Saham Berjangka AS Menguat Setelah Kesepakatan Pengeluaran Tercapai

Kontrak berjangka pada S&P 500 naik 0,5 persen setelah disahkannya undang-undang kompromi untuk menjaga pemerintahan AS tetap berjalan

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 02 Okt 2023, 13:24 WIB
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Liputan6.com, Jakarta - Saham berjangka Amerika Serikat (AS) naik pada awal perdagangan Senin setelah kesepakatan dicapai pada akhir pekan untuk menghindari penutupan pemerintah. Indeks ekuitas Asia berfluktuasi di tengah kekhawatiran suku bunga global akan tetap tinggi.

Dilansir dari Yahoo Finance, Senin (2/10/2023), kontrak berjangka pada S&P 500 naik 0,5 persen setelah disahkannya undang-undang kompromi untuk menjaga pemerintahan AS tetap berjalan hingga 17 November. Indeks saham acuan Australia melemah. 

Saham-saham Jepang menguat setelah survei triwulanan Tankan menunjukkan kepercayaan di kalangan produsen besar meningkat untuk kedua triwulan berturut-turut.

Pergerakan ini mungkin diperburuk oleh tipisnya likuiditas karena pasar Tiongkok tutup untuk libur selama seminggu, sementara Korea Selatan dan sejumlah negara bagian Australia juga tutup.

Investor merasa lega setelah data pada akhir pekan menunjukkan aktivitas manufaktur Tiongkok kembali berekspansi untuk pertama kalinya dalam enam bulan, yang menambah tanda-tanda beberapa bagian perekonomian mulai pulih kembali. 

Korea Selatan salah satu eksportir terbesar di dunia juga mengalami penurunan ekspor yang semakin berkurang pada September.

Meskipun pasar mungkin mendapatkan sedikit bantuan dari kesepakatan AS, perhatian akan segera beralih ke Ketua Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell saat ia berbicara dalam sebuah diskusi pada Senin malam.

Data aktivitas manufaktur dan ketenagakerjaan AS juga akan menjadi sorotan minggu ini setelah kepala The Fed di New York mengatakan pada Jumat para pengambil kebijakan harus mempertahankan suku bunga tetap tinggi untuk beberapa waktu.

Pembukaan yang beragam pada hari perdagangan pertama Oktober mungkin akan menghentikan sementara periode sulit di pasar keuangan global. 

Kenaikan suku bunga menjadikan kuartal Juli hingga September sebagai kuartal terburuk bagi indeks saham seluruh negara MSCI sejak September 2022 karena melonjaknya harga minyak menambah kekhawatiran terhadap inflasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, obligasi mengalami aksi jual bulanan terbesar pada bulan September sejak Februari.


Penutupan Wall Street pada 29 September 2023

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan  Jumat, 29 September 2023. Investor mengamati perkembangan terbaru tentang potensi penutupan pemerintah atau shutdown dan mengakhiri bulan yang sulit untuk saham.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (30/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 158,84 poin atau 0,47 persen ke posisi 33.507,50. Koreksi saham di indeks Dow Jones dipimpin perusahaan travel. Indeks S&P 500 tergelincir 0,27 persen ke posisi 4.288,05. Indeks Nasdaq naik tipis 0,14 persen ke posisi 13.219,32.

Indeks Dow Jones dan S&P 500 menguat seiring pelaku pasar menyambut baik data yang menunjukkan inflasi yang mungkin mereda. Di wall street, indeks Dow Jones sempat naik 227 poin atau 0,7 persen. Sedangkan indeks S&P 500 bertambah 0,8 persen. Indeks Nasdaq menguat 1,4 persen ke posisi terbaiknya pada sesi ini.

Pembacaan terbaru indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau personal consumption expenditures (PCE) yang merupakan metrik inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed) dirilis pada Jumat pagi ini. PCE inti yang tidak mencakup harga pangan dan energi berfluktuatif naik 0,1 persen pada Agustus dan 3,9 persen setiap tahun.

 


Kekhawatiran Investor

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Ekonom yang disurvei oleh indeks Dow Jones prediksi PCE inti akan naik 0,2 persen secara bulanan dan 3,9 persen dari tahun ke tahun.

Namun, kekhawatiran investor mengenai potensi penutupan pemerintah membebani pasar pada sesi perdagangan. Pemimpin Partai Republik di DPR gagal meloloskan Rancangan Undang-Undang Belanja jangka pendek pada Jumat pekan ini sehingga memperkuat kekhawatiran anggota parlemen the Federal tidak akan mencapai kesepakatan tepat waktu.

“Pasar juga perlu menghadapi kemungkinan penutupan pemerintah,” ujar Portfolio Manager Commonwealth Financial Network, Chris Fasciano seperti dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, berapa lama hal ini berlangsung dan bagaimana dampaknya terhadap data ekonomi jangka pendek, kepercayaan konsumen, dan suku bunga akan menjadi topik utama yang harus diperhatikan investor.


Kinerja Indeks Acuan

Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Sementara itu, indeks S&P 500 mengakhiri bulan ini dengan susut 4,9 persen, dan kuartal ini lebih rendah 3,7 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 5,8 persen pada September, dan turun 4,1 persen pada kuartal tersebut.

Keduanya mencatat bulan-bulan terburuknya pada 2023. Indeks Dow Jones mencatat penurunan 3,5 persen pada September 2023, dan koreksi 2,6 persen pada kuartal ini.

“Saham telah menurun terlalu banyak dan terlalu cepat selama masa musiman yang bergejolak sepanjang tahun ini didorong oleh daftar panjang kekhawatiran di tengah keyakinan the Fed akan melakukan soft landing dan sekarang pintu kekhawatiran pasar terbuka lebar karena investor mengajukan pertanyaan mengenai prospek ekonomi,”

Indeks Dow Jones dan S&P 500 mengakhiri pekan ini dengan penurunan masing-masing sekitar 1,3 persen dan 0,7 persen. Indeks Nasdaq naik 0,06 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya