus asa segera kembali pada Allah," jelas Pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon ini.

"Di sisi lain kan ada perkataan bisa saja orang berbuat baik di ujungnya maksiat, lalu melanggar Allah, mati suul khotimah. Bisa juga. Itu nasihat kepada orang yang berbuat baik agar tidak sombong. Maka harus terus waspada," kata Buya Yahya.

 

Saksikan Videi Pilihan Ini:


Membiasakan Kebaikan

Buya Yahya (Tangkap Layar Al-Bahjah TV)

Buya Yahya berpesan, jika seseorang selalu berbuat baik maka jagalah kebaikan tersebut. Jangan sampai kebaikan itu terputus lalu meninggal dalam keadaan su'ul khotimah.

"Kalau yang selalu berbuat jelek. Hei hamba Allah masih ada kesempatan selagi nyawa masih di kandung badan sebelum sampai tenggorokan, maka Allah masih mengampunimu. Segera mohon ampun. Biarpun maksiat-maksiat ujungnya taubat diampuni oleh Allah," imbuhnya.

Menurut Buya Yahya, orang yang paling cerdas akan selalu menduga bahwa sewaktu-waktu akan meninggal. Mungkin meninggal sekarang, besok, atau mungkin juga tidak.

"Maka dari itu hendaknya kita membiasakan dengan kebaikan-kebaikan supaya kalau mati sewaktu-waktu dalam kebaikan. Membiasakan kebaikan dengan ketulusan kepada Allah maka pada akhirnya Allah akan berikan husnul khotimah, mati dalam keadaan berderma, sedekah, senang sholat, sholawat. Pada akhirnya meninggal dengan semacam itu," kata Buya Yahya.

Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, seorang muslim memang akan meninggal tergantung kebiasaan hidupnya selama di dunia. Namun perlu diingat bahwa ajal datang tidak ada yang tahu. Maka dari itu, teruslah menjaga kebaikan sampai kapan pun agar sewaktu-waktu meninggal termasuk golongan husnul khotimah. Wallahu'alam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya