5 Fakta Mikroplastik Ditemukan di Awan, Ilmuwan Jepang: Hujan Jadi Tercemar

Heboh soal Deretan Fakta Mikroplastik Ditemukan di Awan

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 01 Okt 2023, 16:30 WIB
Seorang pria mencapai puncak Gunung Fuji, barat Tokyo pada 18 Juli 2021. Mendaki Gunung Fuji bukanlah hal yang mudah, tetapi pemandangan matahari terbit di atas lautan awan adalah hadiah terindah bagi yang mencapai puncak tertinggi di Jepang. (Charly TRIBALLEAU/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Mikroplastik menjadi polutan berbahaya bagi manusia. Lewat penelitian sebelumnya keberadaan mikroplastik bahkan sudah sampai di organ tubuh seperti jantung hingga otak. Siapa sangka, butiran kecil plastik ini berada di awan di atas langit. 

Melalui laporan dari Sky News, peneliti asal Jepang telah mengungkapkan temuan mikroplastik di awan yang bisa berdampak pada perubahan iklim. Mereka mengumpulkan sampel air dari awan yang mengelilingi Gunung Fuji dan Gunung Oyama di Jepang, di ketinggian mencapai 3.776 meter.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemical Letters menunjukkan bahwa ada sembilan jenis polimer dan satu jenis karet dalam mikroplastik di udara. Konsentrasinya berkisar antara 6,7 hingga 13,9 lembar per liter air, dengan ukuran partikel bervariasi dari 7,1 hingga 94,6 mikrometer.

Penemuan ini mengungkapkan bahwa mikroplastik di ketinggian mungkin berperan dalam pembentukan awan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi iklim secara keseluruhan. Pasalnya, hujan bisa menghantarkan mikroplastik ini ke seluruh permukaan bumi tanpa terkecuali. 

Berikut Liputan6.com merangkum fakta penemuan mikroplastik di awan melansir dari Sky News dan Euro News, Minggu (1/10/2023).


1. Persebaran Mikroplastik Lewat Hujan

Ilustrasi-Pasukan berkumpul dengan Gunung Fuji yang ikonik pada latar belakang saat latihan operasi gabungan helikopter militer antara Pasukan Bela Diri Darat Jepang (JGSDF) dan Marinir AS di Higashi Fuji, Gotemba, Jepang, Selasa (15/3/2022). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sedikitnya, 10 juta ton sampah plastik yang mencemari laut dan udara, mikroplastik kemungkinan telah menjadi komponen dari awan. Keberadaannya sudah mencemari apa yang kita makan dan minum melalui “hujan plastik”.

“Mikroplastik di troposfer bebas diangkut dan berkontribusi terhadap polusi global,” kata Hiroshi Okochi, yang memimpin penelitian tersebut, dalam sebuah pernyataan.

Dalam pernyataan Universitas Waseda, penelitian ini menyoroti risiko kontaminasi makanan dan minuman oleh plastik kecil di awan. Studi ini mengungkapkan bahwa mikroplastik telah tersebar luas, bahkan ditemukan di dalam tubuh manusia, seperti darah, paru-paru, dan plasenta wanita hamil.


2. Terbentuknya Awan Bercampur Mikroplastik

Ilustrasi-Seorang pejalan kaki melihat Gunung Fuji dari pinggiran kota Fujiyoshida, prefektur Yamanashi, pada Kamis (22/4/021). Prefektur Yamanashi terletak di sebelah barat Tokyo yang memiliki spot-spot wisata terkenal, salah satunya gunung tertinggi di Jepang, Gunung Fuji. (Behrouz MEHRI / AFP)

Mikroplastik dapat memasuki atmosfer melalui berbagai jalur. Daratan memiliki potensi titik masuk seperti debu jalan raya, tempat pembuangan sampah, keausan ban, dan rumput buatan. Selain itu, laut juga dapat menjadi sumber mikroplastik yang terangkut ke atmosfer melalui semprotan air laut dan proses aerosolisasi, di mana partikel-partikel menjadi cukup ringan untuk terbawa ke udara.

Jumlah polimer yang signifikan dalam beberapa sampel mengindikasikan bahwa kemungkinan besar mereka berperan sebagai "inti kondensasi" dalam pembentukan awan es dan air. Inti kondensasi adalah partikel kecil di mana uap air mengembun di atmosfer, dan peran ini sangat penting dalam proses pembentukan awan.

“Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa mikroplastik di dataran tinggi dapat mempengaruhi pembentukan awan dan, pada gilirannya, dapat mengubah iklim ,” tulis para ilmuwan.


3. Mikroplastik Mencapai Troposfer

Ilustrasi- langit, awan mendung. (Photo by stephan cassara on Unsplash)

Penelitian yang dipublikasikan Universitas Waseda, Tokyo, Jepang ini juga menjadi sorotan karena menjadi yang pertama mendeteksi mikroplastik di awan. Tepatnya di lapisan  troposfer bebas dan lapisan batas atmosfer. Hal ini memberikan pemahaman lebih dalam tentang dampak mikroplastik terhadap iklim dan ekologi.

Penulis utama penelitian, Hiroshi Okochi dari Universitas Waseda, mengingatkan bahwa jika isu 'polusi udara plastik' tidak ditangani dengan proaktif, maka risiko perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang serius akan menjadi kenyataan. 

“Troposfer bebas merupakan jalur penting bagi pengangkutan polutan udara jangka panjang karena kecepatan angin yang kencang; telah diamati bahwa mikroplastik di udara juga terbawa di troposfer bebas dan berkontribusi terhadap polusi global,” tambah para penulis.

Mikroplastik, yang memiliki berbagai sumber potensial, dari produk kosmetik hingga benda-benda plastik yang terurai, telah menjadi masalah global yang perlu ditangani dengan serius. 


4. Mikroplastik di Awan Sebabkan Perubahan Iklim

Ilustrasi- Foto udara memperlihatkan pemandangan Liberation Tower (depan) di tengah kabut tebal, Kuwait City, 21 Januari 2023. Liberation Tower adalah menara telekomunikasi setinggi 372 meter atau 1.220 kaki yang menjadi bangunan tertinggi kedua di Kuwait dan bangunan tertinggi ke-39 di dunia. (YASSER AL-ZAYYAT/AFP)

Plastik yang terbawa oleh udara tidak hanya memiliki peran dalam pembentukan awan, tetapi juga berkontribusi dalam memperburuk pemanasan global.

Plastik tersebut dapat menyerap, memancarkan, atau menghamburkan sinar matahari yang masuk, serta dapat mempercepat penguraian partikel plastik, yang pada akhirnya melepaskan lebih banyak gas rumah kaca ke dalam atmosfer.

Dalam menghadapi temuan penting ini, langkah-langkah proaktif untuk mengurangi polusi plastik dan meminimalkan dampaknya terhadap iklim dan kesehatan manusia menjadi suatu keharusan.

Mereka menemukan sembilan jenis polimer berbeda dan satu jenis karet dalam mikroplastik di udara. Awan tersebut mengandung sebanyak 14 potong plastik per liter air dengan ukuran berkisar antara 7 hingga 95 mikrometer; sedikit di atas rata-rata lebar rambut manusia yaitu 80 mikrometer.


5. Mikroplastik di Awan Sebabkan Pemanasan Global

Ilustrasi- Foto udara memperlihatkan pemandangan Al Hamra Tower (kanan), Kantor Pusat Bank Nasional Kuwait, dan Al Rayah Tower (kiri kedua) di tengah kabut tebal, Kuwait City, 21 Januari 2023. Al Hamra Tower adalah gedung tertinggi ke-23 di dunia dan tergolong bangunan baru di Kuwait City. (YASSER AL-ZAYYAT/AFP)

Mikroplastik di atmosfer mengalami degradasi lebih cepat di lapisan atas karena paparan radiasi ultraviolet yang intens. Hal ini, seperti yang diungkapkan oleh Okochi, menyebabkan pelepasan gas rumah kaca tambahan, yang pada akhirnya berkontribusi pada pemanasan global.

“Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa mikroplastik di dataran tinggi dapat mempengaruhi pembentukan awan dan, pada gilirannya, dapat mengubah iklim ,” tulis para ilmuwan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya