Gitaris Queen Brian May Bantu NASA dalam Misi Pulangkan Sampel Asteroid Pertama

Gitaris Queen Brian May, turut berperan dalam misi epik NASA mengembalikan sampel asteroid pertamanya ke Bumi. Baca kisah kolaborasi antara musik dan ilmu pengetahuan dalam artikel ini.

oleh Therresia Maria Magdalena Morais diperbarui 26 Sep 2023, 18:35 WIB
Gitaris Queen Brian May bantu NASA dalam misi pulangkan sampel asteroid pertama. (Dok: NASA TV)

Liputan6.com, Washington - Brian May, gitaris dari band legendaris Queen, sekali lagi menunjukkan kehebatannya. Ia tak hanya seorang musisi terkenal, tetapi juga seorang ahli astrofisika yang baru-baru ini memberikan kontribusi besar dalam membantu NASA mengembalikan sampel asteroid pertamanya ke Bumi.

Brian May menyatakan perasaan bangganya karena bisa ikut serta dalam tim yang mengambil sampel dari asteroid Bennu.

"Halo teman-teman NASA, para penggemar antariksa, pecinta asteroid. Saya adalah Brian May dari Queen, seperti yang mungkin Anda tahu. Namun, saya juga sangat bangga menjadi anggota tim OSIRIS-REx," kata musisi berusia 76 tahun itu dalam klip yang ditayangkan di NASA TV pada hari Minggu.

Melansir dari CNN, Senin (25/9/2023), pesawat antariksa OSIRIS-REx terbang melewati Bumi pada hari Minggu, setelah tujuh tahun sejak diluncurkan ke luar angkasa untuk mengambil sampel dari asteroid Bennu yang berdekatan dengan Bumi. Sampel dari asteroid yang berusia lebih dari 4,5 miliar tahun tersebut dikumpulkan pada tahun 2020 sebelum memulai perjalanan kembali ke Bumi, khususnya ke Utah, pada tahun 2021.

Brian May memainkan peran penting dalam misi ini dengan membuat gambar-gambar stereoskopik dari data pesawat antariksa. Hal ini memungkinkan pemimpin misi, Dante Lauretta, dan timnya untuk menemukan tempat yang aman untuk mendarat dan mengambil sampel.

Dalam klip tersebut, May meminta maaf karena tidak dapat berada bersama tim dalam momen bersejarah ini.

"Saya sedang berlatih untuk tur Queen, tetapi hati saya tetap bersama Anda saat sampel berharga ini kembali," jelasnya.

"Selamat hari pengembalian sampel, dan selamat kepada semua yang bekerja begitu keras dalam misi ini, terutama sahabat saya tercinta, Dante."

"Tuhan memberkati kalian semua," tambahnya.

Setelah melepaskan kapsul sampel di Utah, OSIRIS-REx akan melanjutkan perjalanannya untuk mempelajari asteroid lain yang bernama Apophis, demikian diinformasikan oleh badan antariksa AS itu.


Sampel Asteroid Bennu Mendarat dengan Selamat di Bumi, Dapat Ungkap Awal Mula Kehidupan di Dunia?

Kapsul yang membawa sampe debu dan batu dari asteroid Bennu mendarat di Gurun Barat, Utah, Amerika Serikat, pada Minggu (24/9/2023). (Dok. NASA/Keegan Barber)      

Sampel debu dan batu dari "batuan paling berbahaya di Tata Surya" berhasil dibawa ke Bumi.

Badan antariksa Amerika Serikat (AS), NASA, mendaratkan materi tersebut di dalam kapsul di Gurun Barat Negara bagian Utah. Sampel tersebut diambil dari permukaan asteroid Bennu pada tahun 2020 oleh pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx (Origins, Spectral Interpretation, Resource Identification and Security – Regolith Explorer).

NASA mengatakan bahwa mereka ingin mempelajari lebih lanjut tentang objek tersebut, salah satu alasannya adalah karena asteroid Bennu mempunyai peluang besar untuk menghantam Bumi dalam 300 tahun ke depan. Namun, lebih dari itu, sampel tersebut kemungkinan besar akan memberikan wawasan baru mengenai pembentukan Tata Surya pada 4,6 miliar tahun yang lalu dan bahkan mungkin bagaimana kehidupan dimulai di dunia.

Pendaratan di lahan gurun milik Kementerian Pertahanan tersebut dikonfirmasi NASA pada Minggu pukul 10.52 waktu setempat.

Kapsul seukuran ban mobil meluncur ke atmosfer di AS bagian barat dengan kecepatan lebih dari 12km/detik. Sebuah pelindung panas dan parasut memperlambat penurunannya dan menjatuhkannya dengan lembut. Demikian seperti dilansir BBC, Senin (25/9/2023).

Ketika ditanya bagaimana misi penyelamatan tersebut berjalan, beberapa tim NASA mengatakan, "Misi tersebut luar biasa."

Penyelidik utama dari OSIRIS-REx Dante Lauretta mengatakan bahwa reaksi pertamanya saat melihat kapsul melayang dengan parasutnya adalah "menangis seperti bayi".

"Beberapa instrumen kami benar-benar mengamati atom yang membentuk kristal di dalam batuan ini," jelas Prof Lauretta.

"Saat Anda mengerjakan pada skala sebesar itu, satu batu merupakan lanskap yang tak terbatas untuk dijelajahi. Kami akan mengerjakan material ini selama beberapa dekade dan beberapa dekade ke depan."

Infografis Jurus NASA Cegat Asteroid Berpotensi Tabrak Bumi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya