Liputan6.com, Jakarta - Dewasa ini, sejumlah masyarakat mulai memahami pentingnya memiliki keuangan yang sehat. Hal itu terlihat dari peningkatan masyarakat yang melakukan investasi di pasar modal.
Meski begitu, masih ada saja masyarakat yang cenderung FOMO alias fear of missing out akan investasi. Padahal, tetap ada risiko yang diterima sehingga perlu mencermati beberapa hal agar tidak FOMO. Ini mengingat, investasi yang dilakukan dengan baik dan benar bisa menghasilkan cuan bagi investor.
Advertisement
Terkait hal tersebut, Founder Ngertisaham Frisca Devi Choirina menuturkan, terdapat beberapa langkah yang perlu dicermati investor sebelum memutuskan melakukan trading atau investasi, khususnya pada saham IPO (initial public offering).
"Investasi merupakan kendaraan untuk menuju tujuan-tujuan finansial, baik tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Jadi, jangan asal pilih (saham), jangan sampai FOMO, hati-hati karena banyak kasus sahamnya nyangkut di saham IPO,” kata Frisca, dikutip Minggu (1/10/2023).
Dia bilang, kejadian saham nyangkut ini terjadi dikarenakan investor mengalami FOMO sehingga tidak melakukan analisis yang baik sebelum membeli saham tersebut. Ia pun menegaskan, agar para investor ini bijak mengalokasikan dana yang dimiliki untuk saham-saham seperti apa.
Dengan demikian, ia mengatakan, investor perlu mencermati beberapa hal sebelum memilih saham IPO, yakni profil perusahaan, tujuan IPO dan penggunaan dananya, rincian model bisnis dan potensi risiko usahanya, informasi pemegang saham (shareholders) dan prospektus (analisa laporan kinerja keuangan).
"Yang perlu kita highlight juga tujuan IPO dan penggunaan dana untuk apa, namanya perusahaan mereka IPO butuh dana segar tali kita harus tahu ini mau dipakai untuk apa saja,” kata dia.
Waspadai Hal Ini
Menurut ia, investor perlu waspada jika emiten yang baru IPO ini menggunakan sebagian besar dana segar tersebut untuk membayar utang. Hal itu pun menjadi salah satu ‘red flag’ bagi emiten baru tersebut.
Namun, apabila utang digunakan untuk melakukan ekspansi bisa jadi ada potensi kenaikan pendapatan bagi perusahaan tersebut. Sehingga, saham dari emiten tersebut masih bisa dipertimbangkan untuk para investor.
"Dalam perjalanannya, tidak semua saham IPO selalu menjanjikan keuntungan dalam jangka panjang,” imbuhnya.
Bagi para investor, ia mengingatkan untuk selalu melakukan evaluasi kinerja emiten secara berkala agar lebih bijak dalam mengambil keputusan investasi. Sehingga, para investor tidak asal memilih saham untuk investasi.
Sementara itu, Research Analyst NH Korindo Sekuritas Indonesia Leonardo Lijuwardi mengatakan, daya tarik dari saham IPO adalah dengan adanya platform e-IPO, proses pembelian saham di pasar primer menjadi lebih mudah dan tidak serumit dahulu.
"Beberapa tips untuk memilih saham IPO adalah yang pertama pastinya, tentukan apakah ingin melakukan spekulasi jangka pendek atau ingin dimiliki secara jangka panjang," kata Leonardo.
Menurut ia, saham IPO di hari pertama biasanya mengalami volatilitas yang cukup tinggi sehingga cocok dimanfaatkan untuk trading jangka pendek.
"Jika ingin memiliki saham IPO yang akan dihold dengan durasi atau timeframe panjang, tentunya investor harus memperhatikan serta mempelajari isi dari prospektus emiten yang akan IPO," kata dia.
Advertisement
Pahami Model Bisnis
Namun, yang harus dipahami adalah model bisnis perusahaan dan terutama adalah risiko usaha dari perusahaan, seperti persaingan dan sebagainya. Hal itu biasanya akan tercantum di prospektus IPO.
Selanjutnya adalah analisa laporan keuangan dari calon perusahaan yang akan IPO, bagaimana besaran pendapatan, apa saja beban keuangan atau COGSnya, bagaimana margin usaha dari Perusahaan, bagaimana hutang serta beban operasional perusahaan. Hal fundamental tersebut harus dipahami jika ingin memiliki dan melakukan hold terhadap saham yang akan dibeli.
Kemudian, track record perusahaan yang akan IPO juga bisa terlihat dari perusahaan yang sudah listing di bursa jika berada dalam satu grup.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, untuk IPO ada baiknya investor mencermati dari sisi kinerja, yang dapat dilihat dari prospektus, bagaimana secara historikal kinerja calon emiten tersebut dan bagaimana proyeksi ke depannya.
"Kemudian dari sisi penggunaan dana IPO, apakah untuk pembayaran utang atau modal kerja," kata Herditya.