Liputan6.com, Jakarta - Rasulullah Muhammad SAW adalah nabi akhir zaman yang telah disebut dalam kitab suci umat terdahulu, Taurat dan Injil. Taurat kitab suci umat Yahudi, sedangkan Injil adalah kitab suci Nasrani.
Sejak masa jahiliyyah, banyak pendeta dan rabi yang dikenal karena pengetahuannya yang luas. Salah satunya yakni nubuat bahwa akan ada nabi akhir zaman yang diutus untuk seluruh umat manusia.
Beberapa rabi dan pendeta bahkan paham ciri-ciri nabi akhir zaman dan bagaimana tanda-tanda kelahirannya.
Khusus Yahudi, disamping dikenal karena kecerdasannya, orang-orang Yahudi juga memiliki strata sosial tersendiri di antara penduduk di Jazirah Arab. Sebab, mereka dikenal sebagai kaumnya nabi.
Dalam agama Samawi, banyak nabi-nabi yang dilahirkan dari kaum mereka. Karenanya penganut Yahudi yakin betul nabi akhir zaman akan terlahir dari golongan mereka.
Baca Juga
Advertisement
Ada salah satu fragmen menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW yang melibatkan seorang tokoh Yahudi Makkah. Kemungkinan besar dia juga seorang ahlul kitab, menilik pengetahuannya mengenai tanda-tanda kelahiran nabi akhir zaman.
Namun, belakangan mereka kecewa berat. Pasalnya, bayi agung tersebut lahir pada Senin, 12 Rabi'ul Awal tahun Gajah atau 570 M itu bukan dari kalangan mereka, Bani Israil.
Simak Video Pilihan Ini:
Saat Orang Yahudi Melihat Bayi Muhammad SAW
Ustadz Muhamad Abror, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta mengisahkan di NU Online , dulu ada seorang Yahudi tinggal di Makkah untuk berdagang. Saat malam dilahirkannya Nabi Muhammad, ia bertanya kepada sekelompok masyarakat yang sedang berkumpul, “Wahai kaum Quraisy, apakah kalian mendengar ada bayi dilahirkan malam ini?”
“Kami tidak tahu,” jawab mereka.
“Baiklah kalau begitu. Aku cuma ingin memberi tahu, malam ini akan lahir nabi umat terakhir. Ciri-cirinya, di antara dua belikatnya ada tanda yang memiliki bulu-bulu rambut yang tersusun seperti bulu tengkuk kuda. Ia juga tidak menyusu selama dua malam karena mulutnya ditahan oleh Jin Ifrit.”
Orang-orang tidak mengerti maksud Yahudi tadi. Mereka pun bubar dengan perasaan bingung. Sepulangnya di rumah masing-masing, mereka menceritakan apa yang baru saja disampaikan Yahudi. Hingga kemudian mereka mendengar bahwa saat ini Abdullah telah memiliki putra yang baru saja lahir. Ia menamainya ‘Muhammad’.
Kabar kelahiran ini pun segera disampaikan kepada si Yahudi tadi. Mendengar hal itu, ia mengajak orang-orang mendatangi rumah Abdullah untuk memastikan kebenaran informasi.
“Ayo, kita bersama-sama ke rumah Abdullah,” serunya.
Sesampainya di rumah Abdullah, mereka masuk dan melihat istrinya, Aminah. “Tolong perlihatkan putramu,” pinta Yahudi.
Begitu bayi dikeluarkan, si Yahudi membuka punggungnya dan melihat tanda kenabian, seketika ia tak sadarkan diri. Begitu sudah siuman, orang-orang heran dan menanyainya, “Apa yang sebenarnya terjadi?”
“Demi Allah, telah lenyap kenabian dari Bani Isra’il. Bergembiralah. Kalian beruntung karena bayi ini adalah nabi akhir zaman. Ia akan memiliki kekuasaan dan semua orang dari timur hingga barat mengetahuinya.”
Riwayat ini disampaikan oleh Abu Abdillah an-Naisaburi dalam Al-Mustadrak ‘alash Shahihain, 2009 juz II, halaman 257.
Advertisement
Sudah Diprediksi oleh Umat Yahudi
Orang Yahudi yang pingsan saat Nabi Muhammad lahir sebenarnya sudah tahu ciri-ciri dan memprediksi kapan putra Abdullah itu lahir. Sebab, ciri-ciri cucu Abdul Muthalib itu sudah disebutkan dalam Taurat, kitab suci Yahudi.
Bahkan, saking yakinnya, setiap kali melakukan pertempuran melawan musuh, umat Yahudi akan bertawasul kepada Nabi yang sudah dijanjikan itu, dan terbukti mereka diberi kekuatan untuk memukul mundur lawan.
Dalam beberapa riwayat disebutkan redaksi tawasul yang dibacakan umat Yahudi untuk memenangkan pertempuran, salah satunya adalah penjelasan Ibnu ‘Abbas yang dikutip Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya sebagai berikut:
كانت يهود خيبر تقاتل غطفان، فلما التقوا هزمت يهود فدعت يهود بهذا الدعاء، وقالوا إِنَّا نَسْئَلُكَ بِحَقِّ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِيْ وَعَدْتَنَا أَنْ تُخْرِجَهُ لَنَا فِي آخِرِ الزَّمَانِ؛ إِلّا أَنْ تَنْصُرَنَا عَلَيْهِمْ. قال: فكانوا إذا التقوا دعوا بهذا الدعاء فهزموا غطفان، فلما بعث النبي صلى الله عليه وسلم كفروا، فأنزل الله تعالى: “وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا” أي بِكَ يَا مُحَمَّدُ، إلى قوله فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Artinya, “Dahulu, Yahudi Bani Khaibar sering bertempur melawan Bani Ghathfan. Jika perang berkecamuk, lalu Bani Khaibar tercerai-berai, mereka berdoa seperti ini, ‘Innâ nas’aluka bi haqqin nabiyyil ummiyyil ladzî wa‘adtanâ an tukhrijahû lanâ fî âkhiriz zamân illâ an tanshuranâ’ (Ya Allah, kami memohon kepada-Mu melalui kebenaran Nabi Ummi yang Engkau janjikan kepada kami diutus pada akhir zaman, sehingga (berkatnya) Engkau bantu kami mengalahkan mereka). Yahudi Bani Khaibar setiap kali berperang, selalu berdoa seperti itu dan akhirnya mereka berhasil mengalahkan satuan tentara Bani Ghathfan. Kemudian Allah swt menurunkan ayat, ‘Mereka itu sebelumnya memohon kemenangan atas orang-orang kafir, maksudnya lewat tawasul “Denganmu hai Muhammad’ hingga akhir ayat, kemudian mereka mengingkarinya maka laknatullah jatuh mengenai orang-orang kafir.’” (Imam al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 2019: juz I, halaman 22)
Dalam riwayat di atas dijelaskan bahwa semula Umat Yahudi mengimani Nabi Muhammad sebelum lahir, tapi kemudian mereka mengingkarinya setelah nabi terakhir itu muncul.
Penyebab Kaum Yahudi Ingkar Terhadan Kenabian Muhammad
Lantas apa yang menyebabkan mereka ingkar? Padahal jelas sebelumnya sangat mengimaninya. Saking yakinnya, mereka mengandalkan keberkahan Rasulullah setiap kali melakukan pertempuran.
Ibnu Nashiruddin ad-Dimasyqi dengan mengutip beberapa keterangan (astar) sahabat menjelaskan, alasan umat Yahudi enggan mengimani Nabi Muhammad setelah lahir adalah karena gengsi. Hemat mereka, seorang nabi harus dari kalangan Bani Israil, sedangkan Nabi Muhammad dari keturunan bangsa Arab atau Nabi Ismail.
Hanya karena hasud dan gengsi, mereka mengingkari kebenaran yang sebenarnya sudah jelas-jelas disampaikan dalam kitab suci mereka sendiri. Kisah ingkar mereka kemudian diabadikan dalam firman Allah swt berikut:
وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ كِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْۙ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۚ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهٖ ۖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
Artinya, “Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 89) (Ibnu Nashiruddin ad-Dimasqi, Jami’ul Atsar fi Maulidin Nabiyyil Mukhtar, 2009: juz I, halaman 35-36). Wallahu a’lam. (sumber: nu.or.id).
Tim Rembulan
Advertisement