Ganjar Pranowo Sebut Masih Ada PR di Sektor Pangan Terkait Lahan Sawah

Bakal Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo mengungkapkan pekerjaan rumah di pangan terkait lahan yang makin menyusut.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Sep 2023, 19:35 WIB
Bakal calon presiden (Bacapres) Ganjar Pranowo saat memberikan pidato dalam Rakernas IV PDIP di Jiexpo Kemayoran, Jumat (29/9/2023). (Dok. Tangkapan Layar Youtube PDIP)

Liputan6.com, Jakarta - Bakal Calon Presiden (Capres) yang diusung PDIP, Ganjar Pranowo mengatakan salah satu pekerjaan rumah yang harus mendapatkan perhatian di sektor pangan mengenai lahan sawah yang berkurang setiap tahun.

Hal itu disampaikan Ganjar saat Rapat Kerja Nasional IV PDIP, Jumat (29/9/2023). "Kita harus masih memberikan perhatian karena ada PR di mana berbagai persoalan terjadi muncul karena 650 ribu hektar sawah menyusut tiap tahun dan 65 persen sawah irigrasi tak subur,” kata dia.

Untuk hadapi hal itu, ia menuturkan, bendungan disiapkan dan memasukkan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dasar agar petani mampu hasilkan produksi lebih baik lagi. Ganjar Pranowo menilai perlu percepat modernisasi dan digitalisasi sistem irigasi.

"Supaya darah tangan ini mengalir kepada tanaman yang dibutuhkan . Kita tegakkan apa-apa yang hrs kita lakukan menjaga lahan subur, biarkan sawah tetap menjadi sawah. Embung tetap jadi embung penuhi kebuthan  air, dan biarkan laut hidup dan menjadi tempat ikan berenang, yang sumber pangan kita juga,” kata dia.

Ganjar juga menuturkan,  kehadiran negara diperlukan untuk dapat memastikan nelayan dan petani sehingga menjadi tuan rumah di negeri sendiri untuk mengurus pangan.

"Hadirnya tidak tiba-tiba. Tidak menggelinding begitu begitu saja. Ada beberapa poin menggenjot riset dan teknologi pertanian yang sudah menuju teknologi pertanian tingkat tinggi,” kata dia.

Selain itu, menurut dia ada politik tata ruang untuk memastikan lahan subur tak boleh dialih fungsikan. “Saya senang disampaikan ibu ketua umum. Ketika mendapatkan penugasan di DPR ikut bahan lahan pertanian berkelanjutan, tinggal eksekusi karena di ruangan ini ada eksekutif. Selain itu, kebijakan fiskal untuk berikan stimulus inovasi nasional, penerapan terapan pertanian, serta sarana produksi nasional, kita bisa belajar dari manapun, berkolaborasi dari mana pun,” kata dia.

 


Jokowi Sebut 22 Negara Tak Mau Ekspor Pangan Berpotensi Bikin Harga Bahan Pokok Naik

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan sambutan di Rapat Kerja Nasional IV PDI Perjuangan, Jumat (29/9/2023). (Foto: tangkapan layar)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuturkan perang Ukraina-Rusia telah berdampak terhadap kondisi pangan global. Ditambah, 22 negara sudah tidak mau ekspor bahan pangan sehingga berpotensi kerek harga pangan.

Presiden Jokowi mengungkapkan sejumlah faktor yang mengancam pasokan pangan. Pertama, ancaman perubahan iklim sangat terasa nyata dan dirasakan kehidupan sehari-hari. Ini yang ditunjukkan dari kenaikan suhu bumi, kekeringan, kemarau panjang sehingga menyebabkan gagal pangan dan panen.

Jokowi mengatakan, super El Nino yang terjadi di tujuh provinsi di Indonesia mempengaruhi pasokan pangan kepada masyarakat Indonesia. Kedua, geopolitik dunia yang berpengaruh terhadap pasokan pangan dunia. Hal ini seiring perang Ukraina-Rusia membuat distribusi gandum terhambat.  Apalagi dua negara ini pemasok gandum terbesar di dunia.

"Gandum kita impor 11 juta ton. Hampir 30 persen dari Ukraina dan Rusia. Karena di sana produsen gandum terbesar di dunia, saat bertemu dengan Presiden Zelenskyy, diceritakan ada stok 77 juta ton (gandum-red) berhenti di Ukraina karena perang. Masuk ke Rusia bertemu Presiden Putin, dia cerita 130 juta ton tak bisa ekspor karena keamanan laut. Artinya dari dua negara itu, tak bisa keluar gandumnya ada 207 juta ton," ujar dia saat Rapat Kerja Nasional PDIP, Jumat (29/9/2023).

 


Sejumlah Negara Rem Ekspor Pangan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat rapat kerja nasional IV PDIP, Jumat (29/9/2023). (Foto: tangkapan layar)

Ia menambahkan, stok gandum yang tertahan itu membuat kekurangan bahan pangan di Afrika, Asia, dan Eropa.

"Kekurangan pangan betul-betul nyata dan terjadi. Harga naik drastis. Baca berita di satu negara maju Eropa, anak sekolah banyak yang sudah tidak sarapan pagi. Sudah tidak sarapan pagi karena kekurangan bahan pangan karena mahalnya bahan pangan," tutur dia.

Faktor ketiga yang menyebabkan kenaikan harga pangan seiring sejumlah negara yang hentikan ekspor bahan pangan. "Ketiga sebabkan pangan semakin naik harganya adalah 19 negara sudah ekspor pangan. Bukan 19 lagi, 22 negara tak mau ekspor bahan pangan termasuk di dalamnya beras," ujar dia.

Jokowi menuturkan, Uganda, India, Rusa, Bangladesh, Pakistan dan Myanmar tak ekspor pangan. Kalau hal itu terus terjadi, Jokowi menuturkan, semua harga bahan pokok akan naik. "Kalau diteruskan semua harga bahan pokok akan naik," ujar dia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya