Liputan6.com, Jakarta - Di era disrupsi informasi, pendidik dan guru ditantang untuk cepat beradaptasi dengan dunia yang serba digital dan menggunakan media sosial dengan lebih bijak. Untuk itu, para pendidik harus meningkatkan literasi digital-nya agar bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat, terutama untuk mencegah banyaknya hoaks yang menggunakan pandangan agama.
“Apalagi, saat ini kita akan menghadapi tahun politik, hal ini bertujuan untuk membendung hoaks,” ujar Staf Khusus Menteri Agama, Wibowo dilansir situs Kemenag.
Advertisement
Hoaks terus bermunculan dan menyebar di media sosial, lanjutnya. Menurut data Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), jumlah hoaks mencapai ribuan setiap tahunnya.
Secara spesifik, hoaks pada tahun 2019 sebanyak 1.221 hoaks, tahun 2020 sebanyak 2.298 hoaks, tahun 2021 sebanyak 1.888 hoaks, dan tahun 2022 sebanyak 1.698 hoaks.
"Diperkirakan jumlah hoaks akan kembali meningkat seiring dengan mulainya tahun politik pada 2023 dan 2024 di mana pilpres dan pileg serentak dilakukan. Isu-isu agama diprediksi akan dipakai sebagai materi hoaks," ujar Wibowo.
Maraknya hoaks yang terus berlanjut tentu meresahkan dan meresahkan. Menurut Wibowo, jika masyarakat mempercayai hoaks maka akan mengancam keutuhan wilayah negara.
“Tujuan dari kebanyakan hoaks adalah untuk saling adu domba. Jika hoaks tersebut menggunakan isu agama, maka ada resiko konflik antar umat beragama. Jika tidak diantisipasi maka akan menjadi bom penundaan yang pada akhirnya akan menghancurkan pembangunan nasional. kesatuan dan keutuhan wilayah,” dia menegaskan.
Wibowo berharap para pendidik atau guru dapat membantu mengurangi potensi negatif tersebut. "Mari kita berperan dalam memberikan cerita-cerita yang menenangkan, menarik, dan ringan hati. Cerita-cerita yang tidak benar atau menyesatkan perlu disikapi dengan baik. Terutama membekali pelajar atau generasi muda yang minim pengetahuan digital sehingga tidak terdampak," ujarnya.
Peran Gen Z Untuk Ruang Narasi Positif
Menurut Wibowo, Indonesia akan diisi usia produktif, khususnya Generasi Z (Gen Z). berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Gen Z sekitar 27.94% penduduk di dalam negeri berasal dari generasi kelahiran 1997-2012. Sedang data Kementerian Dalam Negeri jumlah penduduk Gen Z yang berusia 10-24 tahun sebanyak 68.662.815 jiwa hingga 31 Desember 2021.
Wibowo menjelaskan Generasi Z memiliki ciri khas yang unik. Pertama-tama, mereka dapat dipastikan memahami dunia digital dengan sangat baik sehingga disebut sebagai “digital natives”. Generasi Z juga ingin mendiskusikan isu-isu global, sosial dan lingkungan.
Namun di sisi lain, Generasi Z cenderung pragmatis dan realistis dalam pendekatannya terhadap pendidikan dan karier. Tokoh lainnya, Generasi Z, sangat terbuka terhadap keberagaman dan perbedaan, baik agama, adat istiadat, suku, ras, adat istiadat, dan budaya, ujarnya.
Mengutip survei yang dilakukan dosen ilmu komunikasi Lisa Esti Puji Hartanti dari Unika Atma Jaya, Wibowo mengatakan sekitar 52,2% generasi muda Generasi Z memiliki tingkat literasi digital yang rendah. Mereka tidak terbiasa memverifikasi kebenaran.
Khususnya literasi digital yang berkaitan dengan permasalahan agama. Untuk itu para pendidik harus mampu memberikan wawasan mengenai permasalahan agama agar tidak tersesat.
“Diskusi ini akan menambah pengetahuan agama di kalangan pendidik, mendorong para pendidik untuk menyebarkan konten-konten yang baik dan menarik serta membangun semangat dan kepercayaan diri untuk berperan aktif dalam berdakwah melalui media digital,” tegasnya.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.