Regenerasi Motif Batik Indonesia Mengikuti Perkembangan Zaman dan Gaya Hidup

Batik Indonesia telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dari UNESCO sejak 2 Oktober 2009. Tak hanya sekadar kain yang menjadi pakaian dan fesyen sehari-hari, batik memiliki nilai seni serta penuh makna filosofis di baliknya. Namun batik juga perlu terus diperbarui dengan motif-motif baru yang merefleksikan suatu zaman.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 01 Okt 2023, 10:29 WIB
Regenerasi motif batik perlu dilakukan mengikuti zaman, seperti yang dilakukan oleh Shiroshima Indonesia. (Dok: Shiroshima Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Batik Indonesia telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dari UNESCO sejak 2 Oktober 2009. Tak cuma sekadar kain yang menjadi pakaian dan fesyen sehari-hari, batik memiliki nilai seni serta penuh makna filosofis di baliknya. Namun batik juga perlu terus diperbarui dengan motif-motif baru yang merefleksikan suatu zaman.

"Regenerasi motif batik, wajib dilakukan karena kain batik itu kan produk sesuai zamannya, kalau zaman dulu bentuknya hanya kain panjang dan sarung untuk keperluan upacara kerajaan, adat istiadat, sesuai perkembangannya harus disesuaikan," sebut Perancang Busana, Musa Widyatmodjo, melalui sambungan telepon kepada Liputan6.com, Jumat, 29 September 2023. 

Desainer yang kerap menggunakan wastra pada karyanya ini menyambung, batik telah menjadi produk lifestyle di eranya dan berpindah fungsi dengan budaya yang bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan zaman. Namun ia menilai, kemunculan motif-motif batik yang baru masih lambat perkembangannya.

Hal ini dapat dilihat dari belum banyaknya pihak yang membuat motif batik kekinian. Menurutnya terdapat tiga hal yang harus dilakukan pemilik brand agar bisa meregenerasi motif batiknya dan tak membatasi diri dalam berkreativitas para desainer atau perancang mootif batik.

Pertama jangan mengulang motif-motif masa lalu, lalu jangan menyontek motif yang telah dibuat oleh brand lain, dan ia juga mengingatkan pentingnya memahami gaya hidup kekinian. "Jangan masuk ke industri kreatif kalau nggak mengerti dengan lifestyle, karena ujung-ujungnya yang membeli produk adalah orang masa kini, jadi harus memahami gaya hidup dan selera," tandasnya.


Batik Motif Baru dengan Konsistensi Teknik Pembuatan

Dian Nutri Justisia Shirokadt, pendiri Shiroshima, salah satu produk UMKM yang berhasil masuk kurasi BHV Marais (Sumber foto: istimewa)  

Salah satu jenama yang mengusung koleksi batiknya dengan motif-motif batik baru adalah Shiroshima Indonesia. Brand yang dididirikan oleh Dian Nutri Justisia pada Agustus 2019 di Yogyakarta ini mengeluarkan koleksi tiap musim dengan motif terbaru.

Dian mengatakan bahwa meski membuat motif-motif baru, ia juga konsisten melestarikan teknik membuat batik tulis pada tiap koleksinya. "Bagi saya batik itu prosesnya bukan motifnya, sekarang banyak di pasaran kawung, parang, tapi digital printing," sebut Dian saat wawancara melalui sambungan telepon dengan Liputan6.com, Jumat, 22 September 2023.

Wanita yang sempat bekerja 8 tahun di Singapura ini mengaku tak memiliki dasar ilmu membuat batik, tapi keluarganya telah melakoni usaha batik dari generasi ibu dan nenek. Begitu selesai bekerja dan kembali ke Indonesia, Dian pun mulai belajar batik dari nol mulai dari pakem hingga teknik produksi. 

"Saya inginnya membuat suatu koleksi yang mempertahankan identitas originalitas teknik batik itu sendiri," sambungnya lagi.

Shiroshima Indonesia saat ini memiliki 30 pengrajin batik cap dan 10 penjahit. Harga produknya yang ditawarkan mulai dari kisaran Rp350.000 dan tak sampai jutaan. Dian mengaku mengemas produknya seoriginal mungkin dari segi motif dan fesyen agar bisa bersaing dengan produk yang telah ada. 

 


Desain Kekinian yang Terinspirasi Ratu Shima

Sejumlah pengrajin batik Shiroshima di Yogyakarta sedang membatik dengan teknik menggunakan canting (Foto: Dok Istimewa)

Setelah cukup lama belajar tentang batik, Dian mencoba mengombinasikan pengalaman kerjanya di luar negeri. Ia ingin membuat batik menjadi produk yang wearable dengan merangkul pasar lebih luas terutama kalangan muda.

Hal ini juga dilatarbelakangi pandangan Dian tentang batik yang dibuat oleh ibu dan neneknya masih terkesan berat, tua karena motifnya penuh, dan terkesan formal, meski cocok saja untuk generasi yang menyukai desain klasik. "Saya melihat anak-anak muda ini kalau ke luar kalau ke mal melihatnya brand Zara, maunya batik seperti brand ini. Saya lalu merekrut desainer motif, mengombinasikan ide ini jadi sesuatu yang lebih kekinian," cerita Dian.

Uniknya meski motif baru, Shiroshima Indonesia Meski tetap mengambil inspirasi sarat makna filosofis bagi kebudayaan Jawa yaitu Ratu Shima penguasa Kerajaan Kalingga di pantai utara Jawa Tengah. Sosok Ratu Shima inilah yang juga menginspirasi nama Shirosmima, dengan gabungan dua suku kata bahasa jawa yaitu shiro (kamu) dan shima (Ratu Shima) dari kerajaan kalingga. 

Mulanya, Dian pun hanya membuat koleksi ready-to-wear untuk wanita, di mana melalui rancangan busana batiknya wanita Indonesia bisa mengambil insiprasi Ratu Shima dengan kewibawaan, kecerdasan serta tetap mengayomi keluarga dan masyarakatnya kala itu.

"Motif yang kita buat terinspirasi Ratu yang pertama kali menjabat di kerajaan, dia sangat sukses di pertanian dan perdagangan. Koleksi pertama kami banyak segi argicultural, ada motif buah kecapi, padi, banyak adopsi juga dari Jepang dengan teknik jelujur Jepang," paparnya.

"Kita mengkombinasikan ini, kita jadikan untuk motif di Shiroshima," lanjutnya.


Batik Dipasarkan hingga Luar Negeri

Shiroshima Indonesia. instagram/Shiroshima.Indonesia.

Meski terbilang sebagai brand yang muda dan berhasil melewati masa sulit kala pandemi Covid, Shiroshima Indonesia sudah memasarkan produknya hingga luar negeri. Dian pun bercerita awal mulanya, dengan konsisten mengikuti pelatihan serta bimbingan program yang digarap oleh berbagai kementerian.

Masa pandemi dipakai Dian untuk menambah skill di bidang bisnis. "Selama pandemi, banyak lomba-lomba banyak pelatihan dari Kementerian saya selalu ikut. Lalu ada kompetisi kurasi untuk fashion show di Jakarta, juga selalu saya ikuti," tuturnya.

Alhasil, walau banyak tantangan selama baru berdiri pada Agustus 2019, Shiroshima Indonesia sudah mengisi koleksinya di lima departemen store dua di antaranya ada di Nusantara Fashion House, Damansara, Kuala Lumpur. Pihaknya juga berjualan secara online, menata manajemen, mengikuti pelatihan yang disarankan.

"Meski selama awal tahun Pandemi secara omset tidak bisa naik tapi dari sisi branding, harus lebih terdengar," tukas Dian. 

Produknya kini sudah masuk ke Jepang dan mendapat permintaan dari Hong Kong. Mulanya Shiroshima diundang untuk menghadiri pameran oleh KBRI Tokyo hingga Osaka Jepang, bahkan koleksinya sudah masuk di salah satu departement store di Paris pada 2022.

Tahun 2023 ini, Shiroshima Indonesia kembali mengikuti business matching di Jepang business dengan Kadin dan Sampoerna. Serta mengikuti pameran di Hong Kong dan mengikuti fashion show atas undangan KJRI Hong Kong yang disponsori oleh Garuda Indonesia dan Sampoerna Entrepreneurship and Training Center pada September 2023. 

Untuk bisa bersaing dengan produk luar negeri, Shiroshima mengedepankan kualitas pembuatan batik dengan jahitan premium. Bahan yang digunakan sebagian besar adalah katun dan rayon. Dari sisi keberlanjutan, Shiroshima juga memakai malam batik recycle untuk meminimalisir pencemaran lingkungan.

Infografis Sentra Batik di berbagai daerah di Indonesia. (Dok: Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya