Liputan6.com, Yogyakarta - Tahun 2021 luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 14,66 juta hektar dan meningkat di tahun 2022 menjadi 14,99 juta hektar dengan produksi total 45,58 juta ton atau rata-rata 3,04 ton per hektar.
Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Bambang Suhartanto, mengatakan luas perkebunan kelapa sawit ini berpotensi menyediakan pakan ternak ruminansia yang digembalakan dengan ketersediaan rumput, forb dan legum, pakis serta tanaman lain.
“Integrasi sapi dalam perkebunan sawit merupakan bentuk pertanian terpadu dimana ternak sapi memanfaatkan hijauan antar pohon dan hasil samping industri perkebunan kelapa sawit," katanya saat pidato pengukuhan Guru Besar UGM di ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM Selasa 19 September 2023.
Bambang menjelaskan jika umur tanaman sawit sudah melebihi 5 tahun merupakan sistem pertanian terpadu yang ideal antara integrasi sapi dan kelapa sawit. Menurutnya melalui penggembalaan ternak sapi dengan metode rotasional grazing di bawah tegakan tanaman perkebunan kelapa sawit bisa menekan biaya pakan dan pemeliharaan.
Baca Juga
Advertisement
“Sekitar 4 juta sapi dapat dipelihara dengan biaya murah,” paparnya.
Bambang mengatakan disamping potensi vegetasi di bawah tegakan tanaman, hasil samping tanaman sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Pakan ternak itu adalah pelepah juga daun sawit serta hasil samping pengolahan sawit berupa lumpur sawit serta sawit dan bungkil inti sawit dapat menjadi sumber pakan ternak.
“Sebaliknya bagi perkebunan kelapa sawit, kotoran ternak sapi bisa sebagai penyedia unsur hara untuk meningkatkan kesuburan lahan perkebunan kelapa sawit dan pengendalian gulma,” tegasnya.
Bambang menilai ternak ruminansia paling baik jika dipelihara dengan cara digembalakan di padang rumput sehingga ternak secara langsung dapat mengambil pakan yang diinginkan dan dibutuhkan.
Namun tidak semua ternak dapat dipelihara di padang penggembalaan akibat terbatasnya ladang padang rumput sehingga penggembalaan ternak di area perkebunan sawit menjadi salah satu pilihan dalam mewujudkan kemandirian pangan dari produk peternakan.