Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku tengah alergi. Ia mengalami alergi debu karena polusi udara yang terjadi di Jakarta.
"Ini bukan batuk pilek, ini alergi. Alergi debu dan keadaan polusi yang seperti itu," ujar Megawati saat pidato pembukaan Rakernas IV PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9/2023).
Advertisement
Sebelum dia berbicara soal alergi debu, Megawati menyinggung soal Co2 trade atau perdagangan karbon. Peluncuran Bursa Karbon Indonesia telah diresmikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa 26 September 2023.
"Saya karena di BRIN, saya melihat ada sebuah kemungkinan dalam negosiasi. Karena kalau saya lihat orang hanya akan membayar dengan tumbuhan, katakan 1 meter jumlahnya 1.000 padahal Bapak Presiden, harus lihat efektivitas," kata Megawati.
Dia mengatakan, pohon besar yang umurnya bisa ratusan tahun dan berdaun kecil lebih efektif untuk menyimpan karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen.
"Apa artinya, kalau hanya terhitung dengan 1.000 pohon, maka menurut saya jumlah itu harus dinaikkan," kata Mega.
Dia lalu bergurau kepada peserta rakernas karena hanya sedikit yang tepuk tangan soal pembahasan Co2 trade tersebut. "Mungkin karena tidak begitu mengerti, nanti boleh tanya ke ibu," tandas Megawati.
Luncurkan Bursa Karbon Indonesia, Jokowi: Kontribusi Nyata Lawan Krisis Iklim
Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan peluncuran Bursa Karbon Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (26/9/2023).
Dia mengatakan dibukanya perdagangan karbon ini merupakan bentuk kontribusi nyata Indonesia dalam melawan krisis perubahan iklim.
"Saya ingin mengucapkan selamat pada OJK, BEI, dan kementerian terkait atas peluncuran bursa karbon pertama di Indonesia, sebagai tanda dari dimulainya perdagangan karbon di negara kita Indonesia. Ini adalah kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia melawan krisis iklim, melawan krisis perubahan iklim," kata Jokowi saat menyampaikan sambutan di Kantor BEI Jakarta, Selasa (26/9/2023).
Dia menyampaikan hasil dari perdagangan karbon tersebut nantinya akan direinvestasikan kembali untuk upaya menjaga lingkungan. Khususnya, melalui pengurangan emisi karbon.
"Karena negara kita Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam nature based solution dan menjadi satu-satunya negara yang sekitar 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari sektor alam," jelasnya.
Jokowi mengungkapkan bahwa ada sekitar 1 gigaton karbondioksida (CO2) potensi kredit karbon yang bisa ditangkap.
Jika dikalkulasikan, kata Jokowi, potensi bursa karbon Indonesia bisa mencapai Rp3.000 triliun lebih.
"Dan jika dikalkulasi potensi bursa karbon kita bisa mencapai potensinya Rp3.000 triliun bahkan bisa lebih, Rp3.000 triliun bahkan bisa lebih. Sebuah angka yang sangat besar," ujarnya.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement