Liputan6.com, Jakarta - Jika mendengar tentang Jakarta, mungkin yang terlintas di pikiran adalah gedung-gedung tinggi nan megah menghiasi seluruh bagian kota. Namun, sebuah pameran karya arsitektur bertajuk Jakarta Architecture Festival 2023 mengajak kita untuk melihat Kota Jakarta yang ‘Seperti Apa Adanya’ lewat instalasi yang ditampilkan di pameran tersebut.
Total ada tiga instalasi yang menceritakan tentang sisi lain ibu kota, masing-masing berjudul Suara Keruh dari Cikini, Jakarta dan Rumah, dan Di Balik Kampung Itu. Cosmas D. Gozali, kurator dari pameran Jakarta Architecture Festival 2023, mengatakan bahwa instalasi Suara dari Cikini bertujuan untuk mengajak para masyarakat agar melihat potensi yang dimiliki Kali Ciliwung yang melintasi Ibu Kota.
Advertisement
"Buat saya sebagai kurator, ingin membuka mata masyarakat banyak, bahwa potensi apa yang bisa kita miliki dari Sungai Ciliwung tersebut," jelasnya saat ditemui Liputan6.com di Jakarta Architecture Festival 2023, Minggu, 24 September 2023.
Ia mengatakan walaupun sungai terlihat keruh, masih ada bagian yang ditumbuhi tanaman dan berpotensi untuk menjadi ruang terbuka hijau. "Kita bisa melihat juga bahwa sebenernya ada area-area yang sangat hijau," ujarnya.
Cosmas juga mengatakan bahwa seringkali kita mengeluarkan banyak uang untuk liburan, padahal di belakang rumah kita sendiri, terdapat potensi untuk membuat ruang terbuka hijau yang menarik. Sebagai contoh, ia menyebutkan kafe di daerah Ketapang, Jakarta Barat, yang pemandangannya mengarah langsung ke Sungai Ciliwung.
"Akan sangat menarik jika sungai tersebut dalam keadaan bersih," ucapnya.
Sisi Lain Ibu Kota
Dalam kesempatan tersebut, Cosmas juga bercerita tentang instalasi berjudul Jakarta dan Rumah. Instalasi tersebut berwujud video wawancara kepada anak yang berusia 6–17 tahun, tentang apa pandangan anak-anak tersebut mengenai Kota Jakarta dan rumah bagi mereka.
Ia mengatakan bahwa instalasi tersebut dipamerkan karena seringkali anak-anak terlupakan dan jarang dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan. "Kenapa itu menjadi penting? Karena seringkali anak-anak terlupakan oleh mereka-mereka yang berada di posisi untuk menentukan kebijakan," jelasnya.
Cosmas mengingatkan bahwa kebijakan yang diambil semestinya lebih mementingkan masa depan dari anak-anak itu sendiri. "Padahal, kebijakan yang kita buat itu sebenernya adalah untuk masa depan daripada anak-anak tersebut, makanya suara anak-anak adalah suara yang harus kita dengarkan," tambahnya.
Dalam keterangan instalasi tersebut, Gie Sanjaya yang juga kurator dalam Jakarta Architecture Festival 2023 menuliskan bahwa melalui video, anak-anak merespons tentang Kota Jakarta yang mereka tinggali dan arti rumah bagi mereka.
"Jakarta dan Rumah" mengundang anak-anak merespons tanggapan mereka untuk memulai perjalanan melalui permadani rumit Jakarta. Sebuah kota yang tidak hanya menjadi latar belakang kehidupan kita, namun merupakan bagian integral dari cerita kita," tulis keterangan pada instalasi tersebut.
Advertisement
Instalasi 'Di Balik Kampung Itu'
Sementara, instalasi berjudul ‘Di Balik Kampung Itu’ karya seniman Asmoadji menceritakan gambaran sebuah perkampungan di balik kota besar memiliki sejarah sendiri bagi penghuninya. Bangunan yang dibangun dengan media seadanya dan disusun tumpuk-menumpuk satu sama lain untuk menjadi sebuah hunian dan tempat bertahan hidup bagi para penghuni kampung tersebut.
Cosmas menceritakan bahwa instalasi tersebut adalah gambaran kehidupan bagi 40 persen warga jakarta. "Ini adalah wajah daripada Kota Jakarta, mungkin 40 persen warga Jakarta tinggal seperti ini," jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa mungkin pemandangan tersebut seringkali dilihat oleh masyarakat, namun jarang ada yang memperhatikan. "Bapak, Ibu mungkin seringkali melihat tapi tidak memperhatikan," pungkasnya.
Lebih lanjut, Cosmas menjelaskan sang seniman terinspirasi membuat karya tersebut dari pemandangan yang dilihatnya setiap hari. "Kita bekerja sama dengan seniman Asmo yang kebetulan dia tinggal di belakang gedung tersebut, yang dia melihat hal-hal ini setiap hari," imbuhnya.
Rumah Bagi 40 Persen Warga Jakarta
Cosmas mengatakan bahwa sebelumnya instalasi tersebut sempat dipamerkan di salah satu galeri di Korea Selatan. Ia menerangkan bahwa lewat karya seni tersebut, mereka ingin meningkatkan kesadaran masyarakat akan kondisi Jakarta yang sebenarnya.
"Dengan kita memamerkan ini di sin,i sebagai bukti Jakarta, Bapak Ibu sekalian tahu bahwa Jakarta ini ternyata seperti ini ya," jelasnya.
Ia berharap setelah melihat karya seni tersebut, masyarakat menjadi lebih peduli dengan kondisi sekitar. "Mungkin selama ini lewat bantaran kali, bantaran kereta api, kita tidak memperhatikan. Nah, saya harap bapak ibu ke depannya nanti kalau melewati daerah-daerah ini menjadi lebih pelan-pelan jalannya. Kita bisa memperhatikan dan kita tahu bahwa 40 persen daripada penduduk Jakarta hidup seperti ini," ungkapnya.
Tertarik untuk mengunjungi Jakarta Architecture 2023? Pameran ini masih akan berlangsung hingga 30 September 2023. Lokasinya di lantai 77, Autograph Tower, Thamrin Nine Tower, Jakarta Pusat dan dibuka dari pukul 10.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB di hari kerja, dan pukul 09.00 WIB sampai 10.00 WIB pada akhir pekan.
Advertisement