Liputan6.com, Surabaya - Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi menyatakan, terpilihnya Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI memberi contoh buruk bagi proses demokrasi.
Advertisement
Menurutnya, PSI justru melemahkan citra yang selama ini dibangun sebagai partai yang memiliki ciri demokrasi. Sebab, suatu partai demokratik modern, harus dibangun melalui proses pelembagaan politik yang tertata.
"Proses penentuan pejabat partai, apalagi proses suksesi maupun pemilihan kepemimpinan dilakukan melalui prosedur demokratik yang berlangsung, baik melalui kongres maupun muktamar yang melibatkan kesepakatan dari seluruh partai, tentu dengan proses penjenjangan yang tertata," ungkap Airlangga, Selasa (26/9/2023).
Terpilihnya seseorang yang baru masuk menjadi bagian dari partai tidak lebih dari satu bulan, kata Airlangga, seolah memperlihatkan adanya problem besar dalam kelembagaan internal PSI, dan justru bertolak belakang dengan semangat pelembagaan partai yang demokratis.
Sama halnya dengan terpilihnya Kaesang yang notabene baru bergabung ke dalam PSI, masih kata Airlangga, menunjukkan PSI tidak menggunakan proses tata kelembagaan yang ajek dan reguler untuk memilih pemimpin.
Pemilihan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI yang berlangsung secara cepat, juga menunjukkan tidak terujinya proses meritokratik maupun penggemblengan terhadap Kaesang sebagai bagian dari dialektika.
"Sebagai politisi yang berproses dalam partai politik, sudah seharusnya menjadi bagian dari budaya politik, apabila PSI mengaku sebagai partai bercorak demokrasi lho ya," kata Airlangga.
Pada akhirnya apa yang dilakukan oleh PSI justru tidak menjadi proses yang baik, dan dalam jangka panjang justru merugikan langkah politik Kaesang dalam karir politiknya dalam jalan politik instan yang dia tempuh.
Image dari publik, dengan cara instan seperti ini justru akan berkontribusi bagi pelemahan bagi PSI maupun Kaesang itu sendiri.
"Publik justru akan melihat terjadinya perendahan mutu atau regresi kelembagaan internal PSI. Alih-alih penguatan reformasi kelembagaan dalam tubuh PSI, justru berbanding terbalik," kata Airlangga.
Respons Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan putra bungsunya, Kaesang Pangarep sempat meminta doa restu sebelum menjadi ketua umum (ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sebagai orang tua, Jokowi pun merestui putranya bergabung ke PSI dan menjadi ketua umum.
"Ya, minta doa restu ke orangtua. Ya, saya restui," kata Jokowi di Taman Nasional Gede Pangrango, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Dia tak mau berkomentar banyak soal Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum PSI. Sebab, kata Jokowi, Kaesang saat ini sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri.
"Ditanyakan ke PSI, ditanyakan ke Kaesang. Wong sudah dewasa, sudah punya keluarga, sudah punya istri, masa ditanyakan ke Bapak-nya terus," jelas dia.
Jokowi menyampaikan, anaknya yang sudah berkeluarga harus hidup mandiri dan memiliki tanggung jawab masing-masing. Dia pun meyakini Kaesang sudah menghitung untung rugi, sebelum memutuskan menjadi Ketua Umum PSI.
"Di dalam keluarga saya sudah terbiasa seperti itu. Bahwa kalau sudah berkeluarga, kalau sudah punya istri, sudah punya rumah sendiri ya harus tanggung jawab, harus mandiri," tutur Jokowi.
"Apa yang sudah diputuskan pasti dihitung baik buruknya, dihitung risikonya," sambungnya.
Jokowi pun enggan memberikan pesan kepada Kaesang yang baru terjun ke dunia politik. Dia menyebut Kaesang sudah dewasa.
"Enggak ada (pesan). Sudah gede kebanyakan pesan," ucap Jokowi.
Advertisement