Eksistensi Tempat Belajar dan Sekolah Batik di Indonesia

Tak hanya tempat belajar batik bagi masyarakat umum, di Indonesia juga ada nama sekolah dengan embel-embel batik. Salah satunya adalah SMP Batik di Surakarta.

oleh Henry diperbarui 01 Okt 2023, 10:30 WIB
Ilustrasi membatik. (Gambar oleh AnglesNViews dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Hari Batik Nasional tiap tanggal 2 Oktober, rasanya bakal lebih seru kalau dirayakan dengan belajar membatik. Meskipun belajar batik mungkin bukanlah suatu tren, tapi kegiatan satu ini bisa jadi merupakan bentuk kecintaan kita terhadap produk Tanah Air. Bahkan mungkin bisa membuat kita semakin cinta dan bangga terhadap produk lokal.

Salah satu tempat untuk belajar membatik atau membuat batik yang dikenal luas adalah Rumah Batik Komar di Bandung, Jawa Barat. Lokasi tepatnya di Jalan Cigadung Raya Timur 1, Bandung. Tempat ini menyiapkan paket belajar membatik untuk pemula sampai profesional.

Paket profesional ini banyak diminati desainer, pelajar atau putra daerah yang ingin mengembangkan batik khas daerahnya. Paket profesional membatik langsung diampu oleh pemilik Batik Komar, Komarudin Kudiya. Lewat paket profesional diharapkan makin banyak putra daerah yang mengembangkan batik khas daerahnya masing-masing.

Didirikan pada 1998, Rumah Batik Komar merupakan usaha keluarga Komarudin bersama dengan istrinya, Hj. Nuryanti Widya (Yeyen). Pada awal kemunculannya, Batik Komar menawarkan berbagai motif batik tradisional khas Cirebon. Namun seiring berkembangnya zaman, inovasi desain batiknya pun terus diciptakan.

Selain memproduk batik, mereka juga membuka kelas bagi siapa saja yang ingin belajar membatik. Mereka menawarkan paket belajar secara singkat, mulai dari satu hari sampai dengan lima hari. Yang paling basic adalah Paket 1 untuk durasi selana 1 jam. Dengan membayar Rp50 ribu per orang kita bisa mengikuti tur proses membatik dan penyampaian materi dasar tentang batik.

Lalu ada Paket 2 dan Paket 3 masing-masing berdurasi dua jam dan empat jam. Untuk dua paket ini ada penambahan materi yaitu Praktik Batik Tulis dan Batik Cap 1 warna di kain 60 x 60 cm.

Untuk belajar selama lima hari adalah paket profesional, khusus bagi mereka yang benar-benar ingin berkiprah di bidang batik. Waktu pembelajaran lima hari dan dengan durasi belajar selama delapan jam setiap harinya. Paket profesional ini akan dibuka jika pesertanya minimal ada lima orang dan tiap orang membayar biaya pelatihan sekitar Rp4 juta.

 


Banyak Berlatih Membuat Batik

Pemilik Rumah Batik Komar, Komarudin Kudiya dan Ketua Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga. (Liputan6.com/Henry)

"Saya memang suka berbagi ilmu dan menceritakan proses pembuatan motif batik yang merupakan salah satu elemen terpenting dalam pembuatan batik," terang Komarudin pada Liputan6.com.

Menurut pria yang juga menjadi Ketua umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) ini, lahirnya sebuah motif didasarkan pada sesuatu curahan perasaan dan pemikiran terhadap kekuatan-kekuatan di luar dari kreatornya/pembatiknya.

"Kadangkala para kreator batik/pembatik menghasilkan rancangan batik melalui proses pengendapan diri, meditasi untuk mendapatkan bisikan-bisikan hati nuraninya," ungkapnya.

Ia menambahkan, untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam membuat batik dirinya menyarankan agar banyak berlatih. Media atau perlengkapan harus betul-betul diperhatikan. Dengan banyak berlatih serta peralatan yang terkontrol, pasti akan mendapatkan hasil maksimal.

Belajar membatik juga bisa dimulai dari usia dini, termasuk mulai di bangku sekolah. Beberapa sekolah sudah memasukkan batik sebagai bagian dari kurikulum sekolah. Bahkan ada sekolah yang menyebut sekolah mereka dengan nama batik. Salah satunya adalah SMP Batik di Surakarta, Jawa Tengah.


Mata Pelajaran di SMP Batik

SMP Batik di Surakarta.  foto; Instagram @smpbatikska

Menurut Kepala Sekolah SMP Batik Surakarta, Ceket Palupi Suroso, M Pd, sekolah tersebut awalnya bernama SMP Batari yang didirikan oleh Koperasi Batik Batari bagian pendidikan pada 1 Agustus 1957. Dasar pendiriannya adalah, para anggota Koperasi yang notabene para pengusaha batik ingin agar disamping bisa berkhidmat di dunia pendidikan, juga bisa melestarikan batik.

Penggunaan gedung diresmikan oleh Dr. Muhammad Hatta atau Bung Hatta pada 16 Juli 1957. Pada 1 Agustus 1962 SMP Batari diganti nama menjadi SMP Batik Surakarta dengan perubahan penyelenggaraan yaitu Yayasan Pendidikan Batik. Lalu, apa saja yang dipelajari di SMP Batik ini, apakah semuanya berkaitan dengan batik?

"Mata pelajarannya sama dengan sekolah lainnya, kita menggunakan kurikulum merdeka sehingga ada mata pelajaran umum,” terang CP Suroso pada Liputan6.com, Jumat, 29 September 2023.

"Pelajaran tentang batik masuk di Kegiatan Intrakurikuler (berupa Mapel atau Mata Pelajaran Seni Batik), Ekstra Kurikuler (Ekstra Batik) dan Kokurikuler (Projek P5 yang salah satunya tentang batik)," tambahnya.

Di SMP Batik, seperti sekolah lain pada umumya, ada fasilitas laboratorium komputer yang memadai termasuk yang berkaitan dengan batik. Selain itu, ada juga satu laboratorium IPA dan bahasa serta ruang perpustakaan. Sebagai sekolah swasta SMP Batik juga sudah mendapat akreditasi A dengan rerata nilai akhir adalah 95.


Kurangnya Pendidikan Tentang Batik

Pengunjung belajar membatik saat pameran di Mal Botani Square, Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/10/2022). Dalam pameran tersebut ada 13 perajin batik dari Kota Bogor. (Liputan6.com/Magang/Aida Nuralifa)

Harapan dari didirikannya SMP Batik ini adalah bisa menjadi bagian dari lembaga yang bisa mewujudkan siswa yang berkarakter Para siswa diharapkan bisa mewakili profil pelajar Pancasila dengan tetap tidak menghilangkan budaya luhur tentang batik.

Menurut CP Suroso, sejauh ini peminat untuk masuk SMP Batik cukup banyak dengan rata-rata 6 sampai 7 rombongan belajar tiap tahun. "Yang membuat mereka tertarik adalah bahwa SMP Batik selalu berupaya memberikan yang terbaik dan memfasilitasi keberbedaan siswa melalui kelas-kelas unggulan," tuturnya.

Salah satu alasan berdirinya SMP Batik maupun tempat belajar batik lainnya adalah karena masih kurangnya pendidikan tentang batik. "Masih kurang (pembelajaran batik), karena belum menjadi mapel di kegiatan Intrakurikuler secara nasional," ujar Suroso.

Sampai saat ini pengelola SMP Batik masih fokus pada pembelajaran batik untuk siswa di sekolah mereka. Belum ada rencana untuk membuka semacam kursus atau pelatihan tetapi mereka terus berupaya untuk kembali merajut kerja sama merajut kembali dengan para pegiat batik di kota Solo.

"Sejauh ini para siswa kita punya prestasi di tingkat nasional. Bukan hanya di bidang batik tapi juga di bidang olahraga dan juga digital," kata CP Suroso.

 

Infografis Sentra Batik di berbagai daerah di Indonesia. (Dok: Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya