Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia ikut dalam uji coba kereta cepat Jakarta - Bandung. Tak sendiri, pada kesempatan menjajal kereta cepat yang dinamai Whoosh itu, Angkie mengajak serta sejumlah teman disabilitas.
Kehadiran teman-teman disabilitas dalam uji coba kereja cepat pada Sabtu, 30 September 2023, kata Angkie sangat berarti karena mereka dapat memperhatikan akses pada transportasi publik itu, terutama akses bagi penyandang disabilitas.
Advertisement
Fasilitas yang tersedia bagi penyandang disabilitas di kereta cepat diapresiasi oleh Angkie. Dia berharap, akses yang tersedia bisa menunjang dan mempermudah para difabel untuk menggunkaan transportasi kereta cepat.
"Kemarin kita sudah mencoba kereta cepat dari Jakarta- Bandung, lalu Bandung-Jakarta. Waktunya sangat cepat, hanya 40 menit, pergi 40 menit, pulang juga sama, jadi bisa mempersingkat waktu jika kita akan pergi kesana. Selain itu banyak juga masukan-masukan dari teman-teman disabilitas yang ikut naik kereta cepat, setelah merasakannya secara langsung," kata Angkie kepada wartawan, Minggu (1/10/2023).
Dalam uji coba kali ini, Angkie juga hadir bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dari Komite Pendidikan dan Budaya, serta Dirjen Perkeretaapiaan Kementerian Perhubungan M. Risal Wasal.
Masukan dari Teman Disabilitas
Pengalaman menjajal kereta cepat bersama teman-teman disabilitas menghadirkan sejumlah masukan. Ia menjelaskan, dari teman disabilitas tuli ada masukan terkait visual yang perlu ditambahkan. Selain itu, Angkie menyampaikan bahwa perlu adanya karyawan yang memiliki kemampuan dalam berbahasa isyarat.
"Jadi ada beberapa masukan, seperti dari teman tuli yang ikut bernama Jennifer, dia bilang visualnya kurang banyak, lalu papan arah juga kurang banyak, harusnya mungkin bisa ditambah lagi untuk fasilitas tersebut agar bisa membantu teman tuli. Kemudian Jennifer bilang untuk karyawan perlu bisa berbahasa isyarat. Dari fasilitas juga di toilet, tidak ada lampu panggilan di dalam," tutur Angkie.
Masukan dari Teman Daksa
Selain masukan dari teman tuli, Angkie juga menyampaikan masukan-masukan lain dari disabilitas daksa dan netra.
"Lalu ada juga masukan dari teman daksa bernama Sasa, untuk akses masuk kursi roda. Masih susah, jadi perlu kursi roda khusus seperti dipesawat. Karena kemarin mencoba kursi yang Sasa pakai itu, tidak bisa masuk, jadi sulit. Selain itu juga tidak ada ramp untuk masuk gerbong, Sasa menyampaikan kemarin sign untuk difabel tidak ada, seperti di parkiran, digerbong. Terlebih petugas disanapun belum aware tentang difabel," jelas Angkie.
Advertisement
Masukan dari Teman Netra Low Vision
Masukan bagi layanan kereta api cepat juga datang dari teman netra low vision.
"Ada juga masukan dari teman netra low vision bernama Dian. Seperti warna yang tertera pada papan pengumuman, masukannya warna papan katanya kurang kontras, lalu tulisan papan di boarding, kurang besar dan tebal. Selain itu perlu adanya cross block untuk stop dan berbelok. Karena menurut Dian sepanjang percobaan kemarin tidak ada. Mungkin itu yang bisa diperhatikan oleh pihak terkait agar kedepan teman-teman disabilitas bisa lebih mudah," ucap Angkie.
Dirinya berharap, kedepan masukan-masukan dari teman-teman disabilitas yang telah mencoba langsung kereta cepat, bisa segera terealisasi dan lebih memudahkan para disabilitas kedepannya yang menggunakan transportasi umum, terutama kereta cepat.