Kaesang Jadi Ketum PSI, Pengamat: Praktik Politik Dinasti Jokowi Ancaman Kualitas Demokrasi

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai terpilihnya Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum (ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merupakan bagian dari upaya Joko Widodo (Jokowi) untuk mengamankan kekuasaannya usai lengser dari jabatan presiden.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 29 Sep 2023, 10:42 WIB
Kaesang Pangarep jadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Presiden Jokowi dinilai sedang membangun dinasti politik jelang lengser dari jabatannya. (IG/kaesangp)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai terpilihnya Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum (ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merupakan bagian dari upaya Joko Widodo (Jokowi) untuk mengamankan kekuasaannya usai lengser dari jabatan presiden.

"Posisi putra Presiden sebagai ketua umum partai yang diangkat lewat jalur "Tol" mengonfirmasi argumentasi ini. Jokowi sepertinya sedang mempersiapkan kapal sekoci untuk mengamankan kekuasaannya setelah tidak lagi berkuasa, skenario dan intrik politik di berbagai lini dilancarkan," ujar Pangi dalam keterangannya, Jumat (29/9/2023).

Pangi mengatakan diangkatnya Kaesang Pangarep sebagai ketua umum PSI semakin menambah deretan panjang keluarga Jokowi yang terlibat aktif dalam politik praktis di saat sang ayah masih menjabat sebagai seorang kepala negara. Pangi menekankan bahwa politik dinasti yang tengah dijalankan Jokowi ini mengancam kualitas demokrasi di Indonesia.

"Praktik politik dinasti sudah menjadi kebiasaan buruk para politisi yang menganggap wajar dan selalu berlindung di balik demokrasi yang memberikan kesempatan dan hak politik kepada siapa pun untuk terlibat aktif dalam politik. Namun mereka lupa praktik politik semacam ini adalah ancaman serius terhadap penurunan kualitas demokrasi itu sendiri," kata Pangi.

Apa yang dilakukan Jokowi, kata dia, senada dengan persepsi publik yang tergambar dalam temuan survei Voxpol center di mana mayoritas responden (69,3 persen) tidak setuju adanya praktik politik dinasti.

Sementara itu, mayoritas responden (67,9 persen) percaya praktik politik semacam ini dapat menyebabkan penurunan kualitas demokrasi.

"Namun realitas politik seringkali mengalahkan logika dan etika demokrasi. Kekuasaan begitu nikmat sehingga siapa pun yang telah mencicipinya tidak akan rela meninggalkannya begitu saja," tutur Pangi.

Jokowi Khawatir Masa Depannya yang cuma Petugas Partai di PDIP

Di sisi lain, Pangi menyampaikan ditunjuknya Kaesang menjadi ketum PSI juga bisa dimaknai sebagai bentuk keretakan relasi hubungan sekaligus pembangkangan Jokowi terhadap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan partai berlambang kepala banteng itu.

Menurut Pangi, Jokowi khawatir dengan masa depan politiknya yang hanya sebagai petugas partai.

Pangi lalu membandingkan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kini menjadi bulan-bulanan politik usai purna tugas. Padahal, SBY merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, sebuah jabatan yang tinggi.

"Jokowi sepertinya mengkhawatirkan masa depan politiknya jika terus bertahan menyandang gelar petugas partai," ujar dia.

"Sekelas SBY mantan presiden yang punya saham terbesar Partai Demokrat saja menjadi bulan-bulanan ketika tak lagi menjabat sebagai presiden. Dan, sekaligus mengirimkan pesan dan ancaman yang sangat serius bagi PDIP jika gerbong besar pemilih dan relawan Jokowi beralih memilih PSI," kata Pangi.

Baca juga Manuver Jokowi Bangun Dinasti Politik


Jelang Lengser, Jokowi sedang Membangun Dinasti Politik untuk Anak-anaknya

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat Pembukaan Kongres XXV Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tahun 2023 di Istana Negara Jakarta, Senin (25/9/2023). (Dok Humas Sekretariat Kabinet RI/Oi)

Hal senada disampaikan pengamat politik dari Universitas Al Azhar Jakarta, Ujang Komarudin. Ujang menilai ditetapkannya Kaesang sebagai ketua umum PSI bukan sebuah pencapaian yang besar. Karena secara kualitas personal maupun pengalaman, Kaesang Pangarep belum mumpuni.

"Kalau saya sih melihatnya bukan pencapaian besar ya. Saya melihatnya ini bagian dari politik dinasti. Karena kalau bukan anaknya Jokowi, tidak mungkin Kaesang itu menjadi ketua umum. Jadi karena privilege, hak istimewa, itu dia anak Jokowi," kata Ujang kepada Liputan6.com, Selasa, 26 September 2023.

Menurut Ujang, Kaesang Pangarep menjadi ketua umum PSI sudah menjadi bagian dari desain Jokowi untuk membangun dinasti politik. Mantan wali kota Solo itu sudah mulai menata kehidupan politik bagi anak-anaknya, karena sebentar lagi lengser dari jabatan presiden.

"Motifnya tentu ketika Jokowi sudah tidak nyaman lagi di PDIP, sudah tidak betah lagi, sudah banyak yang tidak sejalan dengan partainya sendiri, maka bagaimana pun Jokowi harus punya alternatif, harus bisa menata kehidupan politik keluarganya ke depan, artinya anak-anaknya," ujar Ujang.

Karena hubungannya kurang harmonis dengan Megawati Soekarnoputri dan PDIP, menurut Ujang, Jokowi mulai mempersiapkan "bekal" politik untuk anak-anaknya dengan mencari pelabuhan lain. Partai yang akan menjadi tempat bagi anak-anaknya, bahkan untuk Jokowi sendiri.

"Itu tadi, Jokowi tidak nyaman, ingin mencari pelabuhan lain ya anaknya diminta masuk ke PSI. Saya sih melihat politik Jokowi ini 'don't put egg in the same basket', jangan taruh telur di keranjang yang sama, karena kalau keranjangnya itu jatuh, telurnya akan pecah semua. Maka taruhlah telur di keranjang yang berbeda," kata Ujang.

"Nah, Jokowi saya melihatnya sedang memainkan politik seperti itu. Dia simpan Gibran di PDIP, dia simpan Kaesang di PSI. Saya melihatnya Jokowi akan berlabuh ke partai lain yang lebih besar agar lebih aman," kata Ujang.

 

Infografis Jokowi Akan Cawe-Cawe Urusan Politik demi Kepentingan Negara. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya