Liputan6.com, Washington - Seekor singa laut betina sempat kabur dari kandangnya di Kebun Binatang Central Park, New York City, Amerika Serikat, pada Jumat (29/9/2023), setelah hujan deras menyebabkan kolamnya banjir.
Singa laut itu dilaporkan berkeliaran di sekitar area kandangnya, sementara staf kebun binatang memantau "petualangan"nya sebelum akhirnya spesialis mamalia itu kembali dengan sendirinya.
Advertisement
"Tidak ada staf atau pengunjung yang berada dalam bahaya dan singa laut tersebut tetap berada di dalam kebun binatang, tidak pernah melanggar batas sekunder kebun binatang," ujar Wakil Presiden Eksekutif Zoos and Aquarium Wildlife Conservation Society Jim Breheny, seperti dilansir CNN, Sabtu (30/9).
Kebun Binatang Central Park adalah bagian dari jaringan taman satwa liar perkotaan terbesar di dunia, yang juga mencakup Kebun Binatang Bronx, Kebun Binatang Queens, Kebun Binatang Prospect Park, dan Akuarium New York. Pada Jumat pagi, Wildlife Conservation Society menutup kelima fasilitas tersebut karena cuaca buruk.
Curah hujan yang memecahkan rekor telah memicu banjir di New York, membuat otoritas setempat mengumumkan keadaan darurat.
"Kami telah menutup empat kebun binatang dan akuarium pagi ini sehingga staf dapat fokus pada hewan dan fasilitas kami selama badai terjadi," terang Breheny.
"Staf perawatan hewan akan terus memantau situasi sepanjang peristiwa cuaca terjadi."
Mengutip laporan CBC News, banjir pada Jumat sudah surut. Berdasarkan data Balai Kota New York City terdapat tiga orang yang harus diselamatkan dari ruang bawah tanah dan 15 lainnya dari apartemen mereka.
Banjir New York tidak mencatat korban luka serius maupun korban jiwa.
Wali Kota New York City Dikritik
Banjir parah yang melanda New York pada Jumat memicu protes dari para pendukung migran dan tunawisma, yang kondisi kehidupannya membuat mereka rentan dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Musibah banjir New York sendiri terjadi sehari setelah Wali Kota New York City Eric Adams mengatakan bahwa menurutnya para migran harus dikecualikan dari mereka yang berhak atas tempat penampungan.
"Saya tidak meyakini bahwa hak atas tempat berlindung berlaku atas migran," ujarnya dalam acara bincang-bincang "Sid & Friends In the Morning" di WABC-TV.
Wakil direktur eksekutif advokasi Koalisi untuk Tunawisma Will Watts menegaskan bahwa pernyataan Adams tidak masuk akal.
"Banjir yang dialami New York saat ini hanyalah pengingat betapa pentingnya hak atas tempat berlindung untuk memastikan lebih banyak individu, keluarga, dan anak-anak tidak terbuang ke jalanan karena cuaca buruk, yang dapat mengakibatkan cedera serius atau kematian," ujar Watts, seperti dikutip dari The Guardian.
"Itulah mengapa tidak masuk akal jika Wali Kota Adams dan Gubernur (Kathy) Hochul bahkan mempertimbangkan untuk melemahkan hak fundamental tersebut, terutama saat Musim Dingin semakin dekat."
Banjir New York juga membuat penghuni apartemen bawah tanah sangat rentan.
Organisasi advokasi penyewa Apartemen Basemen Aman untuk Semua Orang (Base) berulang kali menyerukan program legalisasi apartemen basemen untuk memastikan perlindungan banjir dan jangkauan darurat yang lebih baik kepada penghuni yang tinggal di lantai bangunan yang paling dekat dengan bagian bawah.
"Hujan deras dan banjir yang terjadi hari ini adalah keadaan darurat yang dapat diprediksi, namun kota dan negara bagian masih belum siap untuk melindungi warga New York – terutama mereka yang tinggal di apartemen bawah tanah," sebut Base.
"Menerima pesan teks dan peringatan darurat yang terlambat sayangnya tidak cukup. Melindungi puluhan ribu warga New York yang bergantung pada apartemen bawah tanah untuk perumahan yang terjangkau harus dimulai dengan legalisasi dan mencakup investasi besar dalam infrastruktur pengelolaan air hujan."
Curah hujan setinggi satu hingga lima inci melanda beberapa bagian New York City pada Jumat sejak dini hari. Curah hujan setinggi satu hingga dua inci per jam diperkirakan masih akan turun di beberapa bagian wilayah Brooklyn dan Queens.
Advertisement