Liputan6.com, Jakarta - Imigrasi Indonesia datangkan 24 mesin autogate di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Kedatangan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Targetnya, sampai akhir 2023 akan ada 50 Autogate di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.
Langkah memperbanyak mesin autogate di Bandara Soekarno Hatta ini meniru kecanggihan imigrasi di Bandar Udara Internasional Abu Dhabi.
Advertisement
Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Silmy Karim mengatakan, soal kecanggihan bandara imigrasi sudah tidak bisa dibandingkan lagi dengan negara berkembang. Saat ini kecanggohan imigrasi di bandara sudah setara dengan negara maju.
"Sebelum ini terpasang, saya dan tim IT Keimigrasian sampai melihat referensi ke bandara sibuk di dunia. Seperti Dhoha, Abu Dhabi, mereka bisa melayani 150 ribu sampai 200 ribu perlintasan per hari dengan didukung peralatan yang canggih, dari sana kita cari mana teknologi yang paling cocok untuk dipraktekan di bandara Indonesia,"tutur Silmy, Senin (2/10/2023).
Akhirnya, Imigrasi Indonesia mendatangkan mesin Autogate yang dipakai di Abu Dhabi. Sebab, ingin meniru kecepatan dan efektifitasannya dalam membaca paspor atau dokumen keimigrasian, serta membaca face recognation.
"Jadi tadi sudah dipraktekan langsung kepada penumpang, jadi enggak sampai 30 detik, hanya sekitar 20 sampai 25 detik saja. Pemeriksaan sudah selesai," katanya.
Untuk saat ini, di TPI Kedatangan Terminal 3, baru terpasang 24 alat Autogate. Namun, sampai Desember nanti, Silmy menargetkan, akan menambah 26 alat Autogate lagi, sehingga total hingga akhir tahun akan ada 50 alat yang terpasang.
Baru Bisa untuk WNI
Namun, untuk sementara ini, Autogate tersebut hanya bisa dipakai untuk WNI saja. Ketika semua sistem terpasang, maka WNA baru bisa mempergunakannya.
"Karena WNA itu kan ketika aplikasi terpasang, dia akan ambil geometrinya dan harus pakai e-paspor. Jadi, untuk WNA nanti ya, kita targetkan Desember bisa semua,"ujar Silmy.
Sementara salah seorang WNI yang baru pulang dari Hongkong mengakui, bila Autogate milik Indonesia, lebih banyak dan canggih bila dibandingkan di bandara Hong Kong.
"Saya sudah dua pekan ini bolak balik Hong Kong, ini alatnya lebih banyak dari yang di sana, lebih canggih juga, jadi lebih cepat. Mudah-mudahan alatnya berfungsi baik semua, jadi mempercepat pemeriksaan,"ungkap Tommy.
Advertisement