Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus 6 persen di tahun 2026.
Optimisme tersebut muncul lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga saat ini masih terjaga dengan baik, dimana ekonomi Indonesia stabil di angka 5 persen dalam beberapa tahun terakhir.
Advertisement
"Pertumbuhan ekonomi kita rata-rata 5 persen dalam beberapa tahun ini, dan kita berpikir atau berencana tahun 2026, 2027 kita akan mungkin bisa tumbuh 6 persen," kata Luhut dalam seminar nasional kemaritiman, Jumat (29/9/2023).
Namun, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen, maka penggerak ekonomi Indonesia harus didorong lebih intensif, misalnya dari segi investasi, digitalisasi UMKM, dan korupsi bisa diminimalisir lebih baik lagi.
"Tentu dengan membuat ekonomi kita lebih kompleks lagi, yaitu downstreaming lebih banyak," ujarnya.
Disisi lain, untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang kuat juga bergantung pada generasi muda. Oleh karena itu, Pemerintah terus memperluas kesempatan anak bangsa untuk memperoleh pendidikan ke luar negeri.
"Itu saya kira bisa kita dapat kalau kita semua kerja kompak, dan anda yang muda-muda belajar lah terus menimba ilmu. Pemerintah punya program juga untuk anda maju pada pusat pendidikan terkenal dunia. Beasiswa Indonesia Maju sudah ada dibuat itu, jadi dari S1 nanti bukan hanya S1-S3 saja tapi dari SMA," pungkasnya.
Kemenkeu dan Ekonom Prediksi Pemilu 2024 Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mencapai 5,1 persen pada 2024. Pertumbuhan ekonomi itu akan ditopang dari kenaikan konsumsi domestik hingga alokasi belanja negara seiring pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Hal itu disampaikan Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina dalam diskusi virtual oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) di Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Dian prediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menyentuh 5,04 persen pada 2023. Sedangkan 2024, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1 persen.
"Saya memperkirakan alokasi belanja akan lebih tinggi dan dampak tambahan terhadap konsumsi juga akan lebih tinggi,” ujar Dian seperti dikutip dari Antara, Rabu (27/9/2023).
Dia mengatakan, Pemilu 2024 akan lebih berdampak positif terhadap ekonomi karena cakupan lebih luas sehingga berbeda dengan pemilu pada tahun-tahun sebelumnya.
Pemilu 2024 bakal diselenggarakan mencakup pemilihan presiden (Pilpres), pemilihan legislatif (pileg) serta pemilihan kepala daerah (pilkada) secara serentak.
Dian menuturkan, pemilu yang lalu hanya mempunyai sedikit dampak positif terhadap pertumbuhan konsumsi karena krisis glonal yang pada saat itu hambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
"Kita sedang mengalami (pada saat itu) perang dagang, taper tantrum, serta gejolak pada pemilu sebelumnya (Pemilu 2019) sehingga terdapat dampak yang beragam secara global,” tutur dia.
Advertisement
Gejolak Ekonomi
Taper tantum adalah keadaan gejolak ekonomi ketika bank sentral Amerika Serikat memperketat kebijakan moneternya. Dian menilai, Pemilu juga punya potensi dampak terhadap investasi. Hal ini melihat dari pemilu sebelumnya, laju investasi sedikit terhambat karena sikap investor yang cenderung menunggu wait and see.
Hal itu bukan hal yang mustahil terjadi lagi pada pemilu 2024. Ia menuturkan, pada semester I 2023, belum terlihat ada moderasi pada sektor investasi. Akan tetapi, menjelang kuartal III 2023 telah terlihat ada moderasi pada pertumbuhan kredit dan simpanan.
“Ada banyak alasan yang jelas, salah satu alasan (moderasi investasi) yaitu memburuknya kinerja perdagangan dari sisi pendanaan hingga berkurangnya potensi pertumbuhan yang masuk ke pasar domestik,” kata Dian.