Luhut ke Negara Barat: Tak Perlu Ajari Kami Soal Atasi Perubahan Iklim

Menteri Koordinator bidan Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyingung upaya Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim (climate change

oleh Ilyas Istianur PradityaArief Rahman Hakim diperbarui 25 Sep 2023, 17:15 WIB
Menteri Koordinator bidan Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyingung upaya Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim (climate change. (Dok Kemenko Perekonomian)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator bidan Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyingung upaya Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim (climate change). Dia menegaskan, negara-negara Barat tak perlu mendikte Indonesia dalam hal tersebut.

Menko Luhut di beberapa kesempatan kerap mengungkap hal ini. Utamanya soal berbagai cata negata untuk mengatasi perubahan iklim.

"Ya kalau ktia climate change itu ini kadang orang-orang barat suka merasa bahwa dia yang paling tahu. Saya bilang di banyak forum, saya bilang gak perlu ajari kami kok soal itu, kami ngerti semua, karena kami punya tanggung jawab juga," kata dia dalam Forum Merdeka Barat (PMB) 9 Road to AIS Forum 2023, di Jakarta, Senin (25/9/2023).

Dia menegaskan tak akan membuat kebijakan yang merugikan bagi generasi penerus Indonesia kedepannya.

"Saya berkali-kali bilang gitu, dimana-mana, kepada generasi yang akan datang Indonesia, kita gak akan buat policy yang akan menghancurkan anak cucu kami," tegasnya.

Turunkan Jumlah Sampah Laut

Kemudian, Luhut menyebut Indonesia telah membuktikan dengan menurunkan jumlah sampah plastik di lautan. Salah satu faktornya karena meningkatnya proses pengolahan sampah plastik di daratan.

"Kita buktikan, kita salah satu negara yang selama 4 tahun ini berhasil menurunkan jumlah plastik garbage di laut, 39 koma sekian persen, Indonesia loh, itu yang bilang bukan kita, yang bilang UN (Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB)," ujar Luhut.

 


Penanaman Bakau

Warga memancing di dekat hutan bakau yang tersisa di pesisir Marunda, Jakarta, Selasa (27/8/2019). Tutupan hutan tersebut berakibat bertambahnya emisi karbon dioksida hingga 4,69 kilo ton. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Tak berhenti disitu, dia menyoroti Indonesia juga mampu merehabilitasi hutan bakau atau mangrove dengan target 600 ribu hektare hingga 2024 mendatang. Menurutnya, tak ada negara seperti Indonesia yang mampu melakukan itu.

"Tidak ada, yang me-restore dia punya pitland, yang tingkat kebakaran hutannya, deforrestation-nya juga menurun, Indonesia," tegasnya.

"Kita punya depleted reservoir, kita punya saline ecofire 400 giga ton, kita sekarang bisa inject CO2 kedalam itu, kita tahu semua itu. Jadi sehingga kita akan dapatkan nanti produk-produk green," sambungnya.

Menko Luhut mengatakan pada konteks ini, Indonesia juga punya potensi energi bersih yang besar, mencapai 3.600 giga watt. Itu termasuk sektor pembangkit tenaga surya, dan ada beberapa yang dikerjasamakan dengan Uni Emirat Arab.

 


Posisi Indonesia

Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Itu merujuk pada pengembangan 62 GW energi terbarukan dari solar panel, tenaga hidro, hingga geothermal atau panas bumi.

"Jadi kita punya semua, kita punya bergaining position yang sangat kuat. Tapi ktia kadang-kadang kita sendiri gak tau kalau kita itu kuat gitu, karena kita melihat 'wah ini kurang' ya pastilah gak mungkin sempurna. Tapi we are heading to the right direction, itu terjadi," paparnya.

"Jadi kalau soal climate change ini, deforestasion di dunia sekarang kita paling rendah, tahun lalu dari angkanya, sekali lagi itu angka dari UN, bukan angka dari kita ya. jadi kita we are doing right," sambung Luhut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya