Liputan6.com, London - Survei dari King's College London mengungkap nilai-nilai apa yang menjadi prioritas untuk anak di keluarga. Tak mengejutkan bahwa orang tua dari negara-negara yang berbeda juga punya prioritas berbeda.
Ada 11 sikap yang dijadikan opsi di studi ini, yaitu: Tidak Egois, Imajinasi, Sikap Baik, Rasa Tanggung Jawab, Kepatuhan, Hemat, Kepercayaan Agama, Independensi, Toleransi dan Hormat ke Orang Lain, Determinasi dan Kegigihan, serta Kerja Keras.
Advertisement
Para responden lantas ditanya hal-hal apa saja yang paling penting diajarkan ke anak-anak di rumah.
Hasilnya, para orang tua Indonesia ternyata juara dalam hal agama. Sebanyak 75 persen responden dari Indonesia menyatakan bahwa agama penting diajarkan untuk anak-anak.
Angka 75 persen itu membuat Indonesia sebagai negara kedua setelah Mesir (82 persen) yang sangat menanggap penting agama. Lima negara yang paling menilai agama tidak penting adalah Inggris (9 persen), Prancis (9 persen), Norwegia (6 persen), Jepang (4 persen), dan China (1 persen).
Jeblok di Toleransi
Pada sikap-sikap lain, posisi Indonesia cenderung di tengah-tengah. Namun, ada tiga hal yang ternyata kurang diperhatikan orang tua Indonesia: toleransi, imajinasi, dan sikap tidak egois.
Terkait toleransi, skor Indonesia adalah nomor dua dari bawah. Hanya 45 persen responden Indonesia yang menganggap toleransi itu penting diajarkan ke anak-anak di rumah. Skor Indonesia bahkan lebih rendah dari Rusia (56 persen) dan Korea Selatan (51 persen).
Lima negara yang menilai bahwa toleransi penting diajarkan adalah Swedia (93 persen), Norwegia (90 persen), Prancis (84 persen), Jerman (84 persen), dan Spanyol (82 persen).
Imajinasi Tidak Penting?
Skor Indonesia juga terutama rendah di imajinasi. Jumlah responden yang berkata imajinasi itu penting bagi anak hanya 7 persen saja.
Lima negara yang menganggap imajinasi itu penting diajarkan adalah Korea Selatan (52 persen), Swedia (44 persen), Norwegia (43 persen), Jepang (37 persen), dan Inggris (37 persen).
Mementingkan Diri Sendiri
Dalam hal mengajari anak agar tidak selfish, posisi Indonesia (14 persen) berada di lima terbawah bersama Polandia (15 persen), Jerman (6 persen), Spanyol (5 persen), dan Korea Selatan (4 persen).
Bagi mayoritas responden Korea Selatan (88 persen), sikap paling penting bagi anak-anak adalah Tanggung Jawab.
Sementara, lima negara teratas yang tidak ingin anaknya selfish adalah Prancis (45 persen), Inggris (43 persen), Australia (42 persen), Iran (41 persen), dan Kanada (40 persen).
Merasa Harus Punya Anak
Berdasarkan survei yang dilakukan King's College London dan The World Values Survey tersebut, Indonesia adalah salah satu negara yang paling setuju bahwa punya anak merupakan tugas untuk masyarakat.
Berikut 10 besar negara yang menganggap bahwa punya anak adalah tugas:
1. Filipina (82 persen)
2. Nigeria (76 persen)
3. Indonesia (75 persen)
4. China (74 persen)
5. Iran (67 persen)
6. Mesir (65 persen)
7. Maroko (54 persen)
8. Korea Selatan (52 persen)
9. Polandia (43 persen)
10. Rusia (42 persen)
Tak Merasa Harus Punya Anak
Sebaliknya, ada juga yang tidak merasa harus punya anak. Kebanyakan negara-negara maju tidak merasa kalau punya anak merupakan tugas yang harus dilakukan.
Negara yang paling setuju ternyata bukan Jepang yang angka kelahirannya menurun, melainkan negara-negara Barat seperti Swedia, Kanada, dan Norwegia.
10 negara yang tidak menganggap bahwa punya anak adalah tugas adalah:
1. Swedia (8 persen)
2. Amerika Serikat (10 persen)
3. Inggris (11 persen)
4. Kanada (11 persen)
5. Australia (12 persen)
6. Norwegia (17 persen)
7. Prancis (23 persen)
8. Jerman (23 persen)
9. Jepang (27 persen)
10. Spanyol (29 persen)
Advertisement
Anak dan Orang Tua
Mengurus Orang Tua
Di survei tersebut, Indonesia masuk lima besar dalam kategori mengurus orang tua.
Lima besar negara yang menilai mengurus orang tua itu penting adalah China (98 persen), Mesir (98 persen), Nigeria (94 persen), Indonesia (91 persen), dan Maroko (85 persen).
Lima negara yang berpikir sebaliknya adalah Jepang (26 persen), Swedia (30 persen), Inggris (31 persen), Norwegia (31 persen), dan Kanada (36 persen).
Mesir, Indonesia, Nigeria, Filipina, dan Iran juga sangat setuju bahwa membuat orang tua bangga merupakan tujuan kunci dalam hidup.
Memukul Anak
Survei ini juga mengungkap tentang sentimen responden terhadap memukul anak. Mayoritas warga Yunani, Jepang, Jerman, Inggris dan Australia sepakat bahwa memukul anak tidak bisa dibenarkan.
Sebanyak 77 persen orang Indonesia juga berpikir demikian, namun ada 17 persen yang merasa mungkin memukul anak bisa dibenarkan dan 6 persen lainnya merasa itu memang bisa dibenarkan.
Negara yang paling mendukung memukul anak adalah Nigeria. 36 persen berkata mungkin itu bisa dibenarkan dan 38 persen yakin itu memang bisa dibenarkan.
Survei ini dilakukan pada 2017 hingga 2022. Responden dari Britania Raya mencapai 3.056 orang.
Responden dari Indonesia adalah 3.200 sampel dan disurvei pada Juni hingga Agustus 2018.
Baca laporan lengkapnya di sini.