Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 28 September 2023. Wall street mencoba mengurangi koreksi pada September dan pelaku pasar terus memantau imbal hasil obligasi AS.
Dikutip dari CNBC, Jumat (29/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 116,07 poin atau 0,35 persen menjadi 33.666,34. Indeks S&P 500 mendaki 0,59 persen ke posisi 4.299,70. Indeks Nasdaq melambung 0,83 persen ke posisi 13.201,28.
Advertisement
Tiga indeks acuan di wall street cenderung lesu pada September 2023. Indeks Dow Jones melemah 3 persen pada September 2023, dan lebih rendah 2 persen pada kuartal ini. Indeks S&P 500 terpangkas 4,6 persen dan sepanjang kuartal ini tergelincir 3,4 persen. Indeks Nasdaq turun 5,9 persen pada September 2023, dan melemah 4,3 persen pada kuartal ini.
Sektor jasa komunikasi melompat 1,2 persen dan memimpin di S&P 500. Kenaikan sektor jasa komunikasi itu didorong saham Meta Platforms sebesar 2 persen, saham Intel dan Cisco Systems naik masing-masing 1,6 persen dan 1,3 persen.
“Anda hanya mendapatkan sedikit penangguhan dari tekanan jual. Tanpa katalis yang besar, biasanya sulit untuk mempertahankan pergerakan tersebut ke satu arah,” ujar Investment Strategy Analyst Baird, Ross Mayfield.
Rata-rata saham utama mendapatkan dorongan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun dari level tertinggi dalam beberapa tahun. Saham mengalami kesulitan akhir-akhir ini dengan kenaikan imbal hasil obligasi dan prospek suku bunga lebih tinggi lebih lama dari perkiraan.
Imbal Hasil Obligasi AS Sentuh Posisi Tertinggi
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat bertenor 10 tahun yang menjadi acuan telah mencapai level tertinggi baru dalam 15 tahun. Hal ini karena data yang dirilis pada Kamis pekan ini menunjukkan pasar tenaga kerja masih tangguh dengan klaim pengangguran lebih rendah dari perkiraan. Suku bunga acuan turun level itu pada hari berikutnya.
Pasar saham telah mengambil isyarat dari pasar obligasi akhir-akhir ini dengan lonjakan suku bunga yang meningkatkan kekhawatiran terhadap resesi dan mengirim saham ke posisi terendah baru.
Sementara itu, indeks S&P 500 mencapai level terendah sejak Juni pada pekan ini karena imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak 2007.
Investor akan mengalihkan perhatian mereka ke pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi terbaru yang akan dirilis pada Jumat pekan ini. Rilis personal consumption expenditure (PCE) merupakan metrik inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS.
Wall street juga awasi Washington seiring negosiasi anggota parlemen mengenai rancangan undang-undang belanja AS berlanjut sebelum batas waktu 1 Oktober.
Ketua DPR Kevin McCarthy yakin Kongres akan hindari penutupan atau shutdown pada akhir pekan ini meski dia kritik rancangan undang-undang yang diusulkan oleh Senat karena tidak menangangi keamanan perbatasan. Pelaku pasar ragu McCarthy dapat menyelaraskan partainya di DPR sesuai tenggat waktu.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 27 September 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 27 September 2023. Indeks Dow Jones melemah di tengah lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan harga minyak mengurangi sentimen investor.
Indeks Dow Jones melemah 68,61 poin atau 0,20 persen ke posisi 33.550,27. Indeks S&P 500 naik 0,02 persen ke posisi 4.274,51. Indeks Nasdaq bertambah 0,22 persen ke posisi 13.092,85.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang menjadi acuan mencapai level tertinggi sejak 2007. Imbal hasil obligasi bertenor dua tahun juga menguat. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS melonjak lebih dari 3 persen menjadi USD 93,68 per barel.
Sektor saham energi mencatat sebagai sektor dengan kinerja terbaik. Sektor saham energi bertambah 2,5 persen. Saham Notable mencatat keuntungan terbesar, termasuk Marathon Oil dan Devon Energy yang naik lebih dari 4 persen.
Pergerakan wall street terjadi setelah S&P 500 pada Selasa, 26 September 2023 turun di bawal level penting 4.300 untuk pertama kalinya sejak Juni 2023. Indeks Dow Jones juga mencatat kerugian terbesar sejak Maret, turun lebih dari 300 poin hingga ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak Mei 2023.
Saham mendapatkan tekanan baru-baru ini akibat kenaikan suku bunga dan data ekonomi yang mengecewakan. “Inflasi masih menjadi perhatian utama. Investor sangat cemas tidak hanya mengenai kenaikan suku bunga, tetapi juga bagaimana hal itu berdampak pada perusahaan dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk.
September menjadi bulan yang lemah secara musiman untuk saham. Indeks S&P 500 turun 5 persen pada bulan ini, sedangkan indeks Dow Jones susut lebih dari 3 persen. Indeks Nasdaq adalah paling lambat di antara ketiganya, merosot lebih dari 6 persen pada September 2023.
Saham Meta Melemah
Bassuk prediksi volatilitas akan terus berlanjut dalam beberapa minggu ke depan. Namun, ia prediksi ada peluang pembelian yang kuat pada Oktober 2023.
Saham Meta tergelincir 3,6 persen pada perdagangan Rabu pekan ini. Perusahaan mengumumkan rilis headset Quest3 VR terbarunya. Meski lebih mahal dari pada produk Meta sebelumnya, headset ini menyertakan fitur-fitur baru seperti layar yang lebih baik, chip yang lebih kuat dan penekanan pada passthrouh.
Fungsi passthrough menekankan pengalaman perangkat dengan memungkinkan pengguna memadukan tampilan digital dengan lingkungan di luar dunia nyata. Meski saham Meta merosot pada Rabu pekan ini, saham Meta telah naik lebih dari 139 persen sejak awal tahun.
Di sisi lain, sektor saham utilitas menjadi beban S&P 500. Sektor saham utilitas merosot 1,4 persen. Saham NextEra Energy mencatat performa terburuk dengan susut lebih dari 6 persen. Sedangkan saham American Water Works Company melemah lebih dari 1 persen.
Advertisement