Ternyata Ini Biang Kerok Harga Beras Naik hingga Cetak Rekor

Kkenaikan harga beras saat ini tak lepas dari terus turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023 lalu. Di sisi lain konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan sumber karbohidrat tersebut tetap tinggi.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Okt 2023, 15:50 WIB
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti buka suara terkait penyebab kenaikan harga beras dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, disebutkannya kenaikan harga beras saat ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2018 lalu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga beras terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. pedagang mengatakan kenaikan harga beras ini mencetak rekor tertinggi. Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti pun buka suara penyebab kenaikan harga beras ini. 

"Untuk Inflasi beras September 2023 secara month to month (bulanan) merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018," kata Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/10/2023).

Dia mencatat, inflasi beras pada September 2023 mencapai 5,61 persen secara bulanan (mtm) dengan andil 0,18 persen. Sedangkan, inflasi beras sebesar secara tahunan (yoy) sebesar 18,44 persen dengan andil inflasi 0,55 persen.

Amalia mengungkapkan, kenaikan harga beras saat ini tak lepas dari terus turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023 lalu. Di sisi lain konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan sumber karbohidrat tersebut tetap tinggi.

Hal ini berdampak pada menipisnya pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, tren penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dibandingkan awal tahun lumrah terjadi di setiap tahunnya.

"Memang ada kecenderungan penurunan jumlah produksi beras dari bulan Agustus ke bulan bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun disebabkan karena faktor musiman. Jadi, seperti biasanya memang di akhir tahun itu produksi beras relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya," beber Amalia.

Selain faktor produksi, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh kebijakan larangan ekspor yang dilakukan sejumlah produsen utama akibat inflasi, perubahan iklim hingga El-Nino. Semisal India sampai Vietnam.

"Di beberapa negara penghasil utama beras dunia, seperti Thailand kemudian Vietnam dan juga India itu juga sudah mulai terjadi penurunan produksi beras, bahkan India melakukan kebijakan untuk pembatasan ekspor," tegasnya.

Lanjutnya, Amalia memastikan pemerintah tidak berdiam diri dalam merespon kenaikan harga beras yang kian mencekik masyarakat. Salah satunya pemerintah terus mengoptimalkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID untuk mengendalikan laju inflasi beras.

"Dengan adanya TPID yang kemudian bagaimana memastikan, mengantisipasi gangguan sisi supply ini dengan lebih baik oleh pemerintah," pungkasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com


Harga Beras Naik Pecahkan Rekor, Kapan Turun?

Harga beras medium hari ini tembus Rp13.160 per kilogram atau naik 0,15 persen dari hari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, harga beras terpantau terus mengalami kenaikan hingga pecahkan rekor. Harga beras medium kini bertengger di atas Rp 12.000 per kg dari semula Rp 10.000 per kg.

Untuk harga beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Perum Bulog saat ini dipatok Rp 54.500 untuk 5 kg, naik Rp 7.500 dari sebelumnya Rp 47.000 per 5 kg.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, guna meredam gejolak harga beras, pihaknya kini memprioritaskan distribusi kepada pengecer.

"Jadi kan dari kondisi pasar sekarang masyarakat masih punya akses mendapatkan beras yang murah melalui pengecer. Makanya kebijakan Presiden, bahwa pelaksanaan SPHP dilakukan ke pengecer. Harapannya dia akan lebih dekat dengan konsumen," ujarnya di Gudang Bulog DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta, Senin (11/9/2023).

Namun, Iqbal mengatakan, program operasi pasar tersebut bukan serta merta target penurunan harga. Lebih kepada menyeimbangkan pasar, antara sisi supply dan demand di musim kemarau panjang ini.

Secara pola tahunan, panen raya terjadi pada Maret-Mei. Lalu pada Agustus-September terjadi panen gadu, yang berlanjut panen di beberapa titik per November-Januari.

"Sementara konsumsi itu kan sepanjang tahun sama. Makanya ada kencenderungan harga saat panen turun, dan pada kondisi sekarang harga naik. Makanya untuk menyeimbangkan itu kita melakukan suplai ke pasar. Supaya ini efektif maka itu dilakukan melalui saluran yang lebih dekat dengan konsumen. Itu adalah pengecer," tuturnya.Kendati begitu, Iqbal kembali menekankan, ia tidak bisa memastikan kapan harga beras turun. "Setidaknya stuck, stabil pada posisi itu," imbuhnya.

Perum Bulog disebutnya akan terus berupaya menstabilkan harga beras. Sehingga tidak terus naik. Sehingga kenaikannya tidak terlalu berkontribusi terhadap inflasi dan berimbas pada kenaikan harga produk lainnya.

"Enggak bisa begitu. Kita akan evaluasi terus supaya harga itu setidaknya tidak naik, karena yang kita jaga inflasi. Kalau misalnya harga stabil, berarti inflasinya tidak ada, atau nol, atau tidak terjadi inflasi," pungkasnya.  


Harga Beras Melonjak ke Kondisi Terburuk, Pedagang Pasar Minta Ini ke Jokowi

Naiknya harga beras telah merambah ke semua daerah. Harga beras medium paling mahal dibanderol Rp30.000 per kg di Kabupaten Puncak, Papua. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia merilis data terbaru per hari ini kamis, 31 Agustus 2023 harga beras medium secara nasional di kisaran Rp12.300 - 12 400 per kg. Sedangkan harga beras premium dikisaran Rp 14.000 - Rp 14.200 per kg.

Ketua Umum IKAPPI Abdullah Mansuri mengatakan kondisi ini merupakan kondisi terburuk dan menjadi rekor kenaikan harga beras.

"Untuk itu IKAPPI mendorong agar ada upaya-upaya percepatan pencegahan agar tidak masuk ke dalam ‘darurat beras nasional'," kata Abdullah dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Kamis (31/8/2023).

Ia menegaskan, meski belum masuk pada fase darurat beras secara nasional, tetapi memang potensi itu terus ada. Lantaran, IKAPPI melihat bahwa dilapangan saat ini di tingkat penggilingan sudah cukup sulit mendapatkan beras bahkan berebut.

"Sedangkan disisi lain kementerian pertanian masih meyakini bahwa akan ada panen di september, tetapi kami sendiri melihat fakta di lapangan melalui keluhan dari pedagang pasar se-Indonesia," ujarnya.

Disamping itu, IKAPPI juga menilai bahwa stok beras yang dimiliki secara nasional masih belum cukup dalam waktu 4 bulan ke depan. Oleh karena itu, IKAPPI meminta kepada Presiden untuk mengupayakan langkah-langkah yang efektif yang baik.

"Karena bagaimanapun juga beras adalah satu-satunya bahan pangan yang wajib di masyarakat, sehingga kami mendorong untuk dilakukan percepatan penguatan penanganan agar tidak terjadi kepanikan dibawah," pungkasnya.   

  

INFOGRAFIS JOURNAL Negara dengan Konsumsi dan Produksi Beras Jadi Nasi Terbanyak di Dunia (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya