Kekeringan Parah Melanda Sungai Amazon, Memengaruhi Akses 500 Ribu Orang terhadap Makanan dan Air Bersih

Kekeringan parah di Amazon menyebabkan ikan-ikan mati membusuk, sehingga mencemari pasokan air bersih. Penduduk sekitar pun berteriak minta bantuan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Sep 2023, 11:10 WIB
Anak laki-laki berjalan di samping rumah terapung yang terdampar di tempat yang dulunya merupakan tepi sungai Negro, di tengah kekeringan di Manaus, Brasil, Selasa, 26 September 2023. (AP Photo/Edmar Barros)

Liputan6.com, Brasilia - Beberapa sungai yang melalui hutan hujan Amazon di Brasil dipenuhi ikan mati dalam beberapa hari terakhir menyusul kekeringan yang semakin parah yang memicu turunnya permukaan air. Kondisi tersebut memengaruhi pasokan makanan dan minuman masyarakat sekitar.

Diduga sekitar 500.000 orang terdampak kekeringan parah di Amazon karena ikan-ikan mati membusuk dan mencemari pasokan air.

"Situasinya sulit karena airnya terkontaminasi, kami perlu banyak air untuk mandi. Kami juga tidak bisa minum air (sungai) karena sudah terkontaminasi," ujar seorang penjaga toko bernama Caroline Silva dos Santos (19) di Manacapuru, seperti dilansir Reuters, Sabtu (30/9/2023).

"Kami mendapatkan air dengan membawanya dari kota."

Wilayah Manacapuru berada di bawah tekanan fenomena cuaca El Nino dengan volume curah hujan di Amazon bagian utara di bawah rata-rata dalam sejarah. Menurut Kelompok Kerja Amazon yang memayungi 503 organisasi lokal, di Negara Bagian Amazonas, 59 dari 62 kota menghadapi kekeringan dan 15 di antaranya berada dalam situasi darurat.

"Ketinggian air di Rio Negro - anak sungai terbesar di sebelah kiri Sungai Amazon - turun 20 cm setiap hari," ungkap Kelompok Kerja Amazon.


Situasi Semakin Genting

Menurut badan pertahanan sipil Brasil, kekeringan diperkirakan akan berlangsung lebih lama dan intens karena fenomena cuaca El Nino, yang menghambat pembentukan awan hujan. (AP Photo/Edmar Barros)

Pada tahun 2010, kekeringan parah juga menyebabkan permukaan sungai di wilayah Amazon mencapai titik terendah, sehingga menimbulkan masalah serupa.

"Kita belum sampai pada level itu (2010), tapi kita punya potensi untuk mencapai titik itu. Saya kira ini sudah menjadi cerminan dari apa yang mungkin menjadi normal baru yang akan kita hadapi di masa depan," ujar Direktur Sains di Institut Penelitian Lingkungan Amazon (IPAM) Ane Alencar.

Alencar mengatakan perubahan iklim tidak hanya akan berdampak pada alam, tetapi juga kehidupan masyarakat di Amazon. Dia mengingatkan pemerintah agar perlu lebih siap menghadapi kejadian seperti ini.

Penduduk setempat yang kehabisan persediaan dan tidak bisa menangkap ikan di perairan tersebut meminta bantuan. Pemerintah Brasil mengatakan pada Rabu (27/9) bahwa pihaknya sedang mempersiapkan satuan tugas untuk memberikan bantuan darurat kepada penduduk.

"Semakin kering, semakin banyak ikan yang mati dan situasi menjadi semakin genting," kata Anesio Junior, seorang nelayan berusia 39 tahun di wilayah tersebut.

"Kami di sini meminta dukungan dari semua orang di pemerintah kota dan negara bagian yang dapat membantu kami dalam situasi darurat ini."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya