Liputan6.com, Jakarta Ditreskrimsus Polda Metro Jaya masih memburu tersangka lain dari bisnis prostitusi online yang dijalankan muncikari berinisial FEA alias Mami Icha. Polisi mulai menelusuri para pelanggan yang kerap memesan anak di bawah umur kepada muncikari Mami Icha.
"Penanganan perkara ini akan kita terus kembangkan penyidikan dan penyelidikannya. Jadi tidak menutup kemungkinan kita kembangkan untuk tersangka lain (para pelanggan)," kata Dirkrimsus Polda Metro Jaya, Kombes Ade Safri Simanjuntak kepada wartawan, Selasa (26/9/2023).
Advertisement
Bahkan, Ade Safri mengungkap para pria hidung belang yang memesan anak korban di bawah umur kepada Mami Icha kerap kali meminta mereka memakai pakaian atau cosplay seragam sekolah sebagai fantasi seksualnya.
"Ada beberapa klien juga meminta korban anak ini memakai pakaian anak sekolah. Jadi ini hasil identifikasi kami setidaknya 21 orang yang dipekerjaan," kata dia.
Diketahui, muncikari Mami Icha mempekerjakan 21 anak. Dia memasang tarif dibagi dua klaster. Pertama, untuk nonperawan diberi tarif Rp1,5 juta, sedangkan bagi anak korban yang masih perawan diberi harga Rp7 juta.
Setelah harga disepakati, para pria hidung belang itu bakal menentukan titik lokasi hotel. Untuk selanjutnya, anak korban yang dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial (PSK) akan diantarkan ke lokasi.
Semuanya itu dijalankan Mami Icha dilakukan melalui media sosial, mulai dari proses penawaran sampai harga disepakati. Skema itu ternyata telah dilakukan sekitar enam bulan atau sejak April 2023.
"Klien akan menghubungi tersangka lewat telegram atau line yang diberikan FEA. Kemudian, data anak korban yang akan dipekerjakan dieksploitasi secara seksual kemudian foto juga, termasuk dengan tarif akan diberikan," kata Ade.
Muncikari Mami Icha Jual Anak di Bawah Umur ke Pelanggan lewat Media Sosial
Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) berhasil membongkar prostitusi yang melibatkan anak di bawah umur. Pelaku memperjualbelikan korbannya dengan mengiklankan melalui media sosial.
"Eksploitasi secara seksual terhadap anak (sebagai korban) melalui medsos, dan atau tindak pidana perdagangan orang (TPPO)," ujar Direktur Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Ade Safri Simanjuntak dalam keterangannya kepada wartawan, Minggu (24/9/2023).
Kombes Ade menyebut muncikari berinisial FEA (24) yang berhasil ditangkap di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat dapat menjaring korban melalui pergaulan.
"Awal mula bisa masuk dan mengenal tersangka dari jaringan pergaulan. Sebagian besar anak korban masih sekolah," kata ade.
Kepada penyidik, FEA mengaku telah menjalankan prostitusi anak sejak April 2023 hingga September 2023.
Setelah itu, lanjut Ade, korban yang berhasil terjerat diperjualbelikan untuk melayani hidung belang dengan harga bervariasi, mulai dari Rp1,5 juta hingga Rp8 juta per jam. Keuntungan yang didapat pelaku sebesar 50 persen dari transaksi.
"Dari keterangan yang didapat dari tersangka FEA, korban ditawarkan mulai dari Rp1,5 juta, Rp7 juta, hingga Rp8 juta per jam," jelas Kombes Ade.
Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya FEA terjerat Pasal 27 ayat 1 jo Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan atau Pasal 296 dan atau Pasal 506 KUHP dan atau Pasal 4 ayat 2 jo Pasal 30 UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan atau Pasal 2 jo Pasal 17 UU Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Dan juga Pasal 76I jo Pasal 88 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Advertisement
Kronologi Pengungkapan Kasus Prostitusi Anak yang Dijalankan Mami Icha
Pengungkapan kasus berawal saat Polda Metro Jaya melakukan patroli siber di media sosial dan mendapati akun Twitter/X dengan ID @ixxxxxdreams menyediakan sarana prostitusi online.
"Akun Twitter dengan ID @ixxxxxdreams dengan foto profil Tombol Lift dengan nama eve, telah menyediakan sarana prostitusi online dengan judul status pw/non pw. rr cantumkan nama Miss nya. wajib dp. base all Jkt. info talent? klik link dibawah. tele @chxxx_xx/ line @chxxx_xxx," kata Kombes Ade.
Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, didapatkan nama profil pelaku dari Telegram dengan nama 'eve'. Juga terdapat info dari profil tersebut 'slow resp dulu'.
Pihak penyidik pun mencoba menjebak pelaku dengan menghubungi nomor yang tertera dalam Telegram. Pelaku pun terdeteksi di Jakarta.
"Dilakukan upaya paksa terhadap tersangka di salah satu hotel di Kemang, Jakarta Selatan saat hendak mempekerjakan dua orang anak untuk dieksploitasi secara seksual," jelas Kombes Ade.
Reporter: Bachtiarudin Alam
Sumber: Merdeka.com