Liputan6.com, Jakarta - Selama ini, kebanyakan orang mengenal Kompas Gramedia sebagai perusahaan media, tetapi ternyata Kompas Gramedia juga memiliki lembaga kebudayaan yang bernama Bentara Budaya. Berangkat dari kepedulian dan konstribusi langsung untuk mengembangkan dan melestarikan kesenian, seperti lukisan, patung, dan keramik yang merupakan komsumsi publik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Kompas Gramedia menyelenggarakan Peresmian Bentara Budaya Art Gallery sekaligus perayaan ulang tahun ke-41 Bentara Budaya pada Selasa (26/09/23).
CEO Kompas Gramedia, Lilik Oetama menyampaikan dalam sambutannya bahwa Bentara Budaya Art Gallery ini merupakan wujud dari komitmen Bentara Budaya untuk senantiasa menjadi rumah budaya dan panggung seni yang dihimpun Perintis Kompas Gramedia sejak tahun 1970-an sekaligus menampilkan kreasi seniman lintas generasi.
Advertisement
"Sebagai perayaan ulang tahun ke-41 Bentara Budaya, Kompas Gramedia mengadakan Bentara Budaya Art Gallery di Menara Kompas. Hal ini ditujukan untuk menjadi ekstensa yang meningkatkan eksistensi kesenian, untuk memamerkan potensi dan kreasi seni dari seniman Indonesia maupun manca negara. Hal ini juga merupakan komitmen dari Kompas Gramedia untuk menggerakkan kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Lilik Oetama.
Mengintip Perjalanan 41 Tahun Bentara Budaya
Bermula dari visi para pendiri Kompas Gramedia, yaitu PK Oyong dan Jakob Oetama, Bentara Budaya hadir menjadi titik temu antara aspirasi yang pernah ada dengan aspirasi yang sedang tumbuh. Bentara Budaya telah mewarnai kehidupan kesenian di berbagai kota di Indonesia. Bentara Budaya bermula di Yogyakarta pada 26 September 1982, dilanjutkan dengan Bentara Budaya Jakarta pada 26 Juni 1986, lalu Bentara Budaya Solo pada 31 Oktober 2003, dan Bentara Budaya Bali pada 9 September 2009.
Selama 41 tahun keberadaannya, Bentara Budaya sudah menjadi ruang kreatif serta apresiasi bagi seniman yang bahkan tidak terbatas dengan alasan lokasi keberadaan Bentara Budaya karena telah didukung oleh institusi yang ada di seluruh Indonesia. Pada mulanya, Bentara Budaya hanya mengapresiasi kreasi seni tradisi, tetapi seiring berjalannya waktu, juga menjadikan seni yang merespons perkembangan zaman.
Program-program dari Bentara Budaya ini menyentuh ekspresi seni tradisional maupun modern, seperti radio, pameran, tari, musik, film, teater, drama, puisi, workshop, dan sebagainya. Secara khusus, pada tahun 2003, Bentara Budaya menaruh perhatian khusus pada seni grafis dengan adanya kompetisi Trienal Seni Grafis Indonesia yang merangkul para seniman grafis seluruh dunia.
Selama keberadaannya dalam kurun waktu 4 dekade, Bentara Budaya juga memberikan ruang bagi ekspresi seni kekinian, termasuk menyambut ekosistem digital melalui berbagai ragam kegiatan. Bentara Budaya juga turut merayakan kekayaan kesenian yang mewakili semangat zaman yang senantiasa bertumbuh.
Wajah Manusia Indonesia dalam Pameran Bentara Budaya Art Gallery
Dalam rangkaian HUT ke-41, Bentara Budaya Art Gallery menampilakan koleksi seni Bentara Budaya dengan tajuk "Manusia Indonesia dalam Lukisan Koleksi Bentara Budaya."
Karya yang ditampilkan dalam pameran ini terdiri dari 37 lukisan, belasan wayang (kulit, kayu, dan rumput), patung modern, serta keramik. Lukisan dalam pameran ini mencakup karya seniman dari era 1930-an sampai tahun 2000-an, seperti Affandi, Hendra Gunawan, S Sudjojono, Dullah, Agus Djaja, Nasirun, dan Budi Ubrux.
Kurator Bentara Budaya, Frans Sartono mengungkapkan bahwa 37 lukisan dalam pameran ini menggambarkan pergulatan manusia Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, seperti gambar perempuan rumahan, anak-anak, pejuang kemerdakaan, atau seniman tradisi. Hal ini dapat menjadi harapan yang memperkuat pemahaman bahwa manusia Indonesia itu memiliki wajah yang beragam.
"Dari 37 lukisan ini, kita dapat melihat bagaimana perjuangan dipandang dari perspektif waktu yang berbeda dan perspektif seniman yang muncul dari masa ke masa. Dari sinilah kita dengan mudah menemukan Indonesia di setiap keping karya seni di berbagai wilayah. Semoga dengan adanya pameran ini, karya yang ditampilkan cukup mewakili kesenian, terutama seni rupa di Indonesia," ujar Frans Sartono.
Advertisement
Harapan Terhadap Bentara Budaya Art Gallery
Peresmian Bentara Budaya Art Gallery yang bersamaan dengan syukuran ulang tahun ke-41 Bentara Budaya ini dihadiri oleh berbagai pihak dari Kompas Gramedia, instansi pemerintah, maupun swasta yang memiliki ketertarikan terhadap seni dan budaya. Pejabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono berharap adanya peresmian Bentara Budaya Art Gallery ini dapat menjadi objek wisata baru sehingga dapat menarik lebih banyak para wisatawan berkunjung ke Jakarta.
"Secara resmi hari ini Bentara Budaya Art Gallery dibuka agar dapat dinikmati oleh masyarakat, khususnya pecinta lukisan. Semoga galeri ini mampu menjadi ruang bagi para seniman untuk berbagi aspirasi dan inspirasi," ujar Heru Budi Hartono. Beliau juga berharap galeri baru ini menjadi tambahan titik destinasi wisata di Jakarta sehingga bisa menambah wisatawan yang hadir ke Jakarta.
Selain itu, Corporate Communication Director Kompas Gramedia, Glory Oyong juga berharap Bentara Budaya Art Gallery ini bermanfaat bagi orang banyak dan semoga terus dapat bekerja sama dengan siapa pun untuk memajukan kesenian dan kebudayaan Indonesia.
"Terima kasih atas support dari berbagai pihak untuk Bentara Budaya, seperti seniman, kurator, kolektor, pengusaha, dan pemerintahan. Semoga Bentara terus terbuka bekerja sama dengan siapa pun untuk bersama-sama memajukan kebudayaan Indonesia," kata Glory Oyong.
General Manager Bentara Budaya dan Communication Management Kompas Gramedia, Ilham Khoiri berharap Bentara Budaya Art Gallery dapat menambah ruang baru untuk mewadahi kreativitas para seniman Indonesia sehingga dapat dinikmati khalayak luas.
"Semoga Bentara terus menyokong seni yang berakar kuat pada tradisi Nusantara sekaligus kreasi kontemporer yang tren pada masa kini," ucap Ilham Khoiri.