Liputan6.com, Jakarta - Camilan ketan bintul, merupakan hidangan khas daerah Banten, yang menggoda lidah masyarakat setempat. Salah satu ciri khas utama camilan ketan bintul adalah kehadirannya yang hanya ada saat Ramadan.
Ini menjadikannya sebagai makanan yang sangat dinantikan oleh masyarakat Banten setiap tahunnya. Alasan di balik kehadiran ketan bintul ini pada bulan suci Ramadan adalah untuk memberikan sajian yang spesial kepada mereka yang berpuasa.
Advertisement
Camilan ketan bintul memiliki cita rasa yang begitu khas. Ketan yang gurih dan manis dengan taburan gula dan kayu manis menciptakan perpaduan rasa yang unik. Kelezatan ini diakui oleh semua orang, baik yang berasal dari Banten maupun pengunjung dari luar daerah. Ketan bintul juga membawa sentuhan tradisional yang erat dalam budaya masyarakat Banten.
Camilan yang hanya hadir saat Ramadan ini memiliki akar sejarah yang dalam, terutama dalam konteks Kesultanan Banten. Ketika menyusuri lebih jauh dalam sejarahnya, maka akan menemukan bagaimana hidangan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi masyarakat Banten.
Sejarah Ketan Bintul
Camilan ketan bintul adalah makanan tradisional yang memiliki akar sejarah yang panjang di daerah Banten, Indonesia. Nama "bintul" sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti "memotong" atau "membelah," yang menggambarkan cara pembuatan ketan ini.
Ketan bintul pertama kali diciptakan oleh nenek moyang masyarakat Banten sebagai sajian istimewa untuk menyambut Ramadan.
Menurut informasi yang dihimpun Liputan6.com, ketan bintul sudah ada sejak abad ke-16, terdapat kisah yang menjadikan ketan bintul hanya dijumpai saat Ramadan.
Menurut kisah, Ketan Bintul menjadi salah satu menu utama dalam penjamuan kepada para bangsawan kesultanan, Hidangan ini pertama kali muncul di istana Kesultanan Banten sebagai makanan istimewa yang disajikan selama bulan Ramadan.
Ketika Ramadan tiba, Sultan dan keluarganya akan bersama-sama menikmati hidangan ketan bintul, dan dengan demikian, hidangan ini dianggap sebagai sesuatu yang sangat istimewa dan kerap diidentikkan dengan kemewahan istana.
Ketan Bintul menjadi makanan yang digemari sebagai persediaan bekal dalam perjalanan dan menu berbuka puasa oleh Sultan Maulana Hasanudin.
Suatu ketika di perjalanan panjang, Sultan Maulana Hasanudin memberikan persediaan bekalnya yang berupa ketan bintul ini kepada para prajuritnya yang terlihat lelah, di saat yang bersamaan hal ini terjadi pada Ramadan.
Hal tersebut yang membuat warga Banten ingin sekali meneladani sifat saling berbagi dan rendah hati Sultan Hasanudin dengan tetap mewariskan ketan bintul dan menjadi camilan favorit ketika bulan Ramadan tiba.
Advertisement
Proses Pembuatan
Selama berabad-abad, tradisi penyajian ketan bintul di bulan Ramadan menjadi warisan budaya yang dijaga dengan cermat oleh masyarakat Banten. Resep dan teknik pembuatannya secara turun-temurun diajarkan dari generasi ke generasi. Ini bukan hanya tentang menciptakan hidangan lezat, tetapi juga menjaga hubungan erat antara keluarga, warisan budaya, dan sejarah
Salah satu hal yang membuat cemilan ketan bintul begitu unik adalah proses pembuatannya. Ketan yang digunakan harus dipadatkan dan diolah dengan tekun. Setelah itu, ketan diiris tipis-tipis hingga tampak seperti potongan-potongan kecil, mirip berlian. Potongan-potongan ketan ini kemudian digoreng hingga kecokelatan dan renyah. Setelah itu, ketan bintul akan diberi taburan gula pasir dan bubuk kayu manis yang membuatnya semakin nikmat.