Liputan6.com, Jakarta - Muludan merupakan sebuah tradisi dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW dari Banten. Perayaan ini menjadi salah satu peristiwa budaya yang paling dinanti bagi masyarakat Banten. Pada 2023, warga Banten kembali bisa menikmat suguhan unik ini dari tradisi "Panjang Muludan" atau "Ngeropok".
Tradisi terdiri dari sejumlah rangkaian. Pelaksanaannya berbeda-beda di tiap daerah. Diawali dengan ceramah di masjid, hingga arak-arakan "panjang". Panjang ini berupa gunungan makanan yang disajikan dalam bentuk yang unik, seperti berbentuk hewan-hewan, kapal, masjid, dan sebagainya.
Advertisement
Perayaan ini akan berlangsung selama beberapa hari dengan berbagai rangkaian acara yang mengagumkan, memadukan keberagaman budaya dan spiritualitas yang khas bagi masyarakat Banten dan seluruh Indonesia.
Tradisi Panjang Mulud ini tidak hanya memiliki makna keagamaan, tetapi juga memberikan berkah ekonomi bagi masyarakat setempat. Meskipun hanya berlangsung sekali setahun, tradisi ini membantu banyak warga untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Salah satunya bagi pembuat rangka panjang.
Fajri, salah seorang penjual panjang, mengungkapkan untuk membuat panjang memerlukan keterampilan khusus dalam menyusun ornamen dan bahan-bahan yang akan digunakan. Selain itu, pembuatan kelontongan telur juga menjadi pekerjaan musiman yang banyak diminati warga.
Untuk tahun ini, Fajri optimistis hasil penjualan panjangnya akan meningkat. Hal ini disebabkan sudah tidak ada pembatasan aktivitas seperti saat pandemi Covid-19 selama dua tahun belakang.
"Tahun kemarin agak kurang sih, tahun ini lumayan karena sudah enggak ada corona," Fajri menjelaskan saat ditemui di Pasar Rau, Serang, Senin (25/9/2023).
Namun, beda ceritanya dengan yang dirasakan Ahmad, seorang penjual panjang Mulud yang juga berjualan di Pasar Rau. Menurutnya, tahun ini, ia merasakan adanya penurunan dalam penjualannya. "Kalau untuk tahun ini agak berkurang dibanding tahun lalu, mungkin karena pengaruh dari harga sembako yang naik kayak beras sama telur," Ahmad mengeluhkan.
Harga Panjang Mulud
Kenaikan harga beberapa sembako seperti beras dan telur memang telah menjadi tantangan bagi para penjual Panjang Mulud. Meskipun ada optimisme kenaikan penjualan, tetapi perubahan dalam ekonomi dan harga-harga tersebut dapat memengaruhi pendapatan para penjual tradisional ini. Hal ini karena dengan kenaikan harga sembako, maka warga akan kesulitan mengisi panjang ini dengan banyak bahan makanan.
Kedua penjual tersebut juga mengakui bahwa meski sudah mengalami peningkatan penjualan dalam sehari, tetapi hasilnya masih terbilang rendah. Mereka hanya mampu menjual panjang sekitar 2 hingga 3 buah panjang Mulud, dengan harga yang bervariasi. Panjang Mulud yang dibeli pun kebanyakan hanya yang berukuran kecil dan sedang.
Harga yang diberikan disesuaikan dengan bentuk dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya. "Kalau buat yang kecil seperti buat telur, harganya sekitar 20 ribu saja, tetapi jika seperti kapal, harganya berkisar antara 200 hingga 500 ribu. Sedangkan untuk panjang Mulud yang berbentuk unta, kerbau, atau burung, harganya bisa mencapai 800 ribu hingga satu jutaan," kedua penjual ini menjelaskan.
Mereka pun mengungkapkan bahwa mereka telah menjadi penjual panjang Mulud dari tahun ke tahun, dan mengakui bahwa keuntungan dari berjualan panjang Mulud dapat dianggap mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Fajri mengungkapkan bahwa dalam proses pembuatannya, ia dibantu oleh anggota keluarganya. "Saya dibantu oleh kakak, saudara, dan juga anggota keluarga lainnya. Sehari kami bisa membuat hingga dua buah panjang Mulud dengan ukuran sedang. Namun, jika yang lebih besar, kami butuh waktu dua hingga tiga hari untuk menyelesaikannya," Fajri mengungkapkan.
Advertisement
Harapan Panjang Mulud
Fajri bercerita dia mulai berjualan panjang di Pasar Rau beberapa hari menjelang Maulid Nabi. Kesehariannya, dia juga berjualan di pasar, tetapi bukan berjualan panjang Mulud.
Begitu pun dengan Ahmad. Setiap hari dia bekerja sebagai penjual kayu. Namun, begitu mendekati Maulid Nabi, dia menyulap kayu-kayu dagangannya menjadi panjang-panjang yang berbentuk unik. "Kebetulan saya adalah penjual kayu, jadi kayunya bisa diolah menjadi panjang Mulud ini. Banyak orang yang menitipkan penjualan panjang Muludnya di sini, jadi saya juga berperan sebagai produsen kayu untuk panjang Mulud," dia menjelaskan.
Sebagian penjual berharap bahwa tradisi Panjang Mulud akan tetap berlanjut dengan semangat yang sama, sehingga tantangan ekonomi ini akan dapat diatasi bersama-sama. Meskipun ada kendala, semangat untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW dan menjaga tradisi budaya tetap kuat di Kota Serang.