Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali menguat memasuki awal pekan pada Senin, 2 Oktober 2023.
"Dolar menguat di tengah ekspektasi bahwa perekonomian AS akan tetap lebih tangguh terhadap kenaikan suku bunga dan harga minyak dibandingkan negara lain, setelah Federal Reserve pada pekan lalu memperingatkan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut dan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis pada Senin (2/10/2023).
Advertisement
"Sementara itu, penutupan sebagian pemerintah akan segera terjadi, yang dapat mempengaruhi rilis data ekonomi dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.
Ibrahim menyoroti Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS yang menolak rancangan undang-undang yang diusulkan oleh pemimpin mereka untuk mendanai sementara pemerintah, sehingga memastikan bahwa sebagian lembaga federal akan ditutup mulai hari Minggu.
Ibrahim mengutip pernyataan Menteri Keuangan AS Janet Yellen yang mengingatkan bahwa pemerintahan akan "merusak" kemajuan ekonomi AS dengan menghentikan program-program utama bagi usaha kecil dan anak-anak, dan dapat menunda perbaikan infrastruktur besar-besaran.
Selain itu, Inflasi inti di ibu kota Jepang melambat pada bulan September untuk bulan ketiga berturut-turut terutama karena turunnya harga bahan bakar.
Rupiah per Senin, 2 Oktober 2023
Rupiah ditutup melemah 70 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 75 point dilevel Rp. 15.530 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.460.
"Sedangkan untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.520- Rp. 15.600," Ibrahim memprediksi.
Inflasi RI September 2023
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi September 2023 sebesar 0,19 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Ini menandai peningkatan IHK dari 115,22 menjadi 115,44. Setelah pada bulan Agustus 2023 Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi. Penyumbang utama inflasi di Indonesia pada September 2023 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Bila menilik komoditas penyumbang inflasi, yang paling besar adalah inflasi beras," papar Ibrahim.
Naiknya harga beras menyumbang inflasi sebesar 0,18 persen, disusul dengan komoditas bensin dengan andil sebesar 0,06 persen terhadap inflasi.
Advertisement
Ramalan Terbaru Bank Dunia
Ibrahim menyoroti rilisan Global Economic Prospect (GEP) edisi Oktober 2023, di mana Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia naik ke level 5 persen sepanjang 2023.
Ramalan tersebut naik tipis dari proyeksi per April 2023 di mana Bank Dunia memprediksi ekonomi RI hanya tumbuh 4,9 persen. Sedangkan di tahun 2024, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap di level 4,9 persen.
Proyeksi tersebut masih sama dengan outlook yang dikeluarkan Bank Dunia sebelumnya.
Walaupun Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di 2024 diatas 5 persen.
Berdasarkan laporan terbaru, pertumbuhan regional tahun ini lebih tinggi daripada pertumbuhan rata-rata yang diproyeksikan untuk semua pasar negara berkembang dan negara berkembang lainnya, tetapi lebih rendah daripada yang diproyeksikan sebelumnya.
Pertumbuhan di China pada tahun 2023 diproyeksikan sebesar 5,1 persen dan di kawasan yang tidak termasuk China sebesar 4,6 persen.
Adapun, Pertumbuhan di antara Negara-negara Kepulauan Pasifik diperkirakan sebesar 5,2 persen.