Alasan Indika Energy Jual MUTU kepada CUAN Milik Prajogo Pangestu

Indika Energy, melalui PT Indika Indonesia Resources (IIR) dan Indika Capital Investments Pte. Ltd (ICI) melepas 2.263.030.000 saham Multi Tambangjaya Utama.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 25 Sep 2023, 20:58 WIB
PT Indika Energy Tbk (INDY) divestasi pada bisnis batu bara, yakni PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) divestasi pada bisnis batu bara, yakni PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU). Saat ini, INDY melepas seluruh kepemilikan sahamnya di MUTU dan dijual kepada emiten milik Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). 

Pada 22 September 2023, Indika Energy, melalui PT Indika Indonesia Resources (IIR) dan Indika Capital Investments Pte. Ltd (ICI) telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat dengan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) sebagai pembeli sehubungan dengan rencana penjualan 100 persen kepemilikan saham di PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) kepada Petrindo Jaya Kreasi.

Berdasarkan CSPA tersebut, penjual bermaksud untuk menjual keseluruhan 2.263.030.000 saham Perseroan di MUTU, dan ICI bermaksud untuk mengalihkan seluruh hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Jasa Pemasaran (Marketing Rights) (rencana tansaksi) dengan total nilai sebesar USD 218.000.000.

Penjualan kepemilikan saham di MUTU adalah bagian dari strategi Perseroan sebagai perusahaan investasi dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi, di mana Perseroan akan mengurangi eksposur di bisnis batubara dan menambah portofolio investasi non-batubara. Perseroan menargetkan untuk mencapai 50 persen pendapatan dari sektor non-batubara pada 2025.

"MUTU adalah perusahaan pertambangan bituminious thermal dan coking coal di Kalimantan Tengah yang memegang PKP2B generasi ke-3 dengan area konsesi 24.970 hektar dan telah menjadi bagian dari Indika Energy Group sejak 2012," kata Wakil Direktur Utama dan CEO Grup Indika Energy Azis Armand dalam keterangan resminya, Senin (25/9/2023).

Ia menuturkan, MUTU menunjukkan pertumbuhan bisnis yang baik sejak berproduksi pada  2016 dan mencapai profit tertinggi pada 2022. "Meski demikian, kami percaya bahwa penjualan saham Indika Energy di MUTU menjadi langkah lainnya dari perusahaan untuk mengurangi eksposur di bisnis batu bara,” ujar dia.

 

 

 


Kembangkan Bisnis ESG

Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut Azis, Perseroan terus mengkaji portofolio bisnisnya dan mengutamakan aspek berkelanjutan, serta akan terus fokus melakukan diversifikasi di luar sektor intinya di bidang energi dan pertambangan. Hal ini selaras dengan tujuan Perseroan untuk memberi energi pada Indonesia demi masa depan yang berkelanjutan.

 “Ke depannya, Indika Energy akan terus mengembangkan bisnis yang sejalan dengan komitmen Environmental, Social, and Governance (ESG) perusahaan dan menuju netral karbon pada 2050,” kata dia.

Dia bilang, transaksi ini diharapkan selesai dengan pemenuhan beberapa persyaratan pendahuluan sebagaimana ditetapkan di dalam CSPA, termasuk persetujuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Sekretaris Perusahaan Indika Energy Adi Pramono mengatakan, setelah rencana transaksi selesai dilaksanakan, MUTU tidak lagi menjadi anak perusahaan Perseroan dan tidak dikonsolidasi dalam laporan keuangan Perseroan.

"Rencana transaksi tidak akan berdampak terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha Perseroan,” ujar Adi dalam keterbukaan informasi. 


Indika Energy Buka Peluang Gandeng Korporasi Lain Kembangkan Kendaraan Listrik

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, emiten energi, PT Indika Energy Tbk (INDY) membuka peluang bisnis bagi perusahaan-perusahaan lain yang ingin bekerja sama di bidang charging station.

Wakil Direktur Utama Indika Energy Azis Armand menuturkan, pihaknya selalu membuka kesempatan bagi perusahaan lain yang ingin bergabung mengembangkan ekosistem kendaraan listrik ini.

"Jadi apabila ada publik yang mau bekerja sama dengan kita dari sisi charging station, kami terbuka," kata Azis saat ditemui Liputan6.com di sela acara GIIAS 2023, Jumat (11/8/2023).

Adapun kebutuhan investasi untuk charging station sendiri membutuhkan dana sebesar Rp 400 juta sampai dengan Rp 600 juta per unit. Ini mengingat charging station memiliki beberapa tipe.

Asal tahu saja, INDY melalui anak usahanya PT Energi Makmur Buana (EMB) meneken kerjasama lokalisasi mesin pengisian kendaraan berbasis baterai dengan Daeyoung Chaevi Co., Ltd yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam industri pengisian baterai listrik global. 

Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Indika Energy melalui EMB akan berperan sebagai mitra lokal dalam mendukung proses lokalisasi, termasuk manufaktur, penelitian, dan pengembangan komponen yang diperlukan untuk produksi mesin pengisian baterai listrik yang inovatif.

Selain charging station, Indika Energy dan INVI bekerja sama dalam mengoperasikan bus listrik merek KGM.

Hingga saat ini yang telah beroperasi sebanyak dua unit. Satu unit dioperasikan di Bandara oleh Damri, sedangkan satu unit lagi sedang masa trial untuk Transjakarta. 

 

 


Kinerja Semester I 2023

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, Indika Energy Tbk (INDY) mencatatkan pendapatan sebesar USD 1,67 miliar hingga akhir semester I 2023. Angka ini menyusut 13,47 persen year on year (yoy) dibandingkan pendapatan INDY pada semester I 2022 sebesar USD 1,93 miliar.

Mengutip laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (4/8/2023), pendapatan INDY didominasi oleh segmen bisnis sumber daya energi yaitu sebesar USD 1,51 miliar pada enam bulan pertama 2023.

Berikutnya, ada segmen jasa energi yang menyumbang pendapatan USD 125,03 juta, logistik dan infrastruktur sebesar USD 22,05 juta, bisnis hijau sebesar USD 7,66 juta, ventura digital sebesar USD 4,08 juta, dan mineral sebesar USD 2,61 juta.

Sementara itu, beban pokok kontrak dan penjualan INDY meningkat 0,39 persen yoy menjadi USD 1,32 miliar pada semester I 2023, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 1,27 miliar.

Alhasil, laba kotor INDY tercatat sebesar USD 349,93 juta pada akhir semester I 2023 atau anjlok 47,68 persen yoy dibandingkan laba kotor perusahaan pada semester I 2022 sebesar USD 668,86 juta.

Bersamaan dengan itu, laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk INDY anjlok 55,24 persen yoy dari USD 200,65 juta pada semester I 2022 menjadi USD 89,80 juta pada semester I 2023.

Indika Energy memiliki total aset sebanyak USD 3,06 miliar pada akhir semester I 2023 atau turun 14,76 persen dibandingkan total aset emiten tersebut pada akhir 2022 yakni senilai USD 3,59 miliar.

Total aset Indika Energy per 30 Juni 2023 terdiri atas aset lancar senilai USD 1,41 miliar dan aset tidak lancar senilai USD 1,64 miliar.

Liabilitas turun menjadi USD 1,71 miliar pada semester I 2023 dari tahun sebelumnya USD 2,25 miliar. Sementara ekuitas hingga Juni 2023 naik tipis menjadi USD 1,34 miliar dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar USD 1,34 miliar.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya