Vredeburg Fair 2023 Digelar 2 Bulan, Dibuka Sampai Malam hingga Bisa Jelajah Museum di Yogyakarta Pakai Sepeda

Museum Benteng Vredeburg kembali dengan perhelatan akbar Vredeburg Fair kesembilan. Pameran ini mengusung tema sarat makna, "Satoe Tetap Bersatu", yang resmi digelar mulai 20 September hingga 23 November 2023.

oleh Farel Gerald diperbarui 25 Sep 2023, 11:54 WIB
Museum Benteng Vredeburg kembali dengan perhelatan akbar Vredeburg Fair yang kesembilan. Pameran ini mengusung tema yang sarat makna, "Satoe Tetap Bersatu", yang telah resmi digelar mulai tanggal 20 September hingga 23 November 2023. (dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Museum Benteng Vredeburg kembali dengan perhelatan akbar Vredeburg Fair yang kesembilan. Mengambil momentum nasionalisme, pameran ini mengusung tema sarat makna, "Satoe Tetap Bersatu", yang resmi digelar mulai 20 September hingga 23 November 2023.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 22 Februari 2023, Vredeburg Fair 2023 ingin menguatkan pesan bahwa museum bukan hanya sebagai tempat pelestarian benda-benda bersejarah, namun bisa juga berfungsi sebagai pusat edukasi yang inklusif, dapat diakses oleh semua kalangan, dan mempunyai peran penting dalam memberdayakan industri kreatif lokal. Komitmen untuk melibatkan komunitas dalam pengembangan museum juga terus dikedepankan.

Menyambut gema nasionalisme, Pameran Temporer Museum 'SATOE' menjadi salah satu highlight yang menarik perhatian. Melalui pameran ini, kisah-kisah heroik selama periode revolusi di Yogyakarta diangkat ke permukaan, sebagai pengingat dan inspirasi bagi generasi muda. Kata 'SATOE' dipilih untuk merefleksikan semangat perjuangan berbagai elemen masyarakat yang bersatu padu dengan satu misi: Indonesia merdeka dan berdaulat.

Selain pameran, agenda tahunan itu juga menggelar acara GoweSejarah 'Satu Kayuh, Bersatu, Melaju untuk Museum' mengajak masyarakat untuk mengeksplorasi sejarah dengan cara bersepeda. Dijadwalkan pada 15 Oktober 2023, acara ini diharapkan mampu menarik minat 150 peserta.

Para peserta akan memulai petualangan bersejarah dari Museum Perjuangan dan menyelesaikannya di Museum Benteng Vredeburg. Dengan jarak total 15 km, peserta akan berhenti di tiga museum lainnya, yakni Monumen Perjuangan TNI AU, Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman, dan Museum Sandi.


Gelar Karya Komunitas

Selain acara GoweSejarah, sebuah program lain yang tidak kalah menarik yaitu Gelar Karya Komunitas dengan tajuk 'Ragam Komunitas, Satu Nafas'. (dok. Istimewa)

Ketua Panitia Vredeburg Fair 2023, Muri Kurniawati mengungkapkan bahwa selama pelaksanaan, layanan serta kegiatan museum akan dibuka hingga malam hari. Perpanjangan jam buka ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan serta memberikan kesan yang mendalam bagi setiap pengunjung.

"Hal ini merupakan respons kami dari banyaknya permintaan masyarakat dan komunitas agar waktu dan ruang dihadirkan lebih panjang. Tahun ini, Vredeburg Fair menargetkan capaian kunjungan sejumlah 51 ribu pengunjung," ungkap Muri.

Selain GoweSejarah, mereka juga akan menyelenggarakan Gelar Karya Komunitas dengan tajuk 'Ragam Komunitas, Satu Nafas'. Program ini dirancang khusus bagi para pengunjung yang memiliki kecintaan dan minat yang sejalan dengan komunitas-komunitas partisipan. Kegiatan ini berlangsung pada 20--24 September 2023 dengan waktu operasional dari pukul 08.00 sampai 21.00 WIB.

Diikuti 34 peserta, acara ini menunjukkan keragaman budaya dan ilmu pengetahuan di Indonesia. Pesertanya berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari museum-museum terkenal seperti Museum Sangiran, Museum Song Terus, dan Museum Penerangan TMII, hingga Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia. Tak hanya itu, beberapa sekolah, komunitas seni, sosial, crafting, dan bahkan kuliner turut serta memeriahkan acara ini.


Ada Panggung Kesenian

Sebuah panggung kesenian bernama 'Swara Senja' juga turut hadir, memberikan peluang bagi komunitas-komunitas lokal dan masyarakat umum untuk memamerkan bakat dan karya mereka. (dok. Istimewa)

Vredeburg Fair dimeriahkan kehadiran panggung kesenian bernama 'Swara Senja'. Acara itu membuka peluang bagi komunitas-komunitas lokal dan masyarakat umum untuk memamerkan bakat dan karya mereka. Para penonton juga akan dimanjakan dengan konser musik "Soegi Bornean".

Museum Benteng Vredeburg, yang merupakan salah satu dari sekian banyak unit museum di bawah naungan Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (MCB), secara konsisten menunjukkan komitmennya dalam upaya mempromosikan permuseuman di Indonesia. Vredeburg Fair 2023 hadir sebagai salah satu program unggulan mereka, dibuat dengan semangat yang sejalan dengan visi dan misi MCB.

Tujuannya untuk terus menghadirkan berbagai program inovatif bagi masyarakat Indonesia, sehingga museum bukan hanya menjadi tempat belajar, tapi juga tempat rekreasi yang terjangkau dan menarik bagi semua kalangan.

"Harapan kami, minat masyarakat dan komunitas dalam mengunjungi serta berkolaborasi dan berpartisipasi aktif dengan permuseuman nasional semakin tinggi," ujar Titik Umi, Koordinator Komunikasi, Kemitraan, Program, dan Pengembangan Bisnis MCB.


Museum Dewantara Kirti Griya

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Museum Dewantara Griya Kirti (Liputan6.com / Switzy Sabandar)

Selain Museum Vredeburg, di Yogyakarta juga ada Museum Dewantara Kirti Griya. Museum ini berdiri kokoh di Jalan Tamansiswa No.31, Wirogunan, Mergangsan, Kota Yogyakarta.

Mengutip kanal Regiional Liputan6.com pada Jumat, 22 September 2023, pendirian museum ini dilatarbelakangi atas keinginan Ki Hadjar Dewantara. Museum ini diresmikan pada 2 Mei 1970.

Museum Dewantara Kirti Griya menceritakan biografi Ki Hadjar Dewantara melalui benda koleksi peninggalannya. Benda-benda tersebut adalah benda yang pernah dipakai Ki Hadjar Dewantara dan keluarganya yang dipajang melalui tata cara tertentu di ruang-ruang pameran museum.

Bangunan museum ini merupakan bekas tempat tinggal Ki Hadjar Dewantara, yakni milik Yayasan Persatuan Perguruan Taman Siswa yang berdiri pada 3 Juli 1922. Terdapat sekitar 3.000 koleksi yang meliputi perabot rumah tangga, naskah, foto, koran, buku, majalah dan surat-surat, hingga koleksi termuda berupa syair (2003) karya Koh Hwat, seorang keturunan Tionghoa.

Koleksi dalam bentuk bangunan adalah adanya Pendapa Agung Tamansiswa. Pendapa tersebut digunakan sebagai Monumen Persatuan Tamansiswa.

Ada juga koleksi realia berupa benda asli milik Ki Hadjar Dewantara yang berperan langsung dalam peristiwa sejarah bangsa, pendidikan, dan kebudayaan. Beberapa koleksi realia di antaranya naskah, pakaian, perabotan, perlengkapan kerja, film dokumenter, hingga surat-surat.

Infografis Wisata Museum di 5 Wilayah DKI Jakarta.  (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya