Mengenal 8 Tradisi Unik Perayaan Maulid Nabi di Indonesia

Setiap 12 Rabiul Awal Tahun dalam kalender Islam atau Hijriah diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada tahun ini, Maulid Nabi jatuh pada hari ini, Kamis (28/9/2023).

oleh Putu Elmira diperbarui 28 Sep 2023, 09:15 WIB
Sebelum dimasukkan ke serambi masjid, Tolangga terlebih dahulu didata. Pendataan dilakukan untuk mencatat nama keluarga pemberi Tolangga dan nomor urut. MC Prov. Gorontalo/Haris

Liputan6.com, Jakarta - Setiap 12 Rabiul Awal Tahun dalam kalender Islam atau Hijriah diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada tahun ini, Maulid Nabi jatuh pada hari ini, Kamis (28/9/2023).

Berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi. Beberapa di antara perayaan tersebut juga menghadirkan cara unik yang berbeda di setiap wilayahnya. Simak 8 tradisi unik Maulid Nabi dari Nusantara, seperti dikutip dari berbagai sumber berikut ini.

1. Walima, Gorontalo

Dikutip dari Regional Liputan6.com, saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gorontalo, momentum yang paling menonjol adalah upacara adatnya. Setiap rumah tangga mempersiapkan tolangga, wadah menata berbagai jenis kue dan makanan lain dalam jumlah banyak yang kemudian dibawa ke masjid. Tradisi ini dinamakan dengan upacara adat walima yang artinya upacara perayaan.

Biasanya, tolangga ini masing-masing berbeda bentuknya sesuai selera pembuatnya. Ada yang berbentuk seperti replika perahu ada yang berbentuk masjid hingga berbentuk kerucut.

Kemudian tolangga ini dihiasi oleh beragam jenis makanan. Mulai dari berbagai jenis kue dengan cara digantung hingga makan berat seperti nasi kuning yang diletakan dalam tolangga tersebut.

Setelah tolangga selesai dihias dengan makanan, kemudian tolangga tersebut diarak dari rumah menuju masjid. Setiap tolangga diarak oleh 2 sampai 4 orang menuju masjid.

Kudapan tradisional kue kolombengi biasa disajikan dalam perayaan walima. Masyarakat di sana menyiapkan kue-kue, seperti kolombengi, wapili, bulu deli, yang disusun rapi juga dihias. Kue kolombengi dijadikan hiasan tolangga, yang terbuat dari rotan yang berbentuk perahu atau menara.

 

2. Endog-endogan, Banyuwangi

Pawai Endog-endogan tradisi masyarakat Boyoangu, Banyuwangi Memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Dikutip dari Surabaya Liputan6.com, peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi, berbeda dengan di daerah lain. Di Kabupaten Ujung Timur Pulau Jawa ini, ada sebuah tradisi dalam peringatan Maulaid Nabi yang disebut tradisi endog-endogan.

Endog jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti telur. Endog tersebut direbus dan diletakkan pada tusukan bambu kecil yang dihias dengan  kembang kertas yang disebut dengan kembang endog. Kembang endog ini ditancapkan pada jodang, yaitu pohon pisang yang juga dihias dengan kertas warna-warni

Biasanya dalam satu jodang berisi 30, 35 bahkan hingga 100 kembang endog kemudian jodang-jodang yang sudah ditancapi kembang endog diarak keliling kampung dengan menggunakan mobil bak terbuka ataupun dengan menggunakan becak, dan diringi dengan kesenian kuntulan yang merupakan kesenian asli Banyuwangi. Tradisi endog-endogan ini merupakan tradisi masyarakat Banyuwangi yang telah berlangsung puluhan tahun, dan salah satu budaya yang dimiliki oleh masyarakat Banyuwangi yang tidak ada di tempat lain.

3. Molodhen, Madura

Orang Madura punya begitu banyak cara mengekspresikan cinta pada Nabi Muhammad SAW, termasuk ada tradisi molodhen atau maulidan. Maulidan bisa digelar berjamaah atau perorangan. Yang perseorangan umumnya mereka yang berlebih secara materi. Sedangkan maulidan berjemaah, hanya digelar tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad tanggal 12 Robiul awal.

Bulan Maulid ini juga kerap disebut 'lebarannya anak-anak'. Ketika ada undangan maulid, mereka akan duduk paling depan, mengerumuni tumpeng buah. Begitu kiai selesai melafalkan doa, mereka akan saling berebut buah incaran hingga tertindih-tindih.

 


4. Jambar Uang, Bengkulu

Wawako Bengkulu Dedy Wahyudi, disambut tradisi Jambar Uang, saat menghadiri peringatan Maulid Nabi di Kelurahan Bajak Kecamatan Teluk Segara Bengkulu (Dok. Media Center Bengkulu / Liputan6.com)

Di Bengkulu, ada tradisi Jambar Uang saat perayaan Maulid Nabi. Tradisi ini merupakan salah satu kearifan lokal, yang masih dilestarikan warga setiap tahunnya di Kelurahan Bajak Kecamatan Teluk Segara.

Jambar Uang didekorasi dengan menggantungkan uang di tanaman, atau tangkai yang sudah dihias dan dilengkapi dengan vas, seperti pot bunga. Jambar Uang lantas diarak dari masing-masing rumah warga, menuju masjid yang dituju. Kemudian, uang yang didapat nanti diinfaqkan ke masjid.

5. Bungo Lado, Padang Pariaman

Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat memiliki tradisi unik Bungo Lado saat Maulid Nabi. Seperti yang dikutip dari "Journal of Education, Cultural and Politics", tradisi bungo lado merupakan tradisi turun temurun masyarakat Padang Pariaman yang mengandung nilai-nilai dalam ajaran Islam.

Tradisi ini dilakukan untuk menggambarkan kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang kemudian dijadikan wadah untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, seperti mengumpulkan sejumlah uang untuk pembangunan masjid. Tradisi ini biasanya dilakukan di masjid-masjid tua atau masjid yang sudah lama berdiri dan selalu menjadi pusat perayaan tradisi bungo lado ini.

Secara harfiah, dalam bahasa Minangkabau kata "bungo" berarti bunga dan "lado" berarti lada atau cabai sehingga secara denotasi "bungo lado" berarti "bunga cabai." Namun, konotasi dari bungo lado ini ialah "pohon uang."

Tradisi perayaan Maulid Nabi ini dilakukan dengan membuat sejenis pohon hias yang dihiasi dengan uang kertas berbagai nominal. Uang yang ada di pohon tersebut kemudian dirajut atau dipasangkan pada sebuah ranting layaknya daun.


6. Grebeg Maulud, D.I. Yogyakarta

Ratusan warga berebut mendapatkan segala isi dari enam Gunungan Grebeg Mulud di halaman Masjid Agung, Surakarta, Kamis (24/12). Keluarnya gunungan menandai puncak acara Sekaten yang digelar untuk peringatan Maulid Nabi Muhammad. (Boy Harjanto)

Setiap tahun, Keraton Yogyakarta dan Surakarta mengadakan upacara grebeg sebanyak tiga kali, yakni grebeg syawal, grebeg besar, dan grebeg maulud atau grebeg sekaten. Grebeg Maulud merupakan upacara yang dilaksanakan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Mengutip dari pariwisata.jogjakota.go.id, grebeg merupakan prosesi adat sebagai simbol sedekah dari pihak Keraton Yogyakarta kepada masyarakat. Sedekah tersebut berupa gunungan yang nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat sekitar.

Kata 'grebeg' berasal dari kata 'gumrebeg' yang memiliki filosofi sifat riuh, ribut, dan ramai. Selain perihal nama, gunungan pada upacara ini juga memiliki filosofinya sendiri, yakni merupakan simbol kemakmuran yang dibagikan kepada masyarakat.

7. Kirab Ampyang, Kudus

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah turut ditandai dengan tradisi kirab ampyang. Tradisi ini digelar dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan kerupuk yang diarak keliling desa sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat.

8. Muludan, Banten

Muludan merupakan sebuah tradisi dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW dari Banten. Perayaan ini menjadi salah satu peristiwa budaya yang paling dinanti bagi masyarakat Banten. Pada 2023, warga Banten kembali bisa menikmat suguhan unik ini dari tradisi "Panjang Muludan" atau "Ngeropok".

Tradisi terdiri dari sejumlah rangkaian. Pelaksanaannya berbeda-beda di tiap daerah. Diawali dengan ceramah di masjid, hingga arak-arakan "panjang". Panjang ini berupa gunungan makanan yang disajikan dalam bentuk yang unik, seperti berbentuk hewan-hewan, kapal, masjid, dan sebagainya.

Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya